• Tidak ada hasil yang ditemukan

I 2: Selamat sore, Mbak In.

R: Ok. Kemarin sudah baca e-mail yang saya kirim tentang errors yang kamu buat waktu latihan mengajar Microteaching?

I 2: Sudah. Sebagian besar mungkin agak tidak, eh, sebagian kecil tidak mengerti. R: Oh, gitu. Tapi kamu udah membaca semuanya, errors-nya?

I 2: Sudah.

R: Ok, jadi saya punya beberapa pertanyaan yang mau saya tanyakan berkaitan dengan kesalahan-kesalahan yang kemarin. Yang pertama, apakah kamu menyadari bahwa ketika kamu melakukan teaching practice, kamu membuat kesalahan dalam frasa kata kerja?

I 2: Iya. Kadang habis ngomong langsung sadar tapi kadang nggak. Ada beberapa yang tidak sadar kemungkinan, seperti “they uses”, kayak seperti itu. Kadang oh iya ya, kok bisa seperti itu.

R: Lalu apakah menurutmu menggunakan frasa kata kerja dengan tepat itu penting dalam speaking?

I 2: Penting banget. Minimal requirements. Ya.

R: Dalam speaking ya. Kan kalau dalam writing kan juga itu penting ya? Kalau dalam speaking kenapa kok menggunakan verb phrases dengan benar itu penting, kenapa, dalam speaking?

I 2: Karena verb itu, apa ya, thebasic important-nya. Jadi nunjukkin verb itu, misalnya kayak kita mau ngomong simple present tense, masak pakenya past gitu kan orang jadi bingung. Misalnya, “I was eating now.” Hah? Apa maksudnya?

They uses camera.” Apa? Ntar dikiranya “use”-nya bukan memakai mungkin ya,

tapi yang lain.

R: Ok. Ada alasan yang lain? Mungkin untuk seseorang yang akan menjadi guru. Karena sebenarnya dia itu kan menjadi teladan, nah, dilihat oleh para murid. Penting nggak?

I 2: Iya, guru sebagai objek atau model dari siswa. Iya.

R: Kemudian apakah menurutmu Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu mempengaruhi munculnya kesalahan-kesalahan. Ada nggak kira-kira? Menurutmu berpengaruh apa nggak?

I 2: Mugkin iya.

R: Kalau iya, dalam hal apa, contoh atau apa?

I 2: Saya sebagian besar tuh kalau mau mengungkapkan sesuatu, kata-katanya juga dalam penyusunan kalimat, dalam Bahasa Indonesia juga sering salah, sering salah-salah , jadi mungkin itu berpengaruh dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Itu mungkin. Saya tidak tahu pastinya. Misalnya mau ngomong apa ya, kan bikin kalimatnya nggak benar, jadinya Inggris-nya pun ikut nggak benar karena bahasa ibunya sendiri aja nggak benar. Masak bahasa lain yang bukan bahasa ibu bisa benar kan malah wow, kok amazing ya? Artinya mana?

104

R: Nah, kalu misalnya struktur dalam Bahasa Indonesia dibawa ke, ketika kita

translate dalam Bahasa Inggris. Itu kemungkinan bisa nggak? Misalnya

aturan-aturan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia terus kebawa ke Bahasa Inggris. I 2: Sepertinya iya. Kenapa ya? Karena itu tadi, aturannya nggak jelas, sesukanya dalam Bahasa Inggris dalam menterjemahkannya pun jadi ikut kacau-balau karena ini diterjemahkan apa ya? Sesuai kata per kata jadinya karena menyusun bahasa ibunya saja sudah kacau, ya udah menyusun bahasa orang lain kata per kata jadinya.

R: Ok yang berikutnya menurut suatu teori, seperti yang saya kirimkan melalui e-mail itu ada empat penyebab dari kesalahan. Nah yang pertama

overgeneralization. Nah itu ketika kita mengaplikasikan aturan tertentu kepada

situasi yang baru dan kita belum pernah mengalami situasi atau kalimat itu sebelumnya tetapi kita punya suatu aturan tertentu dalam benak kita, dalam pikiran kita. Terus kita mengaplikasikan tanpa kita tahu boleh nggak di dalam.... Nah itu yang pertama. Kemudian yang kedua kurangnya pengetahuan tentang batasan-batasan tertentu. Misalnya ada ini nggak boleh untuk kalimat ini. Nah itu kan ada batasan. Nah itu kita kurang tahu tentang hal itu. Kemudian yang ketiga, karena kita mau menggunakan Bahasa Inggris untuk berkomunikasi tapi efisien, dalam artian kita menggunakan aturan tidak terlalu lengkap. Yang penting orang bisa nangkep. Misalnya kita bilang gini, “You tired?”, padahal kurang “are”. Nah itu yang ketiga. Kemudian yang keempat ada pengaruh dari Bahasa Indonesia kemudian kita pikir konsep dalam Bahasa Indonesia itu sama dengan Bahasa Inggris kemudian kita memakai itu dalam Bahasa Inggris. Nah dari empat itu, kira-kira punyamu yang mana?

I 2: Bisa milih dua? Sepertinya overgeneralization sama yang ketiga. Tidak tahu batasan-batasan….

R: Kenapa? Alasannya?

I 2: Belum pernah memakai, apa ya, tidak sering men-drill diri sendiri, mungkin dalam ngomong inpublic seperti itu mungkin ya. Terus salah satu yang

mempengaruhi adalah nervous, jadinya grammar-nya lupa semua. Yang ketiga, kurangnya batasan-batasan….

R: Yang ketiga itu karena kita hanya ingin berkomunikasi I 2: Ya betul, ingin berkomunikasi

R: Jadi nggak perlu semua aturan kita pakai dengan benar, yang penting orang tahu.

I 2: Yang penting orang tahu. Nah kadang seperti itu. Karena udah saking pusingnya, aduh, habis ini ngapain ya, wah timing-nya, aduh ngomong apa,

timing-nya juga udah jalan terus gitu kan. Ah ya sudah mengalir aja, yang penting

kamu ngerti … (unclear). Yang penting komunikasinya ngerti dan bisa berjalan. R: Jadi yang kedua sama yang ketiga ya?

I 2: Yang pertama. R: Eh, yang pertama.

I 2: Overgeneralization sama kurangnya batasan…

R: Oh, berarti satu, dua, tiga juga dong! I 2: Oh, dua juga?

105 I 2: Oh iya.

R: Berarti yang paling dominan itu kira-kira kalau dilihat, overgeneralization,

ignorance of rule restriction, atau incomplete application of rules? Yang pertama,

kedua, atau ketiga yang paling dominan kayaknya?

I 2: Yang ketiga ya kayaknya. Mungkin karena pengaruh nervous itu jadi … dan grammar saya memang kurang Mbak, jadinya ya kalau pas grammar-nya kurang dan ditambah nervous jadinya ya udah deh.

R: Ok. Nah sekarang di luar empat tadi ada lagi nggak penyebab, misalnya dari dirimu sendiri atau apa, ada lagi?

I 2: Ada. Yang tadi itu mungkin ya, kurang memakai, kurang men-drill diri sendiri dan kurangnya banyak vocabulary ya yang masuk. Receptive-nya kurang gitu. Vocabulary, sama, apa sih, buat melatih diri sendiri untuk speaking, untuk komunikasi sama orang itu, maksudnya Bahasa Inggris itu, kurang. Jadi kurang latihan. Jadi kan, padahal bahasa itu kan seperti orang naik motor harus banyak pembiasaan, seperti itu.

R: Setelah kamu mengetahui kesalahan-kesalahan kamu, kemudian kemungkinan yang menyebabkannya apa, nah sekarang saran apa yang bisa kamu berikan untuk mahasiswa sepertimu, dalam artian yang mau mempersiapkan diri untuk mengajar di sekolah atau mungkin yang belum Microteaching. Kira-kira sarannya apa? I 2: Saran saya sebagai mahasiswa yang mungkin baru pertama kali masuk, semester 1, semester 2, banyak-banyaklah membaca buku atau koran, atau majalah mungkin yang menarik dalam Bahasa Inggris. Jadi makin banyaknya

receptive yang kamu terima, semakin mudah kamu menggunakannya dalam

pembahasaanmu, menyusun kalimatnya, memakai vocabulary-nya,

pronunciation-nya, seperti itu. Banyak-banyak nonton film juga jadi

pronunciation-nya bisa bagus dan sering-seringlah berlatih men-drill dirimu.

Habis nonton film ikuti dialognya. Kan kalau terbiasa ngomong, terbiasa melatih diri buat pronunciation, otomatis terekamlah dalam mind set-mu. Besok

pemakaiannya, kalau misalnya kamu disuruh berbicara in the public seperti itu kan, walaupun nervous kan tetep ada yang nyantol gitu.

R: Nah sekarang saran untuk para dosen PBI kita.

I 2: Ya para dosen. For the lecturer, mungkin memfasilitasi siswanya supaya lebih banyak yang mereka terima, receptive-nya. Itu diperbanyak aja. Misalnya

mahasiswanya itu entah disuruh nyari majalah atau nyari koran, dibawa ke kelas, bisa untuk mereka baca-baca. Atau misalnya dikasih buku yang menarik misalnya

Teenlit, suruh mereka baca. Mereka suruh kemukakan di depan anak-anak, for

public speaking misalnya. Dengan semakin seringnya mereka membaca dan

dengan semakin seringnya mereka berbicara, otomatis grammar-nya itu ada. Bukan grammar-nya yang ditekankan terus. Belajar rumus-rumus, ini ini ini, kan anak-anak bosan juga. Structure 1, 2, 3, Structure 2 aja sampai 3 SKS, itu malah nggak ada yang nyantol. Mendingan dalam pembelajaran Structure lebih baik kalau disuruh ngumpulin artikel-artikel, banyak-banyak membaca artikel-artikel. R: Berarti maksudnya (Edited) itu authentic materials ya? Authentic materials kan misalnya koran tadi, pokoknya sesuatu yang dari kehidupan gitu.

I 2: Terutama untuk dosen-dosen yang mengajarkan grammar itu sendiri jangan belajar grammar-nya di kelas dan exercise, exercise, exercise. It’s so boring dan

106

nggak ada yang nyantol sama sekali, menurut saya sih. Gimana kalau misalnya mahasiswanya difasilitasi terus cari artikel di koran yang menggunakan If Clause, misalnya kaya gitu. … (unclear) contohnya gini, kan anak-anak lebih

mengembangkan imajinasi kreativitasnya lebih lagi dan itu akan sangat mengena

… (unclear)nyantol dalam penggunaan (unclear). Seperti itu, ya.

R: Ada lagi sarannya? I 2: Nggak.

R: Ok. Saya kira pertanyaannya cukup segitu dulu aja. Terima kasih karena udah menyediakan waktu untuk saya wawancara dan sukses ya selalu buat kuliahnya. I 2: Maaf ya Mbak kalau ada kata-kata yang tidak berkenan.

R: Nggak apa-apa, nggak ada yang salah. Terima kasih. Note:

R: Researcher I: Interviewee

107 Appendix G.3

Transcript of the Interview with Interviewee 3

Dokumen terkait