• Tidak ada hasil yang ditemukan

I 3: Sore.

R: Kamu sudah melihat errors yang saya kirim melalui e-mail? I 3: Ya.

R: Ok. Jadi sehubungan dengan errors itu saya punya beberapa pertanyaan. Yang pertama apakah kamu menyadari bahwa kamu membuat kesalahan dalam frasa kata kerja ketika kamu melakukan latihan mengajar di kelas Microteaching? I 3: Ya. Saya merasa. Ini dari video kan? Saya udah liat videonya dan saya sudah … Beberapa dari yang diberikan dari data ini, saya sudah tahu kalau itu salah dan saya … (unclear) ekspektasi.

R: Ok. Dari video yang kemarin itu kan saya melakukan transcription. Jadi saya tonton, kemudian saya ubah bahasa percakapan itu menjadi tertulis, maka kemudian saya menemukan beberapa ungkapan yang … (Edited) ucapkan itu mengandung kesalahan dalam frasa kata kerja. Nah kemudian apakah menurutmu menggunakan frasa kata kerja dengan benar, tepat secara tata bahasa itu penting? Apakah penting atau tidak?

I 3: Untuk ngajar penting. R: Kenapa?

I 3: Ya tentu saja kalau dengan penggunaan yang tepat, arti kata-kata yang diberikan lebih benar. Tapi untuk, karena ngajar SMA juga di PPL, ngajar

Microteaching kemarin di videonya, yang saya hadapi itu non-native, jadi tidak

sepenting kalau kita berbicara dengan native speaker.

R: Kemudian sekarang, kan kita punya bahasa ibu, Bahasa Indonesia. Apakah kamu berpikir bahwa Bahasa Indonesia itu memiliki pengaruh dalam produksi kesalahan-kesalahan Grammar tadi? Ada pengaruh nggak?

I 3: Karena struktur Bahasa Indonesia beda sama Bahasa Inggris. Ya betul, ada jelas. Bahasa lebih mudah, Bahasa Inggris lebih strict dan Bahasa Indonesia tidak pakai tenses. Tapi saya rasa itu soal kebiasaan sebenarnya. Kalau pengaruh tidak terlalu.

R: Ok kemudian, nah di dalam pesan yang saya kirimkan melalui e-mail jadi saya mengambil suatu teori oleh beberapa ahli bahwa ada empat penyebab kesalahan

Grammar. Ya entah itu written atau spoken, itu bisa disebabkan oleh, yang

pertama, overgeneralization. Itu di mana kita mengaplikasikan suatu aturan tertentu untuk situasi baru. Kita pikir sama aja gitu lho. Ternyata harusnya ini situasi baru yang di mana aturan yang kita tahu di benak kita itu tidak berlaku. Itu yang pertama. Kemudian yang kedua kurangnya pengetahuan bahwa beberapa aturan itu memiliki batasan. Itu yang kedua. Kemudian yang ketiga kita mau berkomunikasi hanya untuk supaya orang sekadar mengerti tanpa kita menggunakan aturan yang lengkap dan benar secara tata bahasa. Itu yang

penyebab ketiga dan yang keempat mungkin karena pengaruh bahasa ibu, Bahasa Indonesia, kita pikir konsep kita itu konsep Bahasa Indonesia dan kita terapkan itu ke dalam Bahasa Inggris. Nah setelah (Edited) melihat kesalahan-kesalahan yang

108

saya kirimkan itu, kira-kira cenderung kesalahan-kesalahan (Edited) itu di mana ya? Ke 1, 2, 3, atau 4?

I 3: Ok, saya belum baca semuanya tapi saya punya analisis sendiri, mau masukin mana terserah sama Mbak In. Ketika kita berbicara, kita fokusnya, ya fokus berbicara itu menyampaikan arti, todeliver the meaning. Beda dengan menulis. Saya merasa jadi ketika saya menulis, saya tidak terlalu banyak melakukan kesalahan Grammar karena saya punya waktu untuk berpikir, jadi dalam hal ini benar atau nggak. Terus tapi ketika kita berbicara, kita nggak sempat untuk berpikir, tapi lebih ke pilihan kata, vocabulary, terus cara mengungkapkan katanya tapi kita tidak terlalu banyak … (unclear). Itu saya kira itu. Kalau

misalnya… Ini kan videonya saya sudah persiapan, jadi mungkin cuman ini, kalau misalnya saya spontan mungkin lebih banyak kesalahan, sudah jelas. Dan juga masih ada faktor lain misalnya confident, bagaimana situasi yang terjadi di kelas waktu itu, itu bisa juga. Jadi ada beberapa faktor. Kalau soal overgeneralization saya, lack of knowledge, yang empat ini, sebenarnya kalau saya rasa dari yang tadi malah nggak ada.

R: Oh ya? Bukan yang ketiga ya? Karena kita mau asal orang mengerti the idea? I 3: Jadi yang ketiga. Ok yang ketiga.

R: Kemudian selain keempat itu, kira-kira ada lagi nggak? Mungkin dari dirimu I 3: Sebenarnya sih …. Apa ya? Tapi mungkin kalau saya melihat ini, kesalahan-kesalahan ini saya sudah lihat videonya dan saya memang melakukan kesalahan-kesalahan ini … (unclear) terus… tapi videonya cukup panjang (unclear). Sebenarnya masih banyak kan yang belum dimasukkin kesalahannya?

R: Setahu saya ya, saya menyetel video itu berkali-kali sampai kalau bisa itu nggak ada yang terlewatkan. Nah itu saya mungkin punya keterbatasan ya. Cuma saya itu sudah mengulang berkali-kali sehingga semua yang kira-kira ungkapan yang mengandung kesalahan itu sudah saya ambil semua, gitu.

I 3: Ya. Tapi ini kan yang cuman semua yang dimasukkan yang mengandung verb phrase error.

R: Iya. Jadi ini kesalahan di luar verb phrase, saya tidak ambil.

I 3: Kalau saya rasa yang mungkin gini, tentang kalimat-kalimat pertanyaan ini. Ya, ini salah, tapi bisa jadi benar gitu. Terus…

R: Contoh yang mana? Misalnya “You don’t like sport?”?

I 3: Ya! “You don’t like sport?” I don’t thinkYou don’t like sport?” itu bisa jadi kalimat pertanyaan. … (unclear), Paskalina? … (unclear) kalau ditulis … (unclear)

R: Ok, boleh saya tanggapi … (unclear)? Kenapa saya memasukkan misalnya nomor 6 itu sebagai kesalahan karena, alasan pertama, itu bukan tag question, jadi tidak ada tambahan “do you” di belakang. Jadi ini suatu pernyataan yang dibikin jadi pertanyaan padahal kita tahu dalam aturan Bahasa Inggris, ketika yes no

question itu, kita harusnya menempatkan auxiliary verbs di awal kan? “Don’t you

like sport?” Kecuali kalau ini kita menjadikan ini tag question, jadi “You don’t

like sport, do you?” gitu, itu baru secara Grammar itu oke, accurate gitu. Kenapa

makanya ini saya masukkan sebagai suatu kesalahan, gitu.

I 3: And then itu yang mungkin saya, I mean, even in England you don’t speak

109

understand and I find people understand here, too and then they do. … (unclear) I

never realize that’s a mistake and that is what happen. So you are right and I am

wrong, but I never thought that it was wrong. And if you analyze like this, so yeah,

it’s wrong, but I never have problems doing that mistake.

R: Jadi dalam skripsi saya, kenapa saya mengambil topik ini karena kita

dipersiapkan untuk menjadi guru, jadi kita ini adalah model, sedangkan membuat seperti ini itu pasti akan ditiru oleh anak-anak kita. Maksud saya gini, kita itu bukan pembicara yang hanya berbicara supaya orang mengerti, gitu lho, tapi kita ini suatu model, ini lho orang yang berbicara dengan Grammar yang oke. Karena kita ini, kalau bukan kita yang berbicara Grammar-nya oke, terus siapa yang diharapkan gitu lho. Jadi kita nggak cukup cuma, menurut saya ya, kita nggak cukup cuma berbicara dengan pesan yang tersampaikan saja, seperti itu, makanya saya mengangkat topik ini.

I 3: Ya, aku ngerti.

R: Ok, jadi kemudian pertanyaan berikut. Nah ada saran nggak untuk anak-anak PBI yang persiapan untuk mengajar di sekolah atau mungkin anak-anak yang belum Microteaching? Ada saran untuk mengatasi masalah error production? I 3: Ya! Saya sudah sarankan ini ke mana-mana sebenarnya, English-speaking

area … (unclear). Karena PBI tidak menggunakan Bahasa Inggris seperti dulu

lagi and menurut saya practice makes perfect dan sebenarnya saya kan sudah lewat kan saya ini, tapi dulu sekitar sepuluh tahun lalu saya ke sini, people talk English everywhere even if it’s wrong, even if it’s not accurate, even if it’s making

mistake, tapi mereka pakai Bahasa Inggris di mana-mana. Jadi saya rasa

orang-orang yang sekarang, mahasiswa-mahasiswa yang sekarang yang Bahasa Inggrisnya sudah bagus, itu sejak lama mereka sudah pakai, sering pakai atau memang selama ini mereka sering pakai. Tapi ketika mereka tidak pernah pakai, dan ketika Microteaching mereka terpaksa pakai. Itu kan tidak biasa, tidak punya pengalaman pakai Bahasa Inggris. Ya itulah, kurang pengalaman menggunakan. R: Kemudian apakah kamu mempunyai saran untuk para dosen PBI gimana mengatasi masalah error production?

I 3: Dosen juga bikin error. Kalau dianalisis dosen juga bikin error, tapi satu, mungkin bukan masalah error-nya ya, tapi masalah bagaimana dosen

berkomunikasi dengan mahasiswa. Di kelas mungkin ya memang dosen biasanya pakai Bahasa Inggris, tapi di luar kelas tidak. Terus kalau di luar verb phrase

error yang kamu analisis ini, the politeness of the English of the students are very

low. Karena saya melihat, ya itu karena kurang biasa dan dosen memperbolehkan hal itu terjadi. Jadi mungkin ada bagusnya kalau mahasiswa ngomong dan dosen koreksi, koreksi, koreksi … (unclear). Tapi kadang mereka masuk common room,

they say, “I want to meet Mr. this.” … (unclear). Mungkin kalau lebih diterapkan

lebih strict dan itu tadilah, lebih membiasakan penggunaaan Bahasa Inggris di luar.

R: Sekarang berkembang pertanyaannya. Kalau dosen terlalu banyak

mengkoreksi, apakah itu tidak menimbulkan efek yang kurang bagus kepada mahasiswa, misalnya jadi takut berbuat salah atau gimana, kalau terlalu sering mengkoreksi?

110

I 3: Ya kalau terlalu sering ya. Sering sama terlalu sering kan belum tahu lebih sering yang mana. Tapi gini, kadang mereka bikin kesalahan fatal dan itu tidak dikoreksi. Itu terjadi. Yang saya lihat mahasiswa PBI ini, banyak mahasiswa masuk PBI Sanata Dharma merasa mereka akan belajar Bahasa Inggris, padahal salah. Mereka akan belajar mengajari Bahasa Inggris, gitu kan? Yang artinya mereka harus bisa Bahasa Inggris dulu. Mungkin kenyataannya berbeda. Mereka masuk dan the English competence was not enough dan the lecturers see the

situation and they have to deal with it, jadi ada semacam kompromi gitu. Tapi

kelihatannnya saya kira waktu di PPL dan waktu di Microteaching di mana mereka, karena kompetensi Bahasa Inggris paling gampang kan waktu mereka berbicara. Itu saya kira. Kalau soal mengkoreksi kesalahan memang iya, tapi kalau untuk supaya jadi lebih baik, saya kira baguslah.

R: Jadi kamu memberi saran bahwa mengkoreksi seperlunya when needed? I 3: Ya, ya!

R: Jadi tadi kalau saya simpulkan, pertama practice makes perfect, kemudian bahwa ketika koreksi kesalahan yang fatal, itu perlu dikoreksi, seperti itu. I 3: Iya.

R: Hanya itu saja?

I 3: Ada beberapa cara. Yang ekstrim mungkin dosen SPD, yang beliau tidak mau menjawab kalau Bahasa Inggris yang kita gunakan salah, pronunciation,

Grammar salah, dia tidak akan mengerti walaupun dia pasti ngerti. Itu ekstrim.

Tapi itu bagus karena mahasiswa jadi berusaha gimana caranya biar benar. Terus bagaimana, karena ini PBI, gimana caranya supaya Bahasa Inggris menjadi bahasa yang digunakan sehari-hari. Saya kira itu. Apa lagi ya? Kalau soal pengetahuan atau soal understanding … (unclear).

R: Hanya itu saja ya? Oke (Edited), pertanyaannya sudah, hanya itu saja dan saya mengucapkan terima kasih atas kerja samanya, untuk informasi yang diberikan kepada saya, pengalamannya. Saya mengucapkan terima kasih. Sukses untuk kuliahnya, untuk PPL-nya. Thank you.

Note:

R: Researcher I: Interviewee

111 Appendix G.4

Transcript of the Interview with Interviewee 4

Dokumen terkait