Pada keadaan berbeban, kumparan sekunder transformator dihubungkan dengan beban ZL. Akibatnya, I2 mengalir pada kumparan sekunder. Arus beban I2
ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) yang cenderung menentang fluks bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan Im. Agar fluks bersama yang telah ada tidak berubah nilainya, maka pada kumparan primer akan mengalir arus I2β, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2. Sehingga arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi I0 + I2β.
Rangkaian Ekivalen Transformator
Transformator dapat dimodelkan dengan rangkaian elektrik ekivalen. Berikut ini adalah rangkaian ekivalen sebuah transformator apabila ditinjau dari sisi primer:
Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Transformator
Keterangan :
RP = Hambatan primer XP = Reaktansi primer
RS = Hambatan sekunder XS = Reaktansi sekunder
RC = Hambatan inti XM = Reaktansi magnet
Efisiensi dan Regulasi Tegangan Transformator
Efisiensi adalah perbandingan daya keluaran dan daya masukan, efisiensi dapat di rumuskan sebagai berikut:
π = ππππ’π‘
ππ π₯ 100%
Karena, πππ’π‘ = π2. πΌ2. cos Ι΅2 πππ = πππ’π‘+ Rugi-rugi
(2.8) (2.7)
πππ = πππ’π‘+ πππ’+ ππππ‘π
πππ = π2. πΌ2. cos Ι΅2+ πππ’+ ππππ‘π
Maka, dengan mensubtitusikan persamaan (2.7) dan (2.8) ke persamaan (2.6) diperoleh rumus untuk efisiensi adalah:
π = π2.πΌ2.cos Ι΅2
π2.πΌ2.cos Ι΅2+ πππ’+ ππππ‘π π₯100%
(Tanjung 2015)Dimana:
π = Efisiensi Transformator πππ’π‘ = Daya Keluaran
πππ = Daya Masukan π2 = Tegangan Sekunder πΌ2 = Arus Sekunder cos Ι΅2 = Faktor Kerja Beban πππ’ = Rugi-rugi Tembaga ππππ‘π = Rugi-rugi inti
Regulasi tegangan atau pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan sekunder antara beban nol dan beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu, dengan tegangan primer konstan dapat dinyatakan dengan rumus berikut:
Pengaturan Tegangan = π2ππβπ2ππ
π2ππ
(2.9)
(2.10)
(2.11)
Dimana:
π2ππ = Tegangan sekunder saat tanpa beban π2ππ = Tegangan sekunder saat beban penuh
Transformator Tiga Fasa
Transformator tiga fasa dapat dibentuk menggunakan dua cara yaitu dengan menghubungkan tiga buah transformator satu fasa, dan dengan membuat transformator dari tiga buah belitan primer, tiga belitan sekunder yang dihubungkan dengan satu inti besi, cara ini lebih ekonomis karena menggunakan inti besi yang lebih sedikit dibandingkan jika menggunakan tiga buah transformator satu fasa.
Sama halnya dengan transformator satu phasa, konstruksi transformator tiga phasa terdiri dari dua tipe yaitu tipe inti dan tipe cangkang.
Gambar 2.9 Transformator tiga fasa tipe inti
Gambar 2.11 Hubungan Wye
Gambar 2.10 Transformator Tiga Fasa Tipe Cangkang
Hubungan Tiga Fasa Dalam Transformator
Secara umum hubungan belitan tiga fasa terbagi atas dua jenis, yaitu hubungan wye (Y) dan hubungan delta (Ξ). Masing-masing hubungan belitan ini memiliki karakteristik arus dan tegangan yang berbeda-beda, selanjutnya akan dijelaskan dibawah. Baik sisi primer maupun sekunder masing-masing dapat dihubungkan wye ataupun delta. Kedua hubungan ini dapat dijelaskan secara terpisah, yaitu:
1. Hubungan Wye (Y)
Hubungan wye sering disebut juga hubungan bintang, hubungan ini dibuat dengan menghubungkan titik awal atau titik akhir dari ketiga phasa ke 1 titik yang dinamakan netral.
Gambar 2.12 Hubungan Delta Pada hubungan wye ini, berlaku persamaan:
πΌπ = πΌπ = πΌπ = πΌπΏ (Ampere)
πΌπΏ = πΌπβ (Ampere)
ππ π= πππ = ππ π = ππΏβπΏ (Volt)
ππΏβπΏ= β3ππΏβπ (Volt)
Dimana : πΌπΏ = Arus line
πΌπβ = Arus Phasa
ππΏβπΏ = Tegangan line-to-line
ππΏβπ = Tegangan line-to-netral
2. Hubungan Delta (Ξ)
Hubungan Delta ini dibuat dengan menghubungkan titik awal belitan dan titik akhir belitan lainnya.
(2.12)
(2.13)
(2.14)
(2.15)
Pada hubungan delta ini, berlaku persamaan:
πΌπ = πΌπ = πΌπ = πΌπΏ (Ampere)
πΌπΏ = β3πΌπβ (Ampere)
ππ π= πππ = ππ π = ππΏβπΏ (Volt)
ππΏβπΏ= ππΏβπ (Volt)
Dimana : πΌπΏ = Arus line
πΌπβ = Arus Phasa
ππΏβπΏ = Tegangan line-to-line
ππΏβπ = Tegangan line-to-netral
Hubungan Belitan Transformator Tiga Fasa
Pada transformator tiga phasa terdapat dua hubungan belitan yang digunakan yaitu hubungan wye dan delta. Ada empat kemungkinan hubungan belitan transformator yaitu hubungan wye-delta, delta-wye, wye-wye, dan delta-delta.
1. Hubungan Wye-Delta
Transformator hubungan ini belitan primernya terhubung secara wye dan belitan sekundernya terhubung secara delta. Hubungan wye-delta ini biasanya digunakan untuk menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan menengah atau tegangan rendah. Hubungan ini menyediakan titik pentanahan netral pada sisi primer. (El-Hawary 2008)
(2.16)
(2.17)
(2.18)
(2.19)
Gambar 2.13 Transformator Bank 3 Fasa terhubung Wye-Delta (Matsch, Capasitors, Magnetic Circuits and Transformers 2011)
Gambar 2.14 Transformator Tiga Fasa Terhubung Wye-Delta
Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan β3 tegangan phasa primer dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan phasa sekunder, sehingga diperoleh perbandingan tegangan.
Perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah:
ππ΄π΅
πππ
=
β3πΙΈππΙΈπ
=
β3π(2.20)
Gambar 2.15 Transformator Bank Tiga Fasa Terhubung Delta-Wye
Gambar 2.16 Transformator Tiga Fasa Terhubung Delta-Wye 2. Hubungan Delta-Wye
Hubungan Delta-Wye merupakan hubungan yang paling umum digunakan pada transformator tiga fasa. (Fehr. 2016)
Transformator hubungan ini belitan primernya terhubung secara wye dan belitan sekundernya terhubung secara delta.
Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa primer, dan tegangan kawat ke kawat sekunder sebanding dengan
β3 tegangan phasa sekunder. Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah:
ππ΄π΅
πππ
=
πΙΈπβ3πΙΈπ
=
πβ3
Hubungan ini banyak dipakai untuk menaikkan tegangan, transformator dengan hubungan ini memiliki kekurangan tidak dapat diparalel dengan transformator hubungan lain. (Dhuha 2015)
3. Hubungan Wye-Wye
Transformator hubungan ini belitan primernya terhubung secara wye dan belitan sekundernya terhubung secara wye.
Gambar 2.17 Transformator Bank 3 Fasa terhubung Wye-Wye (Matsch, Capasitor, Magnetic Circuits and Transformers 2011)
Gambar 2.18 Transformator Tiga Fasa Terhubung Wye-Wye (Matsch, Capasitors, Magnetic Circuits and Transformers 2011)
(2.21)
Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan
β3 tegangan phasa primer, dan tegangan kawat ke kawat sekunder sebanding dengan β3 tegangan phasa sekunder. Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah:
ππ΄π΅
πππ
=
β3πΙΈπβ3πΙΈπ
=
πHubungan wye-wye ini jarang digunakan karena memiliki masalah harmonisa ketiga. (Karady and Holbert 2013)
4. Hubungan Delta-Delta
Transformator hubungan ini belitan primernya terhubung secara delta dan belitan sekundernya terhubung secara delta. Transformator jenis ini tidak memiliki pergeseran phasa dan tidak memiliki masalah dengan ketidakseimbangan beban juga dengan harmonisa. (Chapman 2012)
Gambar 2.19 Transformator Bank 3 Fasa terhubung Delta-Delta
(2.22)
Gambar 2.20 Transformator Tiga Fasa Terhubung Delta-Delta
Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa primer, dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan phasa sekunder. Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah:
ππ΄π΅
πππ
=
ππΙΈπΙΈπ
= π
Hubungan delta-delta ini umumnya digunakan untuk tegangan menengah pada sistem tenaga listrik. (Karady and Holbert 2013)
Gangguan pada Transformator
Gangguan pada transformator dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu internal faults dan through fault. (Sumanto 1991)
- Internal Faults
Internal faults (gangguan di dalam trafo), contohnya adalah:
a. Incipient Faults
- Terjadi busur api (arc) yang kecil dan pemanasan lokal yang dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu cara penyambungan
konduktor yang tidak baik, partial discharge, maupun kerusakan isolasi pada baut-baut penjepit inti.
b. Gangguan pada sistem pendingin
c. Arus sirkulasi pada trafo yang bekerja secara parallel d. Gangguan hubung singkat
- Through Faults
Jenis gangguan ini dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu:
- External short circuit
Yaitu gangguan hubung singkat diluar trafo daya, misalnya hubung singkat di rel, hubung singkat di feeder / penghantar, dan gangguan hubung singkat di sistem yang merupakan sumber bagi trafo tersebut.
- Overload
Trafo dapat beroperasi secara terus-menerus pada arus beban nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih besar dari nominalnya, maka trafo akan mendapat pemanasan berlebih.
Kondisi ini mungkin tidak segera menimbulkan kerusakan pada trafo, tetapi apabila berlangsung terus menerus hal ini akan memperpendek umur isolasi.
Keadaan Transformator Tiga Fasa dengan Salah Satu Belitan Primer Terbuka
Keadaan ini dapat terjadi apabila terjadi pemanasan berlebih pada belitan primer transformator dan proteksi pada transformator gagal bekerja, sehingga dapat
meleburkan penghantar pada belitan transformator. Hal ini dapat diakibatkan oleh karena gangguan hubung singkat ataupun arus beban yang terlalu besar.
Pada keadaan ini arus yang melewati salah satu belitan transformator bernilai nol. Dilihat dari gambar skematik dibawah IAB = 0. Mengingat bahwa fluksi atau medan magnet ada akibat arus yang mengalir pada penghantar, maka tiadanya arus yang melewati salah satu belitan transformator akan mengakibatkan fluksi pada belitan transformator menjadi nol. (ΙΈAB=0).
Akibat dari ΙΈAB=0 adalah tidak ada tegangan induksi yang dihasilkan oleh belitan primer fasa tersebut, sehingga GGL induksi hanya dihasilkan oleh dua belitan primer yang masih normal lainnya. Akibatnya, tegangan yang diinduksikan pada sisi sekunder akan menjadi berkurang.
IAB = 0
Gambar 2.21 Keadaan Transformator Tiga Fasa dengan Salah Satu Belitan Primer Terbuka
BAB 3
METODE PENELITIAN