a) Transaksi timbul dan
penghapusan piutang serta
penyisihan piutang tak tertagih
Piutang biasanya timbul karena entitas memberikan barang atau jasa kepada pihak lain dan pihak lain tersebut belum melakukan pelunasan atas barang atau jasa yang diberikan. Dalam hal ini
entitas harus mengakui
Pendapatan-LO karena proses
untuk perolehan pendapatan
sudah dilakukan (exchange
transactions). Di sisi lain pihak
ketiga belum melakukan
pembayaran sehingga entitas akan
mencatat hak/klaim tersebut
sebagai piutang. Misalnya, entitas sudah memberikan jasa/fasilitas
tertentu kepada pihak ketiga sesuai dengan yang disepakati
namun belum dilakukan
pembayaran. Transaksi ini tidak akan dicatat dalam LRA karena tidak terdapat uang masuk ke kas negara.
Atas peristiwa ini entitas harus
melakukan pencatatan
Pendapatan-LO dengan mendebit akun piutang. Pencatatan piutang tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
D Piutang Bukan Pajak XXXX
K Pendapatan Bukan Pajak
- LO
XXXX Selain itu, pendapatan dapat timbul tanpa melalui transaksi
pertukaran (non-exchange
transactions) pada umumnya yaitu
dari kewenangan yang dimiliki
entitas misalnya kewenangan
kantor pajak dalam menetapkan pajak yang harus dibayar oleh pihak lain. Dalam hal ini kebijakan akuntansi entitas akan sangat menentukan kapan pendapatan tersebut harus dicatat sebagai pendapatan-LO. Atas transaksi
tersebut dapat dibuat jurnal sebagai berikut:
D Piutang Pajak XXXX
K Pendapatan Pajak - LO XXXX
Selanjutnya, terdapat
kemungkinan bahwa piutang
muncul atas pengembalian belanja
sebagai akibat kelebihan
pembayaran yang terjadi pada TA
yang lalu misalnya terdapat
kelebihan pembayaran gaji pada tahun anggaran yang lalu sehingga
akan mengakibatkan
pengembalian belanja gaji,
pengembalian belanja perjalan dinas tahun yang lalu dan baru diketahui pada tahun berjalan serta belum dilakukan pelunasan, maka akan dapat dijurnal sebagai berikut:
D Piutang XXXX
K Pendapatan Lain-Lain
-LO
XXXX
Namun hal ini hanya berlaku atas pengembalian belanja untuk yang bersifat tidak berulang dan tidak sistematis.
Sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, piutang harus disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat direalisasikan (net
realizable value). Untuk dapat
menyajikannya entitas akan
melakukan penyisihan piutang tak
tertagih atas piutang yang
dimilikinya. Penyisihan piutang tak tertagih ini tidak dicatat dalam belanja. Transaksi ini adalah merupakan transaksi intern yang dilakukan oleh entitas. Metode dan jumlah penyisihan piutang tak tertagih akan tergantung dari kebijakan akuntansi yang dianut oleh entitas. Jurnal penyisihan piutang tak tertagih tersebut dapat dibuat sebagai berikut:
D Beban Penyisihan Piutang Tak tertagih
XXXX
K Akumulasi Penyisihan
Piutang Tak tertagih XXXX
Biasanya penyisihan piutang tak tertagih dilakukan oleh entitas pada tanggal pelaporan interim maupun tahunan.
Selanjutnya, transaksi piutang yang tidak dicatat dalam akuntansi kas menuju akrual adalah berkenaan
dengan penghapusan piutang. Piutang yang menurut ketentuan
perundang-undangan sudah
dihapuskan harus dikeluarkan dari catatan akuntansi. Transaksi ini adalah juga merupakan transaksi intern entitas dimana bukti dan pencatatan transaksi dilakukan sendiri oleh manajemen entitas. Adapun jurnalnya dapat dibuat sebagai berikut:
D Akumulasi Penyisihan Piutang Tak tertagih
XXXX
K Piutang XXXX
b) Transaksi perolehan dan
penyusutan aset tetap
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa atas belanja modal tidak dilakukan konversi ke LO. Hal ini disebabkan karena belanja modal akan menghasilkan aset yang akan
memberikan manfaat kepada
entitats lebih dari satu tahun. Pengalokasian beban aset tetap akan dilakukan melalui beban penyusutan.
Belanja modal dalam LRA akan dikonversi ke neraca sebagai aset tetap atau aset lainnya. Dalam hal ini harus diyakinkan bahwa atas
belanja modal tersebut memang manghasilkan aset, kalau tidak maka akn terjadi salah saji baik pada LO maupun pada neraca. Adapun atas transaksi belanja modal dapat dibuat jurnal sebagai berikut:
D Aset Tetap XXXX
K Ditagihkan ke Entitas
Lain XXXX
Seiring dengan berjalannya
waktu, terhadap aset tetap harus dialokasikan beban penyusutan yang biasanya dilakukan setiap semesteran atau tahunan. Sama
halnya dengan penyisihan
piutang tak tertagih, transaksi penyusutan aset tetap adalah
merupakan transaksi intern
manajemen entittas. Metode dan nilai yang disusutkan atas aset tetapnya akan sangat tergantung dari kebijakan akuntansi yang
dianut. Adapun jurnal
penyusutan aset tetap dapat dibuat sebagai berikut:
D Beban Penyusutan Aset
Tetap
XXXX
K Akumulasi Penyusutan
c) Transaksi perolehan, amortisasi
dan penghapusan aset tak
berwujud
Hampir sama dengan aset tetap, aset tidak berwujud juga dihasilkan
dari belanja modal. Namun
demikian, manajemen harus
secara cermat memastikan bahwa
dari belanja modal tersebut
memang dihasilkan aset tak
berwujud. Kriteria-kriteria yang ketat telah ditetapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan untuk memastikan bahwa sebuah
item merupakan aset tak
berwujud. Jurnal berikut dapat dibuat untuk mencatat perolehan aset tak berwujud:
D Aset Tak Berwujud XXXX
K Ditagihkan ke Entitas
lain XXXX
Sedangkan pengalokasian beban aset tak berwujud adalah melalui amortisasi aset tak berwujud. Sama halnya dengan transaksi penyusutan aset tetap, amortisasi
aset tak berwujud adalah
merupakan transaksi intern
manajemen entitas. Metode dan nilai yang diamortisasikan akan
sangat tergantung dari kebijakan akuntansi yang dianut oleh entitas. Adapun jurnal beban amortisasi aset tak berwujud dapat dibuat sebagai berikut:
D Beban Amortisasi Aset Tak Berwujud
XXXX
K Akumulasi Amortisasi
Aset Tak Berwujud XXXX
d) Transaksi penyesuaian persediaan
Dalam konversi belanja barang dan jasa ke beban yang sesuai, semua item belanja dikonversi menjadi beban. Pada kenyataannya pada tanggal pelaporan biasanya masih terdapat persediaan yang belum habis dipakai atau dikonsumsi. Untuk penyajian dalam laporan
keuangan beban persediaan
tersebut harus disesuaikan
sehingga akan memberikan
informasi yang akurat. Dalam konversi belanja biasanya akan dijurnal sebagai berikut:
D Beban Persediaan XXXX
K Ditagihkan Ke Entitas lain XXXX
Penjurnalan seperti ini adalah dengan pendekatan beban/LO dan
perlu disesuaikan pada tanggal pelaporan baik interim maupun tahunan. Penyesuaian dilakukan untuk mengakui bahwa beban
persediaan yang dicatat
berdasarkan belanja tidak
semuanya habis dikonsumsi
namun masih terdapat barang
berupa persediaan. Jurnal
penyesuaian yang dibutuhkan
adalah:
D Persediaan XXXX
K Beban Persediaan XXXX
e) Transaksi pembayaran diterima di muka (Deferal)
Dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan-LO harus disajikan dalam LO dalam periode di mana pendapatan-LO tersebut diperoleh dan bukan pada saat diterima
pembayarannya. Misalnya
pendapatan jasa pendidikan segera dicatat pada saat entitas telah
memberikan jasanya, tanpa
memperhatikan pembayarannya. Demikian halnya beban, beban akan dilaporkan pada LO pada saat jasa telah diterima oleh entitas,
tanpa memperhatikan
pembayarannya.
Pada tanggal pelaporan
transaksi-transaksi pembayaran dimuka
(deferal) yaitu Beban Dibayar di Muka dan Pendapatan Diterima di
Muka harus
diperbarui/disesuaikan. Biasanya transaksi sejenis ini tidak dilakukan pembaruan setiap hari tetapi di akhir tahun/tanggal pelaporan. Transaksi pembayaran dimuka adalah pembayaran dimuka atas jasa-jasa yang harapkan akan diterima di masa datang. Misalnya pembayaran di muka atas sewa kantor untuk periode sampai dengan Maret tahun depan. Jasa/manfaat yang belum diterima oleh entitas yaitu hak untuk menempati sampai dengan Maret tahun depan harus diakui sebagai aset berupa Beban Dibayar di Muka pada neraca. Ilustrasi jurnal pada saat dibayar sewa adalah:
D Beban Sewa XXXX
K Ditagih Ke Entitas Lain XXXX
Maka pada tanggal pelaporan
diperlukan penyesuaian untuk
mengkoreksi Beban Sewa dan memunculkan aset berupa Beban Dibayar di Muka.
D Sewa Dibayar di Muka XXXX
K Beban Sewa XXXX
Selanjutnya, hal yang sama
dilakukan apabila entitas
menerima pembayaran sebelum menyelesaikan/menyerahkan jasa
yang seharusnya diberikan.
Misalnya, entitas mendapat
pembayaran atas gedung yang disewakan kepada pihak lain untuk periode sampai dengan Mei tahun depan. Maka Pendapatan-LO yang dapat diakui adalah pendapatan-LO sampai dengan bulan Desember tahun berjalan dan sisanya harus diakui sebagai utang yaitu utang utuk memberikan fasilitas gedung kepada penyewa. Jurnal pada saat diterima pemabayaran adalah:
D Diterima dari Entitas Lain XXXX
K Pendapatan Sewa- LO XXXX
Selanjutnya pada tanggal
pelaporan jurnal tersebut harus disesuaikan agar laporan keuangan yang disajikan menggambarkan
keadaan yang sebenarnya.
Pendapatan-LO akan dikurangi dan kewajiban pada neraca akan
dimunculkan sebagai pendapatan diterima dimuka.
D Pendapatan Sewa- LO XXXX
K Pendapatan Diterima
Dimuka XXXX
f) Transaksi pembayaran dilakukan
di belakang (Accrue)
Kebalikan dari transaksi deferal, dalam transaksi accrue entitas sudah menerima jasa/manfaat dari pihak lain tapi belum melakukan pembayaran atau entitas sudah memberikan jasa/manfaat kepada pihak lain namun belum dilakukan
pembayaran. Misalnya pada
tanggal pelaporan, entitas sudah menikmati listrik dan telepon tetapi sampai dengan tanggal pelaporan jasa tersebut belum
dibayar atau entitas sudah
memberikan sebagian jasa
pendidikan tetapi sampai dengan tanggal pelaporan belum dibayar. Terhadap transaksi-transaksi ini harus dilakukan penyesuaian agar laporan keuangan yang disajikan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Jurnal penyesuaian
yang dapat dibuat oleh entitas adalah:
D Beban Jasa Listrik dan Telepon
XXXX
K Beban yang masih Harus
Dibayar XXXX
Dan:
D Piutang Jasa XXXX
K Pendapatan Jasa - LO XXXX
Transaksi penyesuaian dan koreksi ini akan menghasilkan jurnal
koreksi yang selanjutnya
digunakan untuk menyesuaikan LO dan neraca sebelum penyesuaian.
Dengan menggunakan aplikasi
sederhana atau memanfaatkan aplikasi Microsoft Excel akan dapat dibuat worksheet konversi yang hasil akhirnya adalah LO, LPE dan Neraca dengan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
5. Penutup
Konversi akuntansi kas menuju akrual ini merupakan salah satu alternatif pada
masa transisi. Terdapat berbagai
kelemahan dalam proses penyusunan dan
keintegrasian datanya dibandingkan
apabila entitas mengimplementasikan
sistem informasi yang proses
pencatatannya sudah mengikuti kaidah-kaidah pencatatan akuntansi akrual. Perlu disampaikan bahwa proses konversi dan penyesuaian serta koreksi pencatatan
transaksi dalam tulisan ini belum
sempurna. Kemungkinan masih terdapat transaksi yang tidak tercakup. Entitas yang
akan melakukan konversi harus
melakukan penyesuaian dan koreksi sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dan karakteristik masing-masing entitas. Namun demikian, diharapkan tulisan ini dapat memberikan gambaran secara umum dan memberikan inspirasi dalam proses implementasi akuntansi berbasis akrual.