• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 16. Hasil Penerimaan Peternak/Rp/Tahun di Daerah Penelitian

No Penerimaan Daerah Penelitian

Mesidah Wih Pesam Bukit

1 Penjualan ternak 17.534.615 17.419.718 17.367.347

2 Anak lahir 4.485.897 4.309.859 4.175.510

Total 22.020.512 21.729.577 21.542.857 Sumber: Data Primer (2016)

Dari tabel di atas diketahui bahwa penerimaan yang paling tingggi dari ketiga kecamatan ini yaitu Kecamatan Mesidah 22.020.512, di bandingkan dengan Kecamatan Wih Pesam 21.729.577 dan Kecamatan Bukit 21.542.857. Hal ini dikarenakan karena jumlah populasi sapi bali di Kecamatan Mesidah lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Wih Pesam dan Kecamatan Bukit. Dalam usaha pengembangan peternakan yang dilakukan petani di Kecamatan Mesidah, Kecamatan Wih Pesam dan Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, keuntungan yang di dapat peternak dari penjualan ternaknya pertahun dapat kita lihat pada tabel 17 di bawah ini.

Tabel 17. Keuntungan Rp/Peternak/Tahun yang ada di daerah penelitian Kabupaten Bener Meriah

No Kecamatan Rp/Tahun Rp/Bulan

1 Mesidah 168.957.359 14.079.780

2 Wih Pesam 67.515.221 5.626.268

3 Bukit 18.715.204 1.559.600

Rata-rata (Rp) 85.062.595 7.088.594

Sumber: Data diolah (2016)

Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa keuntungan yang di dapat petani di Kabupaten Bener Meriah pertahunnya dari memelihara ternaknya yaitu

rata-rata 85.062.595, hal ini dapat kita katakan keuntungan yang layak di dapatkan peternak jika dilihat dari jumlah ternaknya. Pada Kecamatan Mesidah dengan skala ekor ternak rata-rata yaitu 40 ekor dan keuntungan yang didapat 168.957.359, Kecamatan Wih Pesam dengan skala ekor ternak rata-rata 15 ekor dan keuntungan yang didapat 67.515.211, dan Kecamatan Bukit dengan skala ekor ternak rata-rata yaitu 4 ekor dan keuntungan yang didapat 18.715.204.

3. Analisis R/C

Analisis R/C dilakukan untuk mengetahui tentang untung atau ruginya suatu usaha. Untuk mengetahui laba/ rugi suatu usaha dilakukan pencatatan semua pengeluaran dan pemasukan. Analisis R/C dapat diketahui dengan menghitung selisih antara total hasil produksi dengan total biaya produksi.

Revenue Cost Ratio

Berikut ini adalah tabel nilai R/C lokasi penelitian. Tabel 18. Nilai R/C (Rp/Ekor/Tahun) di lokasi penelitian

Lokasi Penelitian Total Biaya Penerimaan

Peternak R/C

Kecamatan Mesidah 15.731.154 22.020.515 1.40

Kecamatan Wih Pesam 15.622.817 21.729.577 1.39

Kecamatan Bukit 15.558.265 21.542.857 1.38

Rara-rata (Rp) 15.637.412 21.764.316 1.39 Sumber : Data Primer (2016)

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai R/C pada Kecamatan Mesidah. Wih Pesam dan Bukit adalah 1.40, 1.39 dan 1.38. Dapat disimpulkan bahwa usaha sapi Bali di Kabupaten Bener Meriah merupakan usaha yang layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soekartawi

(1995) yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat apabila R/C ratio > 1, semakin besar nilai R/C ratio akan semakin efisien usaha tersebut. Begitu juga sebaliknya semakin kecil nilai R/C ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut.

Strategi Peningkatan Populasi Sapi Bali Di Kabupaten Bener Meriah 1. Perancangan Strategi

Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi dengan fokus pada visi, misi dan strategi organisasi untuk mencapai tujuan organisasi baik jangka panjang maupun jangka pendek. Menurut Salusu (2004) perencanaan strategis merupakan upaya untuk melaksanakan tiga langkah penting berupa identifikasi kecenderungan, ancaman dan peluang, dimana hasilnya mungkin dapat mengubah kecenderungan historis. Menyempurnakan performans organisasi yang didorong oleh adanya kondisi kompetitif dan membandingkan tiap unit kerja dalam organisasi untuk menyusun prioritas pengembangan dengan cara mengalokasikan sumberdaya strategi berdasarkan prosfek tiap unit kerja.

Faktor-faktor strategis lingkungan yang mempengaruhi peningkatan populasi ternak sapi bali di Kabupaten Bener Meriah adalah faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Kekuatan pada Lokasi Penelitian

Kekuatan (Strengths) merupakan faktor strategi internal untuk wilayah usaha peningakatan populasi ternak sapi bali di Kabupaten Bener Meriah yang harus dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan dari usaha peningkatan populasi

ternak sapi bali. Analisis kekuatan dalam usaha peningkatan populasi sapi bali di Kabupaten Bener Meriah yang terdiri dari beberapa aspek penting yang dijadikan kekuatan dalam peningkatan populasi sapi bali yaitu,

1. Iklim sesuai dengan Pengembangan Sapi Bali, Secara geografis, Kabupaten Bener Meriah terletak pada 04033’50” - 04054’50”garis Lintang Utara dan 96040’75” – 97017’50” Bujur Timur, berada pada ketinggian 100 – 2.500 m dpl.

2. Sumber Pendapatan, Kabupaten Bener Meriah merupakan suatu lokasi yang memiliki mata pencaharian dari bidang perkebunan, pertanian dan peternakan. Sehingga akan membantu masyarakat untuk membudidayakan sapi Bali dengan jumlah yang lebih banyak.

3. Jumlah Ternak, Jumlah ternak pada lokasi penelitian adalah jumlah yang cukup besar untuk skala rumah tangga. Semakin besar jumlah ternak yang dipelihara makan akan semakin besar peningakatan populasi ternak sapi bali pada Kabupaten Bener Meriah.

4. Akses Jalan, akses jalan menuju Kabupaten Bener Meriah merupakan faktor yang sangat mendukung untuk proses pembudidayaan sapi Bali dikarenakan oleh akses jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 2,3,4 dan 6. Akses jalan yang baik tersebut akan sangat membantu dalam proses pengangkutan bahan pakan, kompos dan hasil produksi sapi bali di Kabuten Bener Meriah. 5. Ketenagakerjaan, tenaga kerja yang digunakan dalam pemeliharaan sapi bali

skala rumah tangga merupakan salah satu kekuatan yang dapat mendukung dalam mengurangi biaya produksi. Ketenagakerjaan yang memanfaatkan

anggota keluarga akan sangat membantu dalam pengorganisasian yang sangat mudah.

6. Usia Peternak, usia peternak yang mayoritas adalah usia 20-39 tahun merupakan salah satu faktor yang cukup mendukung pembudidayaan sapi Bali dikarenakan oleh usia tersebut merupakan usia yang masih produktif sebagai tenaga kerja dan tidak cukup tua untuk diberikan pelatihan dan pendidikan.

7. Limbah pertanian cukup tinggi, produksi limbah pertanian khususnya limbah kulit kopi, padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia.

8. Kepemilikan ternak, Jumlah tenak yang lebih banyak akan memotivasi peternak untuk mengelola usahanya ini dapat dari jumlah ternak yang di pelihara.

9. Ketersedian hijuan makanan ternak (HMT) cukup potensial dan tersedia lahan yang cukup baik. Pakan dapat dilihat dari kemudahan peternak selama mencari pakan ternak di wilayah Kabupaten Bener Meriah

10. Beternak turun temurun, ternak yang dipelihara merupakan warisan dari keluarga yang dijadikan sebagai pendapatan ekonomi.

11. Jumlah populasi ternak sapi bali cukup tinggi berdasarkan hasil penelitan menunjukkan jumlah populasi bali paling banyak di Kabupaten Bener Meriah.

b. Faktor Kelemahan pada Lokasi Penelitian

Analisis aspek kelemahan (Weaknesses) dalam peningkatan populasi sapi bali di Kabupaten Bener Meriah meliputi beberapa aspek yaitu:

1. Penggunaan teknologi masih rendah. Rendahnya tinggkat penerapan teknologi yang dianggap kurang efektif.

2. Beternak merupakan usaha sampingan. Peternak kurang yakin bahwa ternak sapi bali ini dapat dijadikan usaha utama, dengan banyaknya peternak dilokasi penelitian bekerja sebagai petani dilahannya masing-masing, sehingga beternak dianggap usaha sampingan.

3. Tidak meratanya pelatihan yang diberikan Pemerintah Daerah, sebagian kecil peternak di Kabupaten Bener Meriah pernah mengikuti pelatihan di bidang peternakan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

4. Sumber daya peternak belum optimal, sumber daya peternak dan petugas merupakan kelamahan terhadap aktualisasi informasi peternakan.

5. Tidak tersedianya layanan peternakan, masih menimnya layanan terhadap peternakan yang membutuhkan layanan terhadap ternaknya yang sakit atau layanan IB.

6. Kebakaran hutan, sering kali terjadi kebakaran hutan yang disebabkan oleh tanggan jahil manusia sehingga memperkecil tempat makanan ternak petani.

Pemeliharaan ternak dilokasi penelitian ini masih diusahakan secara tradisional, ini merupakan suatu hambatan yang cukup besar, karena sangat berhubungan dengan sumber daya yang dimiliki peternak. Kondisi ini sangat sulit

untuk berkembang membuat peternak masih memilih usaha lain dan menganggap beternak merupakan usaha sampingan.

Peternak sebagai pelaku usaha, merupakan unsur penting dalam upaya peningakatan populasi sapi bali, pada konteks yang lebih moderen, peternak dituntut berperan aktif sebagai pelaku sekaligus manajer bagi usaha ternaknya. Relatif masih lemahnya kualitas SDM dilihat dari kurang efektifnya dalam teknis produksi ternaknya. Peternak di Kabupaten Bener Meriah sebagian besar termasuk dalam usia produktif dengan pengalaman beternak kurang dari 10 tahun. Pengalaman beternak yang masih kurang, tingkat pendidikan, pengetahuan, motivasi dan partisivasi masih rendah akan sangat berpengaruh kurang baik terhadap pengambangan peternakan.

Penggunaan dan penguasaan teknologi peternakan masih relatif rendah oleh kalangan peternak dikawasan pengambangan juga menjadi hambatan. Hasil pengkajian dilapangan, para peternak menegaskan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia peternak melalui penyuluhan dan pelatihan baik yang menyangkut aspek pengetahuan dan keterampilan manajmen pembibitan, pemeliharaan, peningkatan, produksi, pakan maupun kesehatan ternak.

Dokumen terkait