• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transkrip Wawancara I

Identitas Narasumber

Nama : Kraeng Aloysius Abun

Jabatan : Tua Golo Kuwus

Tanggal Wawancara : 23 Desember 2008

Tanya : Selamat malam e… kraeng tua (Bapak), neka rabo ganggu ite (Maaf mengganggu waktu Bapak). Mungkin bisa saya wawancara dengan kraeng tua, berkaitan dengan tarian Caci yang ada di Mangggarai. Baik mengenai makna-makna simbol yang dipakai maupun fungsi Caci tersebut:

Jawab : eng ta nu (iya nona)….kut rei apa? (mau tanya apa?)

T : Sebetulnya apa itu Caci kraeng tua?

J : Caci hitu enu (Caci itu Nona), Salah satu redong dise empo, mbate di se ame

(warisan dari leluhur, warisan dari ayah) artinya ho’o warisan mai keta eta mai tua-tua dite danong (peninggalan secara turun temurun dari nenek moyang dahulu).

T : Jadi khas dite caci ho? (Jadi Caci itu sangat khas ya?)

J : Ma’u ta...nu (benar nona)

T : Kapan Caci itu diadakan?

J : tergantung e… nu, ai eme danong (kalau dahulu), Caci hanya dipentaskan

(beda dengan yang sekarang). Caci bisa dipentaskan untuk apa saja, latang tabis tuang weru (untuk tabhisan iman baru), perayaan 17 Agustus, pentas latang turis (pentas untuk turis).

T : Apa bedan? (apa perbedaannya?)

J : Untuk urusan adat, Caci dipentaskan pas wulang ka’eng bon (pada waktu

mereka tidak bekerja di kebun setelah musim panen berlalu sambil menunggu musim tanam berikutnya). Pas poli ako (sesudah panen). Sekitar wulang (bulan) Juli ko (atau) September. Sedangkan untuk pentas Caci yang lain ya disesuaikan dengan acaranya.

T : Di mana caci itu dipentaskan?

J : Eme Danong…(kalau dahulu) Caci dipentaskan di natas (di halaman), hitu

tara manga (itu makanya ada) istilah natas bate labar (halaman kampung tempat bermain). Waktu itu, Natas memang memungkinkan untuk pentas apa situ (Caci). Gho’on gah (sekarang)…ai toe manga natas ga (karena sudah tidak ada halaman), maka Caci dipentaskan di lapangan yang terdekat dengan tempat penyelenggara.

T : Apa ada syarat khusus?

J : Baik di natas maupun di lapangan yang penting tempatnya luas, agar pemain

Caci bebas bergerak, begitu juga yang menonton.

T : Berapa hari Caci dipentaskan?

J : eme latang urusan adat (kalau untuk urusan adat), paling kurang tiga hari

atau sebanyak- banyaknya tujuh hari. Setiap leso (hari) mulai jam 09.00 sampe (sampai) jam lima mane (sore), kecuali leso terakhir hanya sampe jam 12.00

J : Hitu nu…nganceng lelo one mai selek dise (itu bisa dilihat dari cara dandanan penari) Kalo penari caci ata poli selek (kalau pemain Caci yang sudah didandani), neho kaba modeln (modelnya seperti kerbau). Ai eta sa’i manga panggal neho ukang kaba (karena di atas kepala terdapat panggal yang menyerupai kepala kerbau lengkap dengan tanduknya), musi mai toni manga lalong ndeki (di bagian belakang punggung terdapat lalong ndeki) , neho iko kaba (seperti ekor kerbau). Eme lomes hia kan neho kaba (kan kalau penarinya bergaya/gerakannya seperti kerbau).

T : Mengapa harus seperti kerbau?

J : Ai latang ata (karena bagi orang) Manggarai, kaba hitu (kerbau itu) penting.

Eme kudut belis manga kaba paca (kalau untuk belis harus ada kerbau sebagai biaya perkawinan), manga kaba latang kelas (kerbau untuk pesta kenduri) .

T : Bagaimana jadwal tariannya?

J : Sebelum Caci mulai,,manga kepok tuak tiba (upacara penerimaan tim tamu

dengan tuak). Biasan le pa’ang beo (Biasanya di pintu gerbang kampung).

T : Bagaimana untuk mengakhiri tarian Caci tersebut?

J : Untuk mengakhiri tarian Caci dilakukan upacara oke loce (membuang tikar)

ke tengah arena oleh tua golo (kepala kampung). Dengan acara oke loce, semua musik dan gerakan berhenti, dan saat itu kesempatan latang (untuk) tua golo menyampaikan pengumuman apakah tarian Caci tersebut masih akan dilanjutkan atau tidak keesokan harinya. Untuk hari terakhir setelah acara oke loce jam 12.00 tua golo akan mengucapkan kepok po’e (meminta para undangan untuk jangan pulang dahulu walaupun Caci telah dihentikan) berupa manuk lalong cepang (ayam jantan merah) dan diteruskan makan bersama di mbaru gendang (rumah adat).

T : Terima kasih Kraeng tua untuk waktunya

Transkrip Wawancara II

Identitas Narasumber

Nama : Polycarpus M. Yoman

Jabatan : Pimpinan Sanggar Seni Lawelenggong Tanggal Wawancara : 12 Juli 2008

Tanya : Selamat sore om…saya meminta kesediaan om untuk menjelaskan beberapa hal mengenai tarian Caci.

Jawab : oke…apa yang mau ditanya?

T : Menurut om Caci ini, kebudayaan asli orang Manggarai atau bukan?

J : ya…sulit sulit dipastikan kalo itu kebudayaan asli Manggarai, karena ada

banyak hal dalam tarian Caci yang kelihatannya diadopsi dari luar, tapi yang pasti Caci itu merupakan kebudayaan khas manggarai.

T : Maksud om….?

J : Maksud saya memang ada banyak unsur yang berasal dari luar Manggarai

tetapi saat ini tarian Caci hanya ada di Manggarai dan keberadaanya menjiwai semua aspek kehidupan orang Manggarai.

T : Apa inti tarian Caci?

J : Inti tarian Caci adalah pertandingan antara dua kubu yaitu tuan rumah selaku

pengundang dan kubu tamu selaku yang diundang. Soal siapa yang di undang itu hak tuan rumah.

T : dimana Caci tiu akan dipentaskan ?

J : Yang pasti di tempat pengundang, biasanya di natas (di halaman), itu kalau

di kampung tersebut masih ada natas. Kalau tidak dilakukan di lapangan yang disepakati kedua belah pihak, biasanya di dekat tempat pengundang.

T : Tadi om bilang dalam tarian caci mempertemukan dua kubu, bagaimana

posisi duduk kedua kubu tersebut?

J : Ya… bisa utara selatan atau timur barat yang penting saling berhadapan.

Penentuan posisi ini, biasanya dilakukan oleh pimpinan rombongan kubu tamu.

T : Apa posisi tersebut sangat penting dipertimbangkan?

J : Ya. Orang Manggarai sangat meyakini pilihan tersebut. Kekeliruan tersebut

dalam mengambil posisi dapat menyebabkan kesialan, cacat, atau bahaya.

T : Mengapa tim tamu yang menentukan posisi tersebut?

J : Ini menunjukkan bahwa orang Manggarai sangat menghormati tamu. Tamu

diberi penghargaan untuk memilih tempat yang terbaik menurut mereka, tuan rumah siap mengalah memberikan tempat yang terbaik untuk tamu.

T : Apa saja peralatan yang dipakai dalam tarian Caci?

J : Pertama larik atau cemeti yang terbuat dari kulit kerbau dan diberi gagang

dari rotan yang dibungkus kulit kerbau sebagai pegangan bagi si pemukul. berfungsi sebagai cambuk yang akan dipakai sebagai alat pemukul (cemeti) dalam tarian Caci. Kedua Nggiling atau tameng/perisai yang terbuat dari kulit kerbau yang berbentuk bundar atau persegi empat. Di bagian tengah nggiling diberi pegangan, sehingga penangkis dalam tarian Caci berpegangan di situ. Nggiling ini berfungsi sebagai perisai untuk melindungi diri penari dari

sabetan larik (cemeti) yang dilontarkan si pemukul. Jadi seperti tameng/perisai yang biasa digunakan ketika ada perang atau bentrokan. Dan yang terakhir adalah Agang yang terbuat dari bambu aur yang dililitkan tali

ijuk. Agang biasanya berbentuk setengah lingkaran diberikan hiasan tali

temali dari renda-renda. Agang ini bersama nggiling dipakai untuk melindungi badan penari dari sabetan larik (cemeti) lawan main. Kelincahan si penerima

pukulan memainkan nggiling dan agang menghindari pukulan lawan itulah

daya tarik Caci, selain ketangkasan si pemukul yang mencari peluang agar bisa kena telak atau tepat.

T : Dalam tarian Caci, setiap penari Caci melakukan gerakan atau lomes.

Apakah lomes tersebut ditentukan gerakannya?

J : Begini nu… tarian Caci itu merupakan tarian massal. Jadi, setiap penari

bebas mempertontonkan gerakan atau lomesnya yang khas. Dalam arti setiap penari bebas untuk menari, menyanyi, dan bergoyang sesuai dengan kreasi masing-masing asalkan irama dan ritme yang dikembangkan harus mengikuti cepat lambatnya pukulan gong dan gendang.

T : Mengapa tarian Caci dikatakan syarat estetika dan etika?

J : Kalau soal estetika, karena dalam tarian Caci beragam kesenian

diperlihatkan, baik seni tari berupa lomes, seni suara berupa dere, disamping paci atau seruan kejantanan. Selain itu caci dianggap syarat etika, karena setelah selesai dipukul si penangkis harus menyerahkan nggiling ke pemukul sebelumnya yang wajib menerimanya sambil berlutut. Selain itu, Pemukul hanya boleh memukul ketika yang akan dipukul sudah siap menangkis, dia hanya boleh memukul ke badan dan hanya sekali pukulan. Bila pukulan mengenai wajah penari berarti terjadi beke atau rowa maka yang bersangkutan harus keluar dari arena dan tidak boleh bermain lagi sampai rangkaian upacara

Caci selesai. Selain itu juga, penari Caci tidak boleh dendam dan tidak boleh melakukan pembalasan di luar arena tarian Caci.

T : Terima kasih banyak om untuk waktu dan penjelasannya. J : Sama-sama sudah nu…

Transkrip Wawancara III

Identitas Narasumber

Nama : Dr. Hubertus Ubur Jabatan : Dosen STKIP Ruteng Tanggal Wawancara : 29 Desember 2008

Tanya : Selamat sore bapak…. Maksud kedatangan saya mau memohon masukan tentang apa sesungguhnya makna simbolik tarian Caci yang sampai saat ini masih dipentaskan di Manggarai.

J : Oh itu…? mau secara umum atau secara khusus?

T : Dua-duanya Pak. Kalau secara umum bagaimana?

J : Menurut saya tarian Caci yang sering dilakukan oleh orang Manggarai

tersebut adalah simbol kejantanan. Tarian Caci ini hanya diperuntukkan bagi laki-laki. Dalam tarian ini para penarinya baik yang memukul maupun dipukul saling beradu ketangkasan dan kelincahan, saling memukul dan menangkis satu lawan satu. Mereka didandani sedemikian rupa sehingga setiap penarinya dapat memperlihatkan ketangkasan dan kehebatannya. Itukan lambang kejantanan, ya’kan?

T : Kalau secara Khusus?

J : Secara khusus kita bisa melihat dari peralatan yang dipakai. Larik, nggiling,

dan agang hampir semua menggunakan bahan dasar kulit kerbau. Menurut

kerbau itu kuat,sebab pakai kulit binatang lain pun sebetulnya kuat. Belum lagi mengolah kulit kerbau sesungguhnya jauh lebih sulit dibandingkan kulit hewan lain jadi justru tidak praktis. Tapi menurut saya ini lebih karena bagi orang Manggarai kerbau merupakan binatang yang sangat penting dan harus ada dalam hampir semua urusan adat mereka. Untuk membuka kebun baru harus ada kaba poka puar, untuk membayar belis harus ada kaba ulu paca (kerbau sebagai maskawin), bila ada kenduri kematian harus ada kaba kelas (kerbau yang dipotong untuk pesta kenduri) dan masih banyak lagi. Dalam acara-acara seperti ini, keberadaan kerbau tidak tergantikan. Hal ini menunjukan keberadaan kerbau dalam urusan adat di Manggarai tidak tergantikan. Dengan dibuatnya peralatan ini dari kulit kerbau mau dikatakan bahwa tarian Caci merupakan budaya yang penting sebagaimana pentingnya kerbau bagi adat Manggarai.

T : Lainnya pak?

J : Enu tentu pernah menonton Caci kan? enu tentu melihat bagaimana penari

Caci memakai tubi rapa yaitu untaian manik-manik sebagai penghias dagu. Konon dahulu untaian manik-manik seperti itu hanya boleh dipakai oleh kaum bangsawan, itu pun dalam situasi penting ketika mereka harus memperlihatkan derajat kebangsawanannya, misalnya ketika mereka harus maju berperang. Nah, kalau sekarang kepada penari Caci sampai di pakaikan tubi rapa itu berarti penari Caci telah diangkat derajatnya sama seperti kaum bangsawan. Bagi saya ini lebih kepada mau menunjukkan bahwa penari Caci adalah lelaki gagah perkasa yang layak di hormati layaknya kaum bangsawan. Ini juga petunjuk bahwa tarian Caci merupakan tarian perang, tarian para bangsawan.

T : Satu lagi pak, dalam tarian Caci penari sering ,menyanyikan lagu-lagu

J : Oh… tentu. Disitulah arti penting nyanyian dalam Caci. Melalui Caci, kritikan yang sesungguhnya pedas bisa disampaikan lebih santai sehingga yang dikritik tidak merasa tersinggung. Bagi saya, lagu-lagu tersebut adalah simbol sikap gaya hidup orang Manggarai yang tidak hanya mementingkan pesan yang mau disampaikan tetapi juga cara menyampaikan pesan tersebut.

T : terimakasih pak, mungkin kalau masih ada kekurangan apa bisa lain waktu

bisa wawancara lagi?

J : oh… boleh saja.

T : Terimaksih banyak pak atas informasinya.

J : Sama-sama nu, saya bangga bahwa nu mau meneliti hal-hal yang belum

Transkrip Wawancara IV

Identitas Narasumber

Nama : Jefrin Haryanto

Jabatan : Pelaku budaya Manggarai Tanggal Wawancara : 27 Desember 2008

Tanya : Selamat Malam Bung….Anda adalah pelaku budaya Manggarai yang begitu konsisten memperjuangkan eksistensi kebudayaan Manggarai. Menurut Anda benarkah kalau Caci dianggap sebagai simbol kepribadian orang Manggarai?

J : Ya… tentu saja, karena nilai-nilai yang terkandung dalam Caci sejauh ini

benar-benar mewarnai kepribadian orang Manggarai.

T : Menurut Bung, apa arti penting Caci bagi orang Manggarai?

J : Yang pasti Caci melambangkan kejantanan dan sportivitas orang Manggarai

yang siap memukul dan dipukul, berarti siap menghadapi apa saja dengan segala resiko dan konsekuensinya. Tapi tidak hanya itu.

T : Maksud Bung?

J : Yang paling penting Caci merupakan kebudayaan yang diwariskan secara

turun-temurun. Caci merupakan simbol keramaian dan kemegahan. Bagi orang Manggarai tarian Caci tidak pernah dipertunjukkan tanpa tujuan. Tarian caci serlalu dipentaskan untuk meramaikan suatu pesta, dan hanya pesta akbarlah yang layak diramaikan dengan tarian Caci.

T : Dalam tarian caci selalu dikaitkan dengan kerbau. Apa artinya semua ini?

J : Mengapa dikaitkan dengan kerbau? Karena bagi orang Manggarai, kerbau

merupakan binatang yang sangat penting dan harus ada dalam hampir semua urusan adat mereka. Keberadaan kerbau dalam urusan adat di Manggarai tidak tergantikan.

T : Apa hanya itu?

J : Tentu tidak, ini juga berkaitan dengan keseharian orang Manggarai. Sebagai

masyarakat yang mayoritas masih merupakan masyarakat petani tradisional, kerbau sangat erat dengan keseharian orang Manggarai, yaitu sebagai pembantu tenaga kerja (membajak sawah), membantu memikul beban dan sebagainya. Dengan memakai kulit kerbau yang dipertontonkan waktu Caci, mau mengingatkan semua pihak untuk kuat seperti kerbau dan suka bekerja keras. Tidak hanya itu kerbau juga dikenal sebagai binatang yang tenang, setia dan tidak suka berulah. Dengan personifikasi kerbau tersebut, kita ingin agar manusia meneladani itu semua dalam kesehariannya.

T : Lalu apa kaitannya dengan pemakaian towe songke (sarung songke) oleh

penari Caci?

J : Pemakaian kain songke oleh penari Caci, itu lebih sebagai simbol bahwa

tarian Caci tersebut merupakan tarian khas Manggarai. Bahwa sangat mungkin satu dua bagian atau satu dua tahap dalam tarian Caci itu sama dengan tarian lain di tempat lain, tetapi tarian Caci secara keseluruhan termasuk penggunaan ornament songke adalah khas budaya Manggarai.

T : Sejauh ini, tarian caci sering memperlihatkan gaya kekhasan dari

masing-masing penari Caci. Apakah itu tidak mengubah atau mengurangi nilai seni dari tarian Caci tersebut?

J : Menurut saya sih tidak, karena tarian Caci yang seperti itu justru gambaran simbol dari watak orang Manggarai yang selalu menginginkan agar kekeluargaan terjaga tetapi tanpa mengorbankan individu. Individu diberi kebebasan mengembangkan diri, berkreasi secara bebas sejauh tidak menabrak rambu-rambu yang berlaku umum.

T : Kalau kaitan dengan irama musiknya yang kadang cepat, kadang lambat

bagaimana?

J : Secara umum musik tersebut bisa berirama cepat, bisa juga berirama lambat.

Jika musik berirama lambat gerakannya pelan, jika musik berirama cepat gerakannya cepat. Bagi saya musik tersebut simbol dari orang Manggarai yang bisa beradaptasi dengan lingkungan, yang selalu siap dalam suasana apa saja.

T : Terima kasih bung atas waktunya

Transkrip Wawancara V

Identitas Narasumber

Nama : Romo John Boylon MS. C Pr Jabatan : Dosen STKIP Ruteng Tanggal Wawancara : 30 Desember 2008

Tanya : Selamat sore Romo… Jawab : Sore enu…

T : Romo…maksud kedatangan saya sore ini, ingin menanyakan tentang simbol

dari tarian Caci. Kan banyak yang menilai bahwa tarian Caci merupakan simbol kepercayaan orang Manggarai akan wujud tertinggi. Bagaimana pendapat romo mengenai hal itu?

J : Begini, kalau kita melihat bentuk-bentuk peralatan yang dipakai dalam

tarian Caci baik larik, nggiling, maupun agang semuanya berbentuk bundar atau setengah lingkaran. Bagi saya itulah makna simbolik keyakinan orang Manggarai.

T : Maksud romo?

J : Bagi saya itu adalah simbol keyakinan atau kepercayaan orang Manggarai

bahwa dalam segala hal ada pusat yang mengatur semuanya, dan itulah yang

oleh kita orang Manggarai kita sebut Jari agu Dedek, Mori Kraeng, Tuhan

pencipta alam semesta dengan segala isinya. Hal ini juga tercermin dari

sentrum yang melambangkan Dunia Ilahi atau Wujud Tertinggi. Dalam konstruksi mbaru gendang tiang utama (siribongkok) yang menjulang sampai keluar atap dan pada ujungnya akan tampak gambaran kepala manusia dengan tanduk kerbau. Ini melambangkan keyakinan orang Manggarai bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini ditentukan oleh Wujud Tertinggi yang berada jauh di atas dan tidak terdefinisikan. Sedangkan dalam konstruksi Lingko, Lodok menjadi titik pusat. Bagi saya ini menujukan Caci adalah salah satu cara orang Manggarai menghormati Tuhannya, atau setidaknya mengingatkan bahwa ada wujud tertinggi yang mengatur semuanya.

T : Apakah ada hal lain yang berkaitan dengan hal itu?

J : Iya… yaitu pemakaian songke dalam taian Caci.

T : Maksud romo?

J : Kain songke pada umumnya berwarna gelap baik hijau, biru tua, terutama

hitam. Songke warna hitam merupakan lambang keagungan dan kebesaran,

selain itu melambangkan kepasrahan orang Manggarai atas hidup dan matinya, bahwa pada akhirnya semua orang pasti mati meninggal dunia, hanya tidak tahu kapan itu terjadi. Jadi melalui Caci semua orang diingatkan akan kefanahan dunia, kesementaraan, yang karenanya harus diisi dengan berbuat baik.

T : Terima kasih banyak romo atas kesediaan waktunya.

Transkrip Wawancara VI

Identitas Narasumber

Nama : Gode Alfridus Bombang

Jabatan : Pengamat kebudayaan Manggarai Tanggal Wawancara : 8 Januari 2009

Tanya : Selamat malam Amang, menurut pengamatannya Amang, tarian Caci itu sebetulnya bermakna apa?

Jawab : Tarian Caci menurut saya adalah simbol sportivitas. Mengapa saya katakan demikian, karena dalam tarian Caci bila tidak dilandasi sikap sportivitas besar kemungkinan tidak akan berjalan dengan baik. Setiap penari Caci hanya boleh dipukul setelah dia siap. Setiap pemain Caci walaupun sampai terluka, tidak boleh dendam, dan hanya boleh dibalas melalui tarian Caci pula. Selain itu kalaupun terluka dia harus bisa tetap tersenyum dan bergembira. Untuk berbuat demikian itukan membutuhkan sikap sportivitas yang besar, tanpa itu tidak akan berjalan.

T : Amang, apakah Amang setuju kalau dikatakan orang Manggarai suka

mempersonifikasikan diri sebagai kerbau?

J : Ya…ini sangat mungkin karna setiap penari Caci yang telah didandani

sekilas akan tampak menyerupai kerbau yang siap untuk bertarung. Panggal sebagai penutup kepala melambangkan tanduk kerbau dan lalong ndeki sebagai pelindung punggung melambangkan ekor kerbau.

T : Ya..amang itu artinya apa?

J : Bagi saya ini memperlihatkan bagaimana orang Manggarai

mempersonifikasikan diri sebagai kerbau. Mengapa mereka mempersonifikasikan sebagai kerbau, Karena bagi orang Manggarai kerbau melambangkan kekuatan, ketenangan, kerendahan hati, tidak emosional. Dengan didandan seperti kerbau yang siap bertarung mau mengajarkan bahwa orang Manggarai selalu siap bertarung tetapi tidak emosional, dan tetap rendah hati.

T : Kalau pemakain songke Amang?

J : Pemakaian songke dalam tarian Caci memperlihatkan kekhasannya sebagai

budaya Manggarai. Tapi menurut saya tidak hanya itu, motif songke yang bermacam-macam juga mengandung banyak pesan yang perlu direnungkan ketika kita berhadapan dengan songke, yaitu sifat jujur, kerjasama, bercita-cita tinggi dan sebagainya.

T : Amang dalam tarian Caci setiap orang bebas menampilkan kekhasan

masing-masing. Apa artinya semua itu?

J : Gerakannya yang tidak diatur secara detail dan memberi kebebasan bagi

penari untuk berkreasi justru melambangkan kepribadian orang Manggarai yang mau saja diatur dan diarahkan tetapi tanpa harus kehilangan identitas dan ciri khasnya masing-masing. Kekhasan gaya setiap penari justru membuat tarian Caci menjadi hidup dan tidak monoton.

T : Amang dalam tarian Caci, penari kadang menyanyi. Apa makna simbolik

dari nyanyian tersebut?

J : Inti dari nyanyian tersebut adalah pesan-pesan bagaimana menyikapi

T : Terima kasih Amang atas waktunya. J : Sama-sama nu.

LAMPIRAN II

Dokumen terkait