• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N- Total Tanah Setelah Inkubasi

Dari hasil Sidik Ragam pada Lampiran 4 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap N-total tanah setelah masa inkubasi. Dari hasil rataan dapat dilihat bahwa dari perlakuan Abu sekam padi 1,2 gr/ember + SP-36 3,3 gr/ember sampai Perlakuan KCl 6 gr/ember + fosfat alam 3,6 gr/ember, kadar N-total tanah tidak berbeda dari setiap perlakuan dan semua termasuk dalam kriteria rendah. Pengaruh pemberian abu sekam dan fosfat alam terhadap N-total tanah setelah masa inkubasi dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Pengaruh Pemberian abu sekam padi dan fosfat alam terhadap N-Total tanah setelah inkubasi

No Sandi Perlakuan N-total

...%... 1 P1 (Abu Sekam 1,2 gr + SP-36 3,3 gr + urea 5,3 gr) 0.14 2 P2 (Abu Sekam 2,4 gr + SP-36 6,6 gr + urea 5,3 gr) 0.13 3 P3 (Abu Sekam 3,6 gr + SP-36 9,9 gr + urea 5,3 gr) 0.13 4 P4 (KCl 2 gr + Fosfat Alam 1,2 gr + urea 5,3 gr) 0.13 5 P5 (KCl 4 gr + Fosfat Alam 2,4 gr + urea 5,3 gr) 0.14 6 P6 (KCl 6 gr + Fosfat Alam 3,6 gr + urea 5,3 gr) 0.14

7 P7 (Kontrol) 0.14

Tinggi Tanaman Masa Vegetatif

Dari hasil Sidik Ragam pada Lampiran 5 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu pertama dan minggu keenam. Tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan Abu sekam padi 1,2 gr/ember + SP- 36 3,3 gr/ember yaitu 85.33 cm dan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 91.67 cm

Pengaruh pemberian abu sekam dan fosfat alam terhadap tinggi tanaman pada masa vegetatif dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Pemberian abu sekam padi dan fosfat alam terhadap Tinggi Tanaman Pada Minggu VI selama masa vegetatif.

No Sandi Perlakuan Tinggi Tanaman ...cm... 1 P1 (Abu Sekam 1,2 gr + SP- 36 3,3 gr + urea 5,3 gr) 85.33 2 P2 (Abu Sekam 2,4 gr + SP-36 6,6 gr + urea 5,3 gr) 88.33 3 P3 (Abu Sekam 3,6 gr + SP-36 9,9 gr + urea 5,3 gr) 88.67 4 P4 (KCl 2 gr + Fosfat Alam 1,2 gr + urea 5,3 gr) 89.00 5 P5 (KCl 4 gr + Fosfat Alam 2,4 gr + urea 5,3 gr) 91.67 6 P6 (KCl 6 gr + Fosfat Alam 3,6 gr + urea 5,3 gr) 88.67

7 P7 (Kontrol) 91.67

Jumlah Anakan Tanaman pada akhir vegetatif

Dari hasil Sidik Ragam pada Lampiran 7 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman pada akhir vegetatif. Pengaruh pemberian abu sekam dan fosfat alam terhadap jumlah anakan pada akhir vegetatif dapat dilihat pada Tabel 8.

Berat Kering Daun

Dari hasil Sidik ragam pada Lampiran 8 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap berat tanaman atas

pada masa generatif. Berat kering daun tertinggi terdapat pada perlakuan KCl 4 gr/ember + fosfat alam 2,4 gr/ember yaitu 47.57 gram dan berat kering daun

36.06 gram. Pengaruh pemberian abu sekam dan fosfat alam terhadap berat tanaman atas pada masa generatif dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Pengaruh Pemberian abu sekam padi dan fosfat alam terhadap jumlah anakan pada akhir vegetatif.

No Sandi Perlakuan Jumlah anakan

1 P1 (Abu Sekam 1,2 gr + SP-36 3,3 gr + urea 5,3 gr) 9,00 2 P2 (Abu Sekam 2,4 gr + SP-36 6,6 gr + urea 5,3 gr) 14,00 3 P3 (Abu Sekam 3,6 gr + SP-36 9,9 gr + urea 5,3 gr) 13,00 4 P4 (KCl 2 gr + Fosfat Alam 1,2 gr + urea 5,3 gr) 14,00 5 P5 (KCl 4 gr + Fosfat Alam 2,4 gr + urea 5,3 gr) 14,00 6 P6 (KCl 6 gr + Fosfat Alam 3,6 gr + urea 5,3 gr) 19,00

7 P7 (Kontrol) 18,00

Tabel 9. Pengaruh pemberian abu sekam padi dan fosfat alam terhadap berat kering daun pada masa generatif.

No Sandi Perlakuan Berat kering daun

...gram... 1 P1 (Abu Sekam 1,2 gr + SP-36 3,3 gr + urea 5,3 gr) 42,57 2 P2 (Abu Sekam 2,4 gr + SP-36 6,6 gr + urea 5,3 gr) 44,60 3 P3 (Abu Sekam 3,6 gr + SP-36 9,9 gr + urea 5,3 gr) 36,83 4 P4 (KCl 2 gr + Fosfat Alam 1,2 gr + urea 5,3 gr ) 36,07 5 P5 (KCl 4 gr + Fosfat Alam 2,4 gr + urea 5,3 gr) 47,57 6 P6 (KCl 6 gr + Fosfat Alam 3,6 gr + urea 5,3 gr) 44,03

7 P7 (Kontrol) 43,57

Berat Kering Akar

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 9 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap berat tanaman

bawah pada masa generatif. Berat kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan KCl 6 gr/ember + fosfat alam 3,6 gr/ember yaitu 41,87 gram dan berat kering akar terendah terdapat pada perlakuan KCl 2 gr/ember + fosfat alam 2,4 gr/ember yaitu senilai 16,43 gram. Pengaruh pemberian abu sekam dan fosfat alam terhadap berat tanaman bawah pada masa generatif dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh Pemberian abu sekam padi dan fosfat alam terhadap berat kering akar pada masa generatif.

No Sandi Perlakuan Berat kering akar

...gram….. 1 P1 (Abu Sekam 1,2 gr + SP-36 3,3 gr + urea 5,3 gr) 34,30 2 P2 (Abu Sekam 2,4 gr + SP-36 6,6 gr + urea 5,3 gr) 20,43 3 P3 (Abu Sekam 3,6 gr + SP-36 9,9 gr + urea 5,3 gr) 17,13 4 P4 (KCl 2 gr + Fosfat Alam 1,2 gr + urea 5,3 gr) 16,43 5 P5 (KCl 4 gr + Fosfat Alam 2,4 gr + urea 5,3 gr) 35,20 6 P6 (KCl 6 gr + Fosfat Alam 3,6 gr + urea 5,3 gr) 41,87

7 P7 (Kontrol) 26,67

Berat Kering Gabah

Dari hasil Sidik Ragam pada Lampiran 10 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering gabah/ember pada masa produksi. Berat kering gabah tertinggi terdapat pada perlakuan Abu sekam 1,2 gr/ember + SP-36 3,3 gr/ember yaitu 20.91 gram/ ember. Berat kering gabah terendah terdapat pada perlakuan Abu sekam padi 1,2 gr/ember + SP-36 6,6 gr/ember yaitu 8.63 gram/ember. Pengaruh pemberian abu sekam dan fosfat alam terhadap berat berat kering gabah/ember pada masa produksi dapat dilihat pada Tabel 11

Tabel 11. Pengaruh pemberian abu sekam padi dan fosfat alam terhadap berat gabah kering/ember pada masa produksi.

No Sandi Perlakuan Berat kering gabah

...gram...

1 P1 (Abu Sekam 1,2 gr + SP-36 3,3 gr + urea 5,3 gr) 20,93 2 P2 (Abu Sekam 2,4 gr + SP-36 6,6 gr + urea 5,3 gr) 8,63 3 P3 (Abu Sekam 3,6 gr + SP-36 9,9 gr + urea 5,3 gr) 13,83 4 P4 (KCl 2 gr + Fosfat Alam 1,2 gr + urea 5,3 gr) 13,53 5 P5 (KCl 4 gr + Fosfat Alam 2,4 gr + urea 5,3 gr) 18,03 6 P6 (KCl 6 gr + Fosfat Alam 3,6 gr + urea 5,3 gr) 15,73

Pembahasan pH Tanah

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 1 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH tanah selama 30 hari inkubasi. Hal ini dapat disebabkan karena tidak adanya faktor- faktor yang mempengaruhi peningkatan pH tanah. Perlakuan yang dilakukan menggunakan abu sekam padi dan fosfat alam dimana kedua bahan ini tidak ada yang dapat memberi pengaruh yang nyata terhadap pH tanah. Abu sekam lebih banyak mengandung kadar silikat yang tidak mempengaruhi kondisi pH tanah sementara fosfat alam lebih dipengaruhi oleh nilai pH dalam tanah. Bila pH tanah semakin rendah kelarutan P akan semakin tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah seperti yang ditulis oleh Hakim (1986) adalah kejenuhan basa, sifat koloid tanah dan jenis kation yang terjerap. Namun ada kalanya pH tanah sawah dalam awal aplikasi akan rendah namun setelah inkubasi pH tanah akan perlahan menjadi stabil hingga meningkat. Hal ini sesuai dengan Hardjowigeno (2005) yang menyatakan bahwa bila tanah digenangi, maka dalam beberapa hari pertama pH turun hingga minimum, kemudian beberapa minggu kemudian pH naik sampai stabil 6.7 -7.2 (air : tanah) atau 6.5 – 7.0 dalam larutan tanah.

P- Tersedia

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 2 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam berpengaruh sangat nyata terhadap ketersedian P dalam tanah. Berdasarkan Tabel 2 nilai P tersedia meningkat dari setiap

perlakuan. Hal ini sejalan dengan penambahan dosis yang diberikan. Dari hasil juga terlihat bahwa nilai P-tersedia semakin meningkat dan lebih tinggi pada perlakuan fosfat alam dibandingkan perlakuan SP-36.

Nilai P- tersedia perlakuan Kontrol ternyata berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan. Ini disebabkan karena dosis pemberian kontrol berbeda dengan semua perlakuan. Perlakuan kontrol hanya menggunakan pupuk SP-36 sebagai sumber hara P dan dosis yang digunakan hanya dosis anjuran yang biasa dilakukan di lapangan sementara perlakuan yang lain menggunakan fosfat alam dan SP-36 sebagai sumber hara P dan dosis yang diberikan juga beraneka dari yang rendah hingga dosis tinggi. Sementara antara perlakuan yang menggunakan abu sekam dan SP- 36 berbeda sangat nyata dengan perlakuan yang menggunakan KCl dan dan Fosfat alam. Hal ini dikarenakan karena dosis masing- masing perlakuan juga berbeda. Walaupun sumber perlakuan sama namun dosis yang diberikan berbeda. Selain itu antara perlakuan yang menggunakan abu sekam dan SP- 36 berbeda sangat nyata dengan menggunakan KCl dan fosfat alam. Hasil yang diperoleh berbeda sangat nyata, ini disebabkan karena sumber hara P dan K yang berbeda dan juga dosis yang diberikan juga berbeda dari setiap perlakuan.

Pemberian abu sekam padi dengan dosis 2,4 – 3,6 gr ternyata dapat juga meningkatkan ketersedian pH dibandingkan apabila dengan dosis 1,2 gr. Namun apabila antara dosis 2,4 – 3,6 gr, dosis 2,4 gr juga sudah cukup nyata memberikan pengaruh yang nyata pada ketersediaan P. Pada Perlakuan pemberian fosfat alam dengan dosis 3,3 gr/ember lebih rendah ketersedian P dibanding pada dosis 2,4- 3,6 gr/ember. Walaupun dosis 3,6 gr/ember memberikan pengaruh yang sangat

nyata pada ketersediaan P, namun pemberian fosfat alam dengan dosis 2,4 gr/ember juga telah nyata dalam menyediakan P- tersedia.

Hal ini disebabkan karena Fosfat alam lebih cepat tersedia dibandingkan SP-36. Fosfat alam yang diaplikasikan sudah dalam bentuk tepung sedangkan SP-36 masih dalam bentuk butiran sehingga fosfat alam lebih cepat larut dan tersedia bagi tanaman. Kandungan fosfat organik pada lapisan tanah atas (top soil) lebih banyak bila dibandingkan dengan sub soil. Hal ini disebabkan karena absorbsi/ serapan akar tanaman yang sampai ke sub soil, sedangkan pada top soil terdapat akumulasi dari sisa- sisa tanaman dari satu generasi ke generasi berikutnya (Hakim, dkk, 1986).

K- Tukar Tanah Setelah Inkubasi

Dari hasil Sidik Ragam pada Lampiran 2 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan K-tukar tanah setelah inkubasi namun K-tukar bertendensi meningkat dengan meningkatnya pemberian dosis abu sekam padi dan fosfat alam. Dari nilai di atas dapat dikatakan nilai K- tukar meningkat dari dosis yang kecil sampai dosis yang lebih besar. Walaupun peningkatan kadar K-tukar lebih tinggi pada perlakuan KCl 1 gr/ember; KCl 2 gr/ember; KCl 3 gr/ember yaitu senilai 0.26;0.33;0.37, hal ini mungkin disebabkan karena ketersediaan unsur hara K dari abu sekam lebih lambat dibanding ketersediaan unsur hara K dari pupuk KCl. Pupuk KCl adalah pupuk kimia yang sering digunakan karena lebih cepat ketersediaannya dibanding pupuk organik seperti abu sekam. Di samping itu abu sekam yang di aplikasikan belim terurai sempurna sehingga ketersediaannya lambat. Namun hal ini sebenarnya bisa merusak sifat fisik dan kimia tanah secara perlahan. Penambahan

pupuk KCl ke dalam tanah diketahui dapat menurunkan pH tanah, meskipun besarnya penurunan bervariasi dari satu jenis tanah dengan jenis tanah lainnya (Hasibuan, 2006).

N-Total Tanah Setelah Inkubasi

Dari hasil Sidik Ragam pada Lampiran 3 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam berpengaruh tidak nyata terhadap N-total tanah setelah inkubasi. Jika dilihat berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 dan BPP Medan tanah ini termasuk dalam kriteria rendah. Hal ini bisa saja disebabkan karena dosis yang diberikan adalah sama dan sesuai dengan dosis anjuran yaitu 150 gr/ember. Selain dari jumlah dosis yang diberikan, kadar nitrogen ini juga dipengaruhi oleh sifat unsur nitrogen yang mobil. Akibat adanya masa inkubasi selama sebulan maka unsur N bisa mengalami denitrifikasi. Di samping itu juga akibat temperatur yang tidak stabil dapat mempengaruhi kondisi Nitogen dalam

tanah. Hardjowigeno (2005) menulis bahwa menurut De Datta (1978 dalam Kyuma, 2004) besarnya kehilangan N yang diberikan berkisar antara

20-40 % di India dan 30- 50 % di Jepang. Kecepatan hilangnya nitrat akibat denitrifikasi tergantung kepada sifat tanah dan temperatur. Semakin rendah temperatur, proses denitrifikasi semakin lambat dan temperatur 5º C tidak terjadi denitrifikasi. Pada tanaman padi sawah daerah tropis NO3 menghilang dalam beberapa hari setelah penggenangan, sebagian besar akibat penggenangan.

Tinggi Tanaman

Dari hasil Sidik Ragam pada Lampiran 4 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman selama minggu I sampai minggu ke VI. Pada minggu ke VI pertumbuhan tanaman

berkisar 85- 91 cm.. Pertumbuhan tanaman cukup meningkat dari minggu I sampai minggu VI. Namun walaupun pertumbuhan tanaman meningkat tapi secara statistik perlakuan ini tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan yang tidak optimal bisa dikarenakan karena ketersediaan unsur Ca. Unsur Ca merupakan unsur yang digunakan untuk pertumbuhan sementara unsur Ca tidak di beri perlakuan. Seperti yang ditulis oleh (Hardjowigeno, 2003) bahwa Kalsium merupakan unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman untuk penyusunan dinding sel tanaman, pembelahan sel, untuk tumbuh. Hal ini juga dapat dipengaruhi karena pemberian pupuk organik maupun non- organik. Foth (1994) menuliskan bahwa pada dasarnya, tumbuhan yang tumbuh di atas lahan tergantung pada tanah karena tanah merupakan tempat tersedianya air dan unsur- unsur hara. Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman. Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya (Rosmarkam, 2002).

Jumlah Anakan

Dari hasil Sidik Ragam pada lampiran 4 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan. Jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan KCl 3 gr/ember + Fosfat alam 333 gr/ember yaitu 18 dan jumlah anakan terendah pada perlakuan Abu sekam 100 gr/ember + fosfat alam 1,7 gr/ember yaitu 9. Banyak sedikitnya jumlah anakan ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman. Apabila pertumbuhan tanaman sudah tidak optimum maka jumlah anakan juga berkembang secara kurang optimum. Kurangnya unsur hara Ca menyebabkan Tunas dan akar tidak

dapat tumbuh atau berkembang karena pembelahan sel terhambat (Hardjowigeno, 2003).

Berat Kering Tanaman dan Berat kering Produksi

Dari hasil Sidik Ragam pada Lampiran 7 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman atas (daun) dan bawah (akar). Berat kering daun ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah daun dan anakannya. Perlakuan KCl 1 gr/ember + fosfat alam 160 gr/ember saat di lapangan terjadi kerusakan akibat kondisi lingkungan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi kurang optimal sehingga tanaman menjadi kerdil. Banyaknya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti kondisi lingkungan. Pada dasarnya, tumbuhan yang tumbuh di atas lahan tergantung pada tanah karena tanah merupakan tempat tersedianya air dan unsur- unsur hara. Di samping itu tanah harus menyediakan lingkungan supaya akar dapat berfungsi. Lingkungan ini memerlukan ruangan pori untuk perluasan akar. Pada hakikatnya pertumbuhan semua tanaman pertanian ekonomi akan dibatasi bila terjadi kekurangan air (Foth, 1994).

Berat kering akar sangat dipengaruhi oleh unsur hara yang terkandung dalam tanah dan jumlah hara yang diberikan ke dalam tanah. Perlakuan Fosfat alam dengan dosis 3,6 gr/ember + KCL 6 gr/ember adalah merupakan perlakuan yang menggunakan dosis tertinggi sehingga berat kering akarnya pun semakin meningkat akibat unsur hara yang semakin tinggi. Akar mempunyai lubang- lubang yang disebut letisel yang memungkinkan pertukaran gas. Beberapa tanaman padi dapat tumbuh dalam air tergenang karena tanaman ini mempunyai struktur morfologi yang memungkinkan difusi intern oksigen atmosfir ke dalam

jaring- jaring akar. Penempatan pupuk fosfor yang dapat larut pada jalur akar muda telah menjadi praktek umum dalam produksi banyak tanaman tahunan. Menjadi jelas bahwa makin bersifat mobil suatu unsur hara dalam air tanah, makin mudah bergerak hara itu ke akar dan diserap oleh tumbuhan. Batas jarak terjauh yang dapat dicapai air dan hara yang larut memerlukan percabangan akar yang sambung menyambung pada tanah untuk menopang pertumbuhan tanaman (Foth, 1994).

Sementara dari hasil Sidik Ragam pada Lampiran 7 diketahui bahwa pemberian abu sekam padi dan fosfat alam berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering gabah. Berat kering produksi juga berhubungan dengan pertumbuhan tanaman, jumlah anakan dan berat kering tanaman. Apabila jumlah anakan dan berat kering tanaman tidak nyata maka berat kering produksi pun menjadi tidak nyata. Perbedaan berat kering gabah ini juga diakibatkan karena adanya gangguan lingkungan yang mengakibatkan sebagian produksi padi terganggu seperti angin, hujan dan hama.

Dokumen terkait