• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

P- Total Tanah

Aplikasi pemberian debu vulkanik pada tanah Inseptisol nyata meningkatkan P total tanah. Peningkatan P total tanah tertinggi yakni pada perlakuan pemberian debu vulkanik pada taraf V5 dengan nilai 0,01475% dengan kriteria sangat rendah (BPP, 1982).

Peningkatan P-total tanah pada pemberian debu vulkanik dikarenakan debu vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung Sinabung banyak mengandung material-material yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui penyediaan unsur hara. Hal ini didukung dengan literatur Munir (1996) yang menyatakan bahwa peningkatan kesuburan tanah disebabkan oleh material-material yang dikeluarkan oleh gunung api tersebut. Kandungan dari material tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan sifat tanah. ketika gunung api meletus berupa bom (batu-batu besar), kerikil, lapilli, pasir, abu serta debu halus.

Respirasi Mikroorganisme Tanah

Pemberian debu vulkanik pada tanah dystrandepts secara nyata menurunkan nilai respirasi mikroorganisme tanah. Pada parameter ini diperoleh nilai respirasi terendah pada perlakuan debu vulkanik pada taraf V4 yaitu 11 mg CO2/100gr yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa debu vulkanik (V0). Hal

ini dapat disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme yang semakin menurun yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Hal ini didukung dengan pernyataan Anas (1989) yang menyatakan respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisrne. Sehingga dapat diartikan pemberian debu vulkanik dapat menurunkan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah.

Penurunan tingkat respirasi mikroorganisame tanah juga dapat diakibatkan dari perubahan sifat fisik tanah akibat adanya peningkatan pemberian debu vulkanik pada tanah. Dimana dengan meningkatnya pemberian debu vulkanik tanah, tanah akan semakin padat. Karena ruang pori tanah terisi oleh debu vulkanik sehingga menyebabkan tanah menjadi padat dan tentu saja akan mengganggu aerase tanah. Ketersediaan oksigen di dalam tanah ini lah yang dapat mempengaruhi keberadaan dan aktifitas mikroorganisme tanah. Sehingga semakin meningkatnya jumlah pemberian debu vulkanik, akan semakin menurunkan aktifitas mikroorganisme dalam tanah.

Pada saat pengambilan contoh tanah yang akan digunakan dalam pengukuran respirasi mikroorganisme tanah, tanah yang diambil adalah tanah yang berada pada daerah perakaran jagung. Dimana diketahui bahwa pada daerah rhizosfer inilah mikroorganisme ini paling aktif karena banyaknya sumber energi yang tersedia. Interaksi yang terjadi antara tanaman dengan mikroorganisme inilah yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Hal ini didukung oleh literatur Luo and Xuhui (2006) yang menyatakan bahwa daerah rhizosfer merupakan habitat yang sangat baik bagi mikroorganisme. Dan populasi mikroorganisme pada daerah ini selalu memiliki perbedaan yang mencolok dari tanah umumnya. Interaksi antara tanaman dengan mikroorganisme di daerah rhizosfer memiliki peranan dalam aktifitas mikrobia, ketersediaan nutrisi, dekomposisi serasah dan dinamika bahan organik tanah.

Tinggi dan Jumlah Daun Tanaman

Perlakuan pemberian debu vulkanik pada tanah Dystrandepts tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman jagung. Tinggi tanaman jagung menurun pada perlakuan pemberian debu V0 sampai V2, namun pertumbuhan tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada perlakuan V3 yaitu sebesar 180,38cm dan kemudian menurun lagi pada perlakuan V4 dan V5.

Tinggi tanaman jagung yang tertinggi pada perlakuan V3 dapat dipengaruhi oleh serapan P oleh tanaman. Dimana kita ketahui bahwa fungsi dari P pada tanaman adalah untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristematik. Hal ini didukung dengan literatur Sutedjo dan Kartasapoetra, (2005) yang menyatakan bahwa unsur hara P merupakan bahan pembentuk inti sel, selain itu mempunyai peranan penting dalam pembelahan sel serta bagi

perkembangan jaringan meristematik. Dapat membentuk ikatan fosfat berdaya tinggi yang dipergunakan untuk mempercepat proses-proses fisiologis. Sehingga banyaknya P yang diserap harus sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Pemberian debu vulkanik juga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung. Jumlah daun tanaman jagung terbanyak diperoleh pada perlakuan pemberian debu vulkanik pada taraf V5 dan jumlah daun paling sedikit diperoleh pada perlakuan pemberian debu pada taraf V1 dan V4.

Berat Kering Tajuk dan Akar Tanaman

Pemberian debu vulkanik berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tajuk dan akar tanaman. Dari hasil dapat dilihat bahwa berat kering tajuk dan akar tanaman optimum pada perlakuan V3 yaitu masing-masing sebesar 72,80gr dan 11,08gr dan menurun pada perlakuan debu vulkanik pada taraf lainnya. Hal ini mungkin saja dapat dipengaruhi oleh nilai pH tanah yang rendah. Dimana pH tanah pada syarat tumbuh tanaman jagung yang baik adalah pada pH 5,6-7,5. Dan apabila pH <5,5 maka sebagian unsur hara akan terikat dengan alumunium dalam tanah sehingga pertumbuhan tanaman tidak optimal yang dapat disebabkan keracunan Al. Hal ini didukung oleh literatur Purwono dan Hartono (2005) yang menyatakan keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung antara 5,6-7,5. Pada pH < 5,5 tanaman jagung tidak bisa tumbuh maksimum karena keracunan Al.

Berat kering akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V3. Dimana berat kering akar dan tajuk juga dipengaruhi oleh serapan P oleh tanaman. Hal ini didukung dengan literatur Hakim, dkk (1986) yang menyatakan bahwa serapan P

akar erat hubungannya dengan berat kering akar. Semakin besar serapan P maka semakin besar pula berat keringnya. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya hara yang mampu diserap oleh akar tergantung dari banyaknya akar yang dapat bersentuhan dengan hara sehingga akar yang menyerap banyak hara akan memberikan pertumbuhan akar yang optimal. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Baber (1984) dalam Winarso (2005) yang menyatakan bahwa pada kecambah tanaman jagung menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam pada lingkup cukup P mempunyai distribusi perakaran yang baik dibandingkan tanaman yang ditanam di lingkungan kekurangan P. unsur hara P dapat merangsang pertumbuhan akar.

Selain daripada itu faktor ketersediaan unsur hara lainnya seperti unsur hara nitrogen juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Pengaruh ini akan lebih terlihat pada tanaman muda (masa vegetatif) jika dibandingkan dengan tanaman tua (masa generatif). Karena unsur hara nitrogen merupakan unsur hara penyusun yang utama pada tanaman muda. Hal ini di dukung oleh Nyakpa, dkk, (1988) yang menyatakan bahwa nitrogen adalah penyusun utama berat kering tanaman muda dibandingkan tanaman yang lebih tua.

Serapan P oleh Tanaman

Pemberian debu vulkanik berpengaruh nyata terhadap serapan P tanaman. Nilai serapan P yang tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian debu vulkanik pada taraf V3 (473,4g/4kg BTKU) yaitu sebesar 9991,175mg/tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan pemberian debu vulkanik pada taraf V5 namun perlakuan V3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa debu vulkanik.

Pemberian debu vulkanik pada taraf V3 ternyata dapat menyediakan P yang dapat diserap tanaman secara maksimal jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dari hasil yang diperoleh pemberian debu vulkanik pada taraf V4 dan V5 mampu menurunkan serapan P oleh tanaman. Hal ini dapat disebabkan pH tanah yang semakin rendah akibat semakin banyaknya debu vulkanik yang diberikan pada tanah. Berdasarkan hasil penelitian Regina (2011) yang menyatakan bahwa pH tanah Dystrandepts menurun secara nyata sejalan dengan meningkatnya pemberian debu vulkanik. Pada perlakuan V4 dan V5 masing-masing memiliki pH tanah sebesar 4,63 dan 4,71 dengan kriteria masam. Dimana pH tanah ini kan sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara P. hal ini didukung oleh Thomson and Troeh (1978) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi tersedianya P untuk tanaman yang terpenting adalah pH tanah. P paling mudah diserap tanaman apabila berada pada kisaran pH yang normal (pH 6 – 7).

Serapan P oleh tanaman yang tertinggi ini dapat juga dipengaruhi oleh luasan daerah kontak akar dengan unsur hara. Hal ini didukung oleh Hakim (2005) yang menyatakan bahwa serapan P sangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan tanah. Sehingga pengambilan P oleh tanaman jagung dipengaruhi oleh sifat akar dan sifat tanah dalam menyediakan P.

Dokumen terkait