RIWAYAT HIDUP
DAFTAR PUSTAKA
2.8 Analisis Data
3.1.7 Kualitas Air Media Pemeliharaan selama Perlakuan
3.1.7.2 Total Ammonia Nitrogen (TAN)
Hasil pengukuran nilai TAN media pemeliharaan udang vaname selama perlakuan (6 minggu) disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Nilai TAN (total ammonia nitrogen) media pemeliharaan udang vaname Litopenaeus vannamei dalam teknologi bioflok dan probiotik 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 0 1 2 3 4 5 6 TA N (m g/ L) Minggu ke-K Pro BFT Pro+BFT
16
3.1.7.3 Nitrit (NO2-)
Hasil pengukuran nilai nitrit media pemeliharaan udang vaname selama perlakuan (6 minggu) disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Nilai nitrit (NO2-) media pemeliharaan udang vaname Litopenaeus vannamei dalam teknologi bioflok dan probiotik
3.1.7.4 Nitrat (NO3
-)
Hasil pengukuran nilai nitrat media pemeliharaan udang vaname selama perlakuan (6 minggu) disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Nilai nitrat (NO3-) media pemeliharaan udang vaname Litopenaeus vannamei dalam teknologi bioflok dengan dan tanpa penambahan probiotik 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 1,400 0 1 2 3 4 5 6 N itr it (m g/ L) Minggu ke-K Pro BFT Pro+BFT 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 1,400 0 1 2 3 4 5 6 N itr at (m g/ L) Minggu ke-K Pro BFT Pro+BFT
17
3.2 Pembahasan
Hemosit berperan dalam proses fagositosis, enkapsulasi, degranulasi, agregasi nodular terhadap patogen maupun partikel asing, dan produksi serta pelepasan enzim proPO dalam sistem imun krustasea (Sahoo et al. 2008). Hasil pengamatan nilai THC sebelum uji tantang diketahui bahwa ketiga perlakuan yang diberikan dapat meningkatkan total hemosit dari udang vaname L. vannamei. Total hemosit udang sebelum uji tantang menunjukkan nilai yang tinggi dan tidak berbeda nyata antara perlakuan Pro dan BFT serta berbeda signifikan dengan kontrol. Peningkatan total hemosit udang pada perlakuan Pro dan BFT dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sistem bioflok dengan penambahan bakteri probiotik SKT-b mampu berperan dalam menstimulasi respon imun udang dibandingkan dengan kontrol. Li et al. (2008) menunjukkan bahwa bakteri probiotik Arthrobacter XE-7 meningkatkan total hemosit udang L. vannamei dibandingkan kontrol sebelum diuji tantang.
Koinfeksi IMNV dan bakteri Vibrio harveyi yang diberikan mempengaruhi nilai total hemosit udang. Setelah dilakukan koinfeksi, nilai total hemosit semua perlakuan menurun. Total hemosit Kontrol Positifmenurun sangat signifikan dan berbeda nyata dengan total hemosit perlakuan lain (Pro, BFT dan Pro+BFT) dimana perlakuan BFT dan campuran Pro+BFT masih lebih tinggi dibandingkan Kontrol Negatif (P<0,05). Hasil penelitian Song et al. (2003) menunjukkan bahwa setelah 3-5 hari diinfeksi dengan taura syndrome virus (TSV), nilai THC L. vannamei berukuran 10-20 g mengalami penurunan sebesar 70 % dibandingkan dengan Kontrol Negatif. Total hemosit yang rendah sangat mempengaruhi kerentanan udang terhadap patogen (Le Moullac et al. 1998). Apabila total hemosit menurun maka dapat terjadi infeksi akut yang menyebabkan kematian (Rodriguez dan Le Moullac 2000), sehingga total hemosit yang tinggi setelah dilakukan uji tantang menunjukkan bahwa peluang terbentuknya sel-sel fagositik dalam mengendalikan serangan organisme patogen tetap tinggi dan dapat meningkatkan sistem imun inang.
Phenoloxydase merupakan suatu enzim yang bertanggung jawab terhadap proses melanisasi pada krustase sebagai respon terhadap penyerang asing (Sritunyalucksana dan Soderhall 2000). Aktivitas PO sebelum uji tantang dengan
18 koinfeksi menunjukkan nilai yang setara pada semua perlakuan dan kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan yang diberikan tidak mempengaruhi aktivitas PO sebelum dilakukan uji tantang.
Nilai PO setelah koinfeksi dengan virus IMNV dan bakteri V. harveyi, menunjukkan bahwa Kontrol Positif mengalami penurunan dan berbeda nyata dengan perlakuan Pro, BFT dan campuran Pro+BFT yang justru mengalami peningkatan aktivitas PO. Pada perlakuan campuran Pro+BFT diperoleh nilai yang tinggi yaitu 0,918 abs/100 µL dan tidak berbeda nyata dengan Kontrol Negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik dan bakteri dalam teknologi bioflok bersinergi dalam meningkatkan aktivitas PO udang vaname. Meningkatnya aktivitas PO menyebabkan kemampuan udang vaname untuk mengenali benda asing yang masuk ke dalam tubuh menjadi semakin baik (Cook et al. 2003). Proses ini akan mengurangi benda asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga daya tahan udang akan meningkat (Cook et al. 2003). Aktivitas PO terdapat dalam hemolim sebagai pro-enzim inaktif yang disebut proPO. Enzim proPO adalah non-self recognition sistem yang terdapat pada arthropoda dan invertebrata lain. Transformasi proPO menjadi PO melibatkan beberapa reaksi yang dikenal sebagai proPO activating system yang diaktifkan oleh β-glukan, peptidoglikan dan LPS (Sritunyalucksana dan Soderhall 2000). Ketiga bahan tersebut berasal dari dinding sel bakteri non patogenik dan jamur (Smith et al. 2003).
Respiratory burst (RB) merupakan salah satu parameter imun udang berkaitan dengan reaksi fagositosis yang merupakan reaksi yang paling umum dalam pertahanan selular udang. Proses fagositosis dimulai dengan pelekatan (attachment) dan penelanan (ingestion) partikel mikroba ke dalam sel fagosit. Sel fagosit kemudian membentuk vakuola pencernaan (digestive vacuola) yang disebut fagosom (Rodriguez dan Le Moullac 2000). Lisosom (granula dalam sitoplasma fagosit) kemudian menyatu dengan fagosom membentuk fagolisosom. Mikroorganisme selanjutnya dihancurkan dan debris mikroba dikeluarkan dari dalam sel melalui proses egestion. Pemusnahan partikel mikroba yang difagosit melibatkan pelepasan enzim ke dalam fagosom dan produksi ROI (reactive oxygen intermediate) yang kini disebut respiratory burst (Rodriguez dan Le
19 Moullac 2000). Hasil pengamatan RB sebelum dan setelah dilakukan koinfeksi terlihat bahwa perlakuan BFT dan campuran Pro+BFT dapat meningkatkan nilai RB dibandingkan dengan kontrol. Respiratory burst berkaitan dengan mekanisme fagositosis, sehingga semakin tinggi nilai RB maka sistem imun udang diduga menjadi semakin baik (Rodriguez dan Le Moullac 2000).
Peningkatan respon imun udang vaname yang ditunjukkan dengan hasil nilai THC, PO dan RB diduga karena adanya pengaruh dari sistem bioflok yang diterapkan dan adanya penambahan probiotik. Nilai THC, PO dan RB berkaitan dengan pembentukan sel fagosit pada hemolim udang (Rodriguez dan Le Moullac 2000) yang dapat diaktifkan dengan adanya LPS (lipopolisakarida) dalam bakteri (Smith et al. 2003; Sritunyalucksana dan Soderhall 2000). Bioflok terdiri bakteri, alga, partikel anorganik, pemakan bakteri seperti protozoa dan zooplankton yang dapat dimanfaatkan oleh udang (De Schryver et al. 2008). Sehingga dengan masuknya bakteri non patogen ke dalam saluran pencernaan udang, maka dapat mengaktifkan enzim proPO dan meningkatkan aktivitas PO (Sritunyalucksana dan Soderhall 2000).
Peningkatan nilai PO dan RB pada perlakuan Pro+BFT diduga karena semakin banyak bakteri flok dan probiotik SKT-b yang termakan oleh udang. Hal tersebut didukung dengan hasil perhitungan total bakteri dalam usus udang pada perlakuan Pro+BFT menunjukkan jumlah populasi bakteri yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain dan kontrol. Hasil perhitungan total bakteri Vibrio SKT-b dalam media pemeliharaan menunjukkan bahwa bakteri probiotik tersebut mampu berkompetisi dengan bakteri lain yang membentuk flok, dengan demikian probiotik ini berpotensi untuk diterapkan dalam sistem bioflok. Sehingga peningkatan jumlah populasi bakteri total dalam usus udang terjadi karena adanya pengaruh penambahan molase sebagai sumber karbon dan probiotik SKT-b dalam sistem bioflok yang diterapkan. Hasil penelitian Hadi (2006) menunjukkan bahwa total bakteri media pemeliharaan dengan penambahan karbon lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Oleh karena itu dengan penambahan probiotik SKT-b ke dalam sistem bioflok diduga berkontribusi pada peningkatan populasi bakteri total. Bakteri yang dimanfaatkan udang akan masuk
20 ke dalam tubuh dan meningkatkan respon imun dari udang (De Schryver et al. 2008).
Meningkatnya respon imun udang tersebut dapat mempengaruhi nilai sintasan menjadi lebih tinggi, karena resistensi udang terhadap patogen juga meningkat (Cook et al. 2003). Hal ini didukung dengan nilai sintasan udang pada perlakuan BFT dan Pro+BFT yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan Kontrol Positif setelah dikoinfeksi dengan IMNV dan bakteri patogen Vibrio harveyi. Selain itu, menurut De Schryver et al. (2008) bioflok mengandung poly-β -hydroxibutirat (PHB) yang dapat meningkatkan sistem imun. Hasil penelitian Defoirdt et al. (2007) menunjukkan bahwa PHB dapat melindungi Artemia fransciscana dari serangan bakteri patogen Vibrio campbellii. Probiotik Vibrio SKT-b yang ditambahkan dalam sistem bioflok juga mempengaruhi tingginya nilai sintasan, karena probiotik SKT-b (Vibrio alginolyticus) efektif menekan pertumbuhan Vibrio harveyi dengan cara kompetisi melalui tempat pelekatan atau sumber nutrisi (Widanarni et al. 2008).
Poly-β-hydroxibutirat (PHB) merupakan polimer intraseluler yang dihasilkan oleh berbagai mikroorganisme yang berkaitan dengan sumber karbon dan penyimpanan energi yang dapat meningkatkan sistem imun (Defoirdt et al. 2007). Kandungan PHB dalam bakteri dapat melindungi organisme akuatik dari serangan bakteri patogen (De Schryver et al. 2010). Partikel PHB terdegradasi menjadi β-hydroxibutirat dalam usus udang dan pembentukan asam lemak ini melindungi udang dengan dua cara yaitu, menyediakan energi untuk udang dan menghambat pertumbuhan dari patogen (Defoirdt et al. 2007).
Teknologi bioflok sangat tergantung dari kualitas air media budidaya. Paramater yang mempengaruhinya antara lain adalah intensitas pengadukan (aerasi), suhu, pH, DO, dan sumber karbon organik (De Schryver et al. 2008). Nilai suhu, salinitas, pH dan DO dalam media pemeliharaan masih berada dalam kisaran normal untuk pertumbuhan udang vaname (SNI 2006). Total suspended solid (TSS) merupakan jumlah padatan dan kekeruhan yang terdapat dalam air (Ray et al. 2010). Nilai TSS yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan seiring dengan masa pemeliharaan. Perlakuan Pro+BFT memiliki nilai TSS yang paling tinggi dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lain
21 yaitu 299,2 mg/L. Kisaran nilai TSS yang dianjurkan dalam teknologi bioflok yaitu 200-1000 mg/L (De Schryver et al. 2008). Volatile suspended solid (VSS) merepresentasikan total suspensi bahan organik di dalm air (Schneider et al. 2006). Hasil penelitian menunjukkan nilai VSS berkisar antara 3,5-234,5 mg/L. Nilai tertinggi VSS diperoleh pada perlakuan campuran Pro+BFT. Tingginya nilai TSS dan VSS tersebut, berkaitan dengan jumlah bakteri total pada perlakuan Pro+BFT yang juga memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Sekitar 40 % dari bakteri dalam kolom air tambak udang merupakan partikel tersuspensi (Burford et al. 2003).
Nilai rata-rata TAN perlakuan Pro dan kontrol yaitu 0,236 - 0,328 mg/L, sedangkan perlakuan BFT dan campuran Pro+BFT memiliki nilai rata-rata TAN yang lebih tinggi yaitu berkisar 0,516 - 0,529 mg/L. Namun nilai TAN tersebut masih berada dalam kisaran normal yaitu kurang dari 1 mg/L (SNI 2006). Kisaran rata-rata nilai nitrit selama masa pemeliharaan pada semua perlakuan yaitu 0,50 – 0,64 mg/L, sedangkan nilai nitrat berkisar antara 0,78 – 0,87 mg/L. Nilai nitrit dan nitrat yang dihasilkan juga masih dalam kisaran normal untuk pertumbuhan udang vaname. Selama pemeliharaan udang vaname, pergantian air dilakukan pada perlakuan Pro dan kontrol setiap seminggu sekali sebanyak 50 %, sedangkan pada perlakuan dengan sistem bioflok tidak dilakukan pergantian air sama sekali. Teknologi bioflok yang diterapkan dalam penelitian ini cukup efisien digunakan dalam mempertahankan kualitas air tanpa adanya pergantian air, karena nilai setiap parameter kualitas air yang diukur tidak jauh berbeda dengan perlakuan yang dilakukan pergantian air yang semuanya masih berada dalam kisaran normal untuk menunjang pertumbuhan udang vaname.
22
IV. KESIMPULAN
Teknologi bioflok dan probiotik SKT-b dapat meningkatkan kinerja imunitas udang melalui peningkatan nilai THC (total haemocyte count), PO (phenoloxydase) dan RB (respiratory burst) serta memperbaiki resistensi udang vaname Litopenaeus vannamei terhadap koinfeksi IMNV dan bakteri Vibrio harveyi patogen.
23
DAFTAR PUSTAKA
Avella MA, Gioacchini G, Decamp O, Makridis P, Bracciatelli C, Carnevali O. 2010 Application of multi-species of Bacillus in sea bream larviculture. Aquaculture 305: 12–19.
Avnimelech Y. 1999. Carbon/nitrogen ratio as a controlelement in aquaculture systems. Aquaculture 176: 227–235.
Avnimelech Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs technology ponds. Aquaculture 264:140-147.
Ayuzar E. 2008. Mekanisme penghambatan bakteri probiotik terhadap pertumbuhan Vibrio harveyi pada larva udang windu (Penaeus monodon). [Disertasi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ballester ELC, Abreu PC, Cavalli RO, Emerenciano M, Abreu L, Wasielesky WJ. 2010. Effect of praticaldiets with different protein levelson the performance of Farfantepenaeus paulensis juveniles nursed in a zero exchange suspended microbial flocs intensive system. Aquaculture Nutrition 16: 163–172.
Burford MA, Thompson PJ, McIntosh RP, Bauman RH, Pearson DC. 2003. Nutrient and microbial dynamics in high-intensity, zero exchange shrimp ponds in Belize. Aquaculture 219: 393–411.
Castex M, Lemaire P, Wabete N, Chim L. 2010. Effect of probiotic Pediococcus acidilactici on antioxidant defences and oxidative stress of Litopenaeus stylirostris under Vibrio nigripulchritudo challenge. Fish & Shellfish Immunology 28: 622–631.
Cheng W, Liu CH, Yeh ST, and JC. Chen. 2004. The immune stimulatory effect of sodium alginate on the white shrimp Litopenaeus vannamei and its resistance against Vibrio alginolyticus. Fish and Shellfish Immunology 17: 41-51.
Cook MT, Hayball PJ, Hutchinson W, Nowak BF, Hayball JD. 2003. Administration of a commercial immunostimulant preparation, EcoActiva™ as a feed supplement enhances macrophage respiratory burst and the growthrate of snapper (Pagrus auratus, Sparidae (Bloch and Schneider)) in winter. Fish and Shellfish Imunology 14: 333-345.
Costa AM, Buglione CC, Bezerra FL, Martins PCC, Barracco MA. 2009. Immune assessment of farm-reared Penaeus vannamei shrimp naturally infected by IMNV in NE Brazil. Aquaculture 291:141-146.
Crab R, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2012. Biofloc technology in aquaculture: Beneficial effects and future challenges. Aquaculture 356– 357: 351–356
24 De Schryver P, Crab R, Defoirdt T, Boon N, Verstraete W. 2008. The basics of bioflocs technology: the added value for aquaculture. Aquaculture 277: 125– 137.
De Schryver P, Sinha AK, Baruah K, Verstraete W, Boon N, De Boeck G, Bossier P. 2010. Poly-beta-hydroxybutyrate (PHB) increases growth performance and intestinal bacterial range-weighted richness in juvenile European sea bass, Dicentrarchus labrax. Applied Microbiology and Biotechnology 86: 1535–1541.
De Schryver P, Verstraete W. 2009. Nitrogen removal from aquaculture pond water by heterotrophic nitrogen assimilation in lab-scale sequencing batch reactors. Bioresource Technology 100: 1162–1167.
Defoirdt T, Halet D, Vervaeren H, Boon N, Van de Wiele T, Sorgeloos P, Bossier P, Verstraete W. 2007. The bacterial storage compound of poly-β-hydrobutyrate protects Artemia fransiseana from pathogenic Vibrio campbellii. Environmental Microbiology 9 (2): 445-452.
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Depok.
Escobedo CM, Bonilla, Audoorn L, Wille M, Alday V, Sanz, Sorgeloos P, Pensaert MB, Nauwynck HJ. 2006. Standardized white spot syndrome virus (WSSV) inoculation procedures for intramuscular or oral routes. Diseases of Aquatic Organisms 68:181-188.
FAO. 2012. Fisheries and Aquaculture topics: Activities - Introduction. Topics Fact Sheets. In: FAO Fisheries and Aquaculture Department [online]. http://www.fao.org/fishery/topic/14884/en [16 September 2012].
Hadi P. 2006. Pengaruh pemberian karbon (sukrosa) dan probiotik terhadap dinamika populasi bakteri dan kualitas air media budidaya udang vaname Litopenaeus vannamei. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hari B, Madhusoodana K, Varghese JT, Schrama JW, Verdegem MCJ. 2004. Effects of carbohydrate addition on production in extensive shrimp culture sistems. Aquaculture 241: 179-194.
Hasan A. 2011. Koinfeksi infectious myonecrosis virus (IMNV) dan Vibrio harveyi pada udang vaname (Litopenaeus vannamei). [Tesis]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Horowitz S, Horowitz A. 2002. Microbial intervention in aquaculture. In: Lee, C.-S., O’Bryen, P. (Eds.), Proceedings of Microbial Approaches to Aquatic Nutrition within Environmentally Sound Aquaculture Production Systems. The World AquacultureSociety, Baton Rouge, Louisiana, USA, pp. 119– 131.
25 Juliantok E. 2002. Isolasi dan seleksi bakteri Vibrio sp. sebagai biokontrol untuk penyakit kunang-kunang pada larva udang windu Penaeus monodon Fab. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Le Moullac G, Soyez C, Saulnier D, Ansquer D, Avarre JC, and Levy P. 1998. Effect of hypoxic stress on the immune response and the resistance to vibriosis of the shrimp Penaeus stylirostris. Fish Shellfish Immunology 8: 621- 629.
Li CH, Yeh ST, Chen JC. 2008. The immune response of white shrimp Litopenaeus vannamei following Vibrio alginolyticus injection. Fish and Shellfish Immunology 25: 853-860.
Liu CH, Chen JC. 2004. Effect of amoniak on the immune response of white shrimp Litopenaeus vannamei and its susceptibility to Vibrio alginolyticus. Fish and Shellfish Immunology 16: 321-334.
Phuoc LH, Corteel M, Nguyen CT, Nauwynck H, Pensaert M, Alday-Sanz V, Broeck van den W, Sorgeloos P, Bossier P. 2009. Effect of dose and challenge routes of Vibrio spp. on co-infection with white spot syndrome virus in Penaeus vannamei. Aquaculture 290: 61-68.
Ray AJ, Lewis BL, Browdy CL, Leffler JW. 2010. Suspended solid removal to improve shrimp (Litopenaeus vannamei) production and evaluation of plant-based feed in minimal-exchange, superintensive culture systems. Aquaculture 299: 89-98.
Rondriguez J and Le Moullac G. 2000. State of the art of immunological tools and health controlof penaeid shrimp. Aquaculture 191: 109-119.
Sahoo PK, Das A, Mohanty S, Mohanty BK, Pilai BR, Mohanty J. 2008. Dietary β-1,3 glucan improve the immunity and disease resistance of freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii challenged with Aeromonas hydrophila. Aquaculture 39: 1574-1578.
Saputra WH. 2008. Pengaruh penambahan molase terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva udang windu Penaeus monodon Fab yang diberi bakteri probiotik Vibrio SKT-b. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Schneider O, Sereti V, Eding EH, Verreth JAJ. 2006. Molasses as C source for heterotropic bacteria production on solid fish waste. Aquaculture 261: 1248.
Senapin S, Phewsaiya K, Briggs M, Flegel TW. 2007. Outbreaks of infectious myonecrosis virus (IMNV) in Indonesia confirmed by genome sequencing and use of an alternative RT-PCR detection method. Aquaculture 266: 32-38.
26 Smith VJ, Janet HB, and Hauton C. 2003. Immunostimulation in crustaceass: dose
it reallyprotect against infection. Fish and Shellfih Immunology 15: 71-90.
SNI [Standar Nasional Indonesia]. 2006. Produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak dengan teknologi intensif. Badan Standardisasi Nasional.
Song YL, Yu CI, Lien TW, Huang CC, Lin MN. 2003. Haemolymph parameters of pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei) infected with taura syndrome virus. Fish and Shellfish Immunology 14: 317-331.
Sritunyalucksana K, Soderhall K. 2000. The proPO and clotting system in crustaceans. Aquaculture 191: 53-69.
Tang KFJ, Pantoja CR, Poulos BT, Redman RM, Lightner DV. 2005. In situhybridization demonstrates that Litopenaeus vannamei, L. stylirostris and Penaeus monodon are susceptible to experimental infection with infectious myonecrosis virus (IMNV). Diseases of Aquatic Organisme 63:261-265.
Verschuere L, Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in aquaculture. Microbiology and Molecular Reviews (64) 4: 655-671.
Walker PJ, Winton JR. 2010. Emerging viral disease of fish and shrimp. Veterinary Reasearch 41(51): 1-24.
Widagdo P. 2011. Aplikasi probiotik, prebiotik, dan sinbiotik melalui pakan pada udang vaname Litopenaeus vannamei yang diinfeksi bakteri Vibrio harveyi [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widanarni, Ayuzar E, Sukenda, 2008. Mekanisme penghambatan bakteri probiotik terhadap pertumbuhan Vibrio harveyi pada larva udang windu Penaeus monodon. Jurnal Akuakultur Indonesia 7: 181-190.
Widanarni, Suwanto A, Sukenda, Lay BW. 2003. Potency of Vibrio isolates for biocontrol of vibriosis in tiger shrimp (Penaeus monodon) larvae. Biotropia 20: 11-23.
Yuniasari D. 2009. Pengaruh pemberian bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi serta molase dengan C/N rasio berbeda terhadap profil kualitas air, kelangsungan hidup, dan pertumbuhan udang vaname Litopenaeus vannamei. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
28 Lampiran 1. Perhitungan penambahan karbon dalam pemeliharaan udang vaname
L. vannamei dalam teknologi bioflok dan probiotik Pakan Udang
Protein : 40% (400 g/kg pakan), MR Protein : 6,25
N : Protein/6,25 (64 g/kg pakan)
1 kg pakan mengandung 64 gram N :
Dikonsumsi udang : 20%
Menjadi Limbah : 80% (De Schryver et al. 2008) N limbah : 80 % x 64 gram
: 51,2 gram
Jika C/N yang diinginkan adalah 10 : 1, maka :
(C pakan + C yang dibutuhkan) = 10 51,2 g
(C pakan + C yang dibutuhkan) = 10 x 51,2 g
C yang dibutuhkan = (10 x 51,2 g) – C pakan Rumus : Cd = ( Y x N ) - Cs
Cd : C yang dibutuhkan
Y : C/N ratio yang dikehendaki N : limbah nitrogen
Cs : C Pakan (314,8 g/kg pakan)*
Molase
Kandungan C : 44,42 % *
Kebutuhan molasses : Md = Cd/Cm
29 Lampiran 2. Analisis statistik terhadap nilai THC udang vaname L. vannamei
setelah perlakuan (sebelum uji tantang) dengan teknologi bioflok dan probiotik
ANOVA
THC
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 284.183 3 94.728 4.124 .017
Within Groups 551.306 24 22.971
Total 835.488 27
Duncana
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 K 7 19.9071 Pro + BFT 7 24.3586 24.3586 BFT 7 27.5657 Pro 7 27.7757 Sig. .095 .219
Lampiran 3. Analisis statistik terhadap nilai THC udang vaname L. vannamei setelah uji tantang dengan teknologi bioflok dan probiotik
ANOVA
THC
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 957.953 4 239.488 5.983 .002
Within Groups 1000.628 25 40.025
Total 1958.581 29
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 K+ 6 8.6133 BFT 6 17.9550 Pro 6 18.2733 Pro + BFT 6 20.8650 K- 6 25.9900 Sig. 1.000 .053
30 Lampiran 4. Analisis statistik terhadap aktivitas phenoloxydase (PO) udang vaname L. vannamei setelah perlakuan (sebelum uji tantang) dengan teknologi bioflok dan probiotik
ANOVA
PO
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .100 3 .033 1.635 .221
Within Groups .327 16 .020
Total .428 19
Duncana
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 K 5 .4588 Pro 5 .4996 BFT 5 .5272 Pro + BFT 5 .6488 Sig. .070
Lampiran 5. Analisis statistik terhadap nilai PO udang vaname L. vannamei setelah uji tantang dengan teknologi bioflok dan probiotik
ANOVA
PO
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.232 4 .308 2.856 .045
Within Groups 2.695 25 .108
Total 3.927 29
Duncana
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 K+ 6 .3200 Pro 6 .5878 .5878 BFT 6 .5950 .5950 K- 6 .7857 Pro + BFT 6 .9173 Sig. .182 .123
31 Lampiran 6. Analisis statistik terhadap nilai respiratory burst (RB) udang vaname L. vannamei setelah perlakuan (sebelum uji tantang) dengan teknologi bioflok dan probiotik
ANOVA
RB
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3.496 3 1.165 11.028 .000
Within Groups 2.113 20 .106
Total 5.609 23
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 K 6 .6415 Pro 6 .6798 BFT 6 1.1903 Pro + BFT 6 1.5628 Sig. .840 .061
Lampiran 7. Analisis statistik terhadap nilai RB udang vaname L. vannamei setelah uji tantang dengan teknologi bioflok dan probiotik
ANOVA
RB
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.187 4 .297 33.791 .000
Within Groups .132 15 .009
Total 1.319 19
Duncana
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 K+ 4 .0870 BFT 4 .4105 Pro 4 .4415 K- 4 .6858 Pro + BFT 4 .7863 Sig. 1.000 .647 .150
32 Lampiran 8. Analisis statistik terhadap nilai sintasan udang vaname L. vannamei
setelah uji tantang dengan teknologi bioflok dan probiotik
ANOVA
SR
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 8500.000 4 2125.000 67.105 .000
Within Groups 475.000 15 31.667
Total 8975.000 19
Duncana
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 K+ 4 35.0000 Pro 4 55.0000 BFT 4 75.0000 Pro + BFT 4 77.5000 K- 4 95.0000 Sig. 1.000 1.000 .539 1.000
KINERJA IMUNITAS UDANG VANAME Litopenaeus vannamei
DALAM TEKNOLOGI BIOFLOK DAN PROBIOTIK
TERHADAP KOINFEKSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS
DAN Vibrio harveyi
TITI NUR CHAYATI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
23
DAFTAR PUSTAKA
Avella MA, Gioacchini G, Decamp O, Makridis P, Bracciatelli C, Carnevali O. 2010 Application of multi-species of Bacillus in sea bream larviculture. Aquaculture 305: 12–19.
Avnimelech Y. 1999. Carbon/nitrogen ratio as a controlelement in aquaculture systems. Aquaculture 176: 227–235.
Avnimelech Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs technology ponds. Aquaculture 264:140-147.
Ayuzar E. 2008. Mekanisme penghambatan bakteri probiotik terhadap pertumbuhan Vibrio harveyi pada larva udang windu (Penaeus monodon). [Disertasi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ballester ELC, Abreu PC, Cavalli RO, Emerenciano M, Abreu L, Wasielesky WJ. 2010. Effect of praticaldiets with different protein levelson the performance of Farfantepenaeus paulensis juveniles nursed in a zero exchange suspended microbial flocs intensive system. Aquaculture Nutrition 16: 163–172.