• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN ULAMA DAN HUKUM ISLAM TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH

C. Transplantasi Organ Tubuh Menurut Imam Mazhab

Kalangan ulama mazhab juga sependapat untuk tidak membolehkan transplantasi organ tubuh manusia yang dalam keadaan koma atau hampir meninggal (tipe kedua). Sekalipun harapan hidup bagi orang tersebut sangat kecil, ia harus dihormati sebagai manusia sempurna. Dalam kaitan dengan ini, Ibnu Nujaim (w. 970 H/1563 M) dan Ibnu Abidin (1198 H/1784 M-1252 H/1836 M), dua tokoh fikih Mazhab Hanafi, menyatakan bahwa organ tubuh manusia yang masih hidup tidak boleh dimanfaatkan untuk pengobatan manusia lainnya, karena kaidah fikih menyatakan: “suatu mudarat tidak bisa dihilangkan dengan mudarat lainnya.” Pernyataan senada juga muncul dari Ibnu Qudamah, tokoh fikih Mazhab Hanbali, dan Imam an-Nawawi, tokoh fikih Mazhab Syafi’i. Akan tetapi, para ulama fikih berbeda pendapat mengenai pengambilan organ tubuh untuk pengobatan dari orang yang telah

dijatuhi hukuman mati, seperti orang yang dikisas, dirajam karena berbuat zina, atau murtad. Jumhur ulama Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, dan Mazhab az-Zahiri, berpendapat bahwa sekalipun orang tersebut telah dijatuhi hukuman mati, bagian tubuhnya tidak boleh dimanfaatkan untuk pengobatan, walaupun dalam keadaan darurat.

Sebaliknya, ulama Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanbali berpendirian bahwa dalam keadaan darurat organ tubuh orang yang telah dijatuhi hukuman mati boleh dimanfaatkan untuk penyembuhan orang lain, dengan syarat bahwa pengambilan organ tersebut dilakukan setelah ia wafat.

Dalam kaitan dengan ini, menurut Abu Hasan Ali asy-Syazili, tidak ada salahnya apabila dokter melakukan pemeriksaan organ tubuh terpidana, apakah bisa ditransplantasi atau tidak, sehingga pengambilan organ tersebut tidak sia-sia. Di samping itu, pengambilan organ tubuh tersebut harus diawasi oleh hakim dan dilakukan di bawah koordinasi dokter-dokter spesialis. Memperjual belikan dan Menyumbangkan Organ Tubuh.

Persoalan lain yang menyangkut transplantasi organ tubuh adalah jual-beli atau sumbang organ tubuh kepada orang yang memerlukannya. Dalam berbagai literatur fikih ditemukan pernyataan para ulama fikih yang tidak membolehkan seseorang memperjualbelikan organ tubuhnya karena hal itu bisa mencelakakan dirinya sendiri. Sikap mencelakakan diri sendiri dikecam oleh Allah SWT melalui firman-Nya dalam surah al-Baqarah (2) ayat 195 tersebut di atas. Jamaluddin Abu Muhammad Abdullah bin Yusuf bin Muhammad Ayyub bin Musa al-Hanafi az-Zaila’i (w. 762 H/1360 M), tokoh fikih Mazhab Hanafi dalam kitab fikihnya, Path

al-56

Qadir, menyatakan bahwa ulama Mazhab Hanafi sepakat menyata¬kan bahwa tidak boleh memperjualbelikan organ tubuh manusia.

Pernyataan senada juga muncul dari Imam al-Qarafi (w. 684 H/1285 M) dari kalangan Mazhab Maliki, Imam Badruddin az-Zarkasyi (745-794 H) dari kalangan Mazhab Syafi’i, dan Ibnu Qudamah dari kalangan Mazhab Hanbali. Organ tubuh manusia, menurut mereka, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manusia itu sendiri, karena masing-masing organ tubuh mempunyai fungsi yang melekat dengan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, memperjualbelikan bagiannya sama dengan memperjualbelikan manusia itu sendiri. Memperjualbelikan manusia diharamkan oleh syarak.

Pendapat senada juga dikemukakan ulama Mazhab az-Zahiri. Menurut mereka, seluruh benda yang haram dimakan, haram pula diperjualbelikan. Pembahasan tentang menyumbangkan organ tubuh manusia untuk kepentingan pengobatan orang lain dimulai oleh para ulama fikih berdasarkan dua kaidah populer: (1) setiap yang boleh diperjualbelikan, boleh disumbangkan.

(2) orang yang tidak memiliki hak untuk bertindak hukum pada suatu benda, tidak boleh memberi izin (memanfaatkan benda itu) kepada orang lain. Kaidah pertama menunjukkan bahwa setiap benda yang boleh diperjualbelikan boleh pula disumbangkan.9

Dalam pembahasan di atas, seluruh ulama fikih menyatakan bahwa organ tubuh manusia tidak boleh diperjualbelikan. Berdasarkan kaidah kedua, menurut para ulama fikih, seseorang tidak memiliki hak bertindak hukum.

9

Imaiman, http://www. Ima-imaiman, blogspot. Co. id/ transpaltasi-organ. html (25 Maret 2016).

60

Al-Hafidz Ahsin W, Fikih Kesehatan: Cet. 1; Jakarta: Amzah, 2007.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.

Asni, Pembaruan Hukum Islam Di Indonesia: Cet. 1; Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012.

Agama RI Kemetrian,Qur’an dan Terjemahan, Bandung: Kiarocondong, 2012. Agama RI Kemetrian, Qur’an dan Terjemahan, Semarang: Jasa Media Utama,

2012.

Agama Departemen, Kamus Besar Indonesia Pusat Bahasa Cet. 4; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008

Aljur, http://www. aljurem.wordpress.com/wasiat-organ-tubuh. html, 25 Maret 2016. Abdul, http://www.hargablogmurah.blogspot.com/tujuan-transplantasi-organ.html, 25

Maret 2016.

Bin Muhammad Alu syaikh Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir: Cet. 1; Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 1994.

Hasan Ali M, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah: Cet 1;Ciputat, 199.

http://abdulbasithmakalahagama.blogspot.co.id/pandangan-islam-tentang-transplantasi.html, 25 Maret 2016.

Imaiman, http://www. Ima-imaiman, blogspot. Co. id/ transpaltasi-organ. Html, 25 Maret 2016.

Jusuf Hanifah. M, dan Amir Amri,Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan:Cet. 1; jalaluddin Al-Mahalli Imam, Tafsir Jalalain: Cet. 7; Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2009.

Kadir Ahmad Abd, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data: Makalah yang disajikan pada Pelatihan Penelitian di UIN Alauddin: Makassar: t.p 2012.

Khalik Subehan, Wasiat Kepada Ahli Waris: Cet. 1; Makassar: Alauddin University Press, 2014.

Kresno Boedina siti,Imunologi: Cet. 1 ; Jakarta: FKUI, 2001.

Manshur Muhammad.Fikih Orang Sakit: Cet. 1; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003 Mohamad Kartono.Teknologi Kedokteran dan Tantangannya terhadap Bioetika: Cet.

1;Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992.

Nata Abuddin, Masail Al-Fiqhiyah : Cet. 2; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi, Makassar: Fakultas Syari’ah UIN

61

Qardhawi Yusuf,Fatwa-Fatwa Kontemporer: Cet. 1V; Jakarta, 1995.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Nuha Medika, 2014.

Sardy Lamyarni. Teknologi Tubuh Manusia:Cet. 1; Jakarta: CV. Sagung Seto, 2009. Subowo,Imunologi Klinik: Cet. 2; Jakarta, CV Sagung Seto, 2013.

Trtiwibowo Cecep,Etika dan Hukum Kesehatan: Cet. 1; Yogyakarta:

Wildan,http://www. wildan-archibald.blogspot.co.id/makalah-ushul-fiqih-transpaltasi-organ. Html. 23 Maret 2016.

Sunarti, Lahir di Tattakang, 17 November1993. Merupakan anak bungsu dari 7 bersaudara. Anak kandung dari pasanganNuntungdanHasia

SDI Tattakang tempat pendidikan pertama yang di tempuh pada tahun 2001dan tamat pada tahun 2006. Kemudian penyusun melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Pallangga pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009. Setelah lulus, kemudian penyusun melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Pallangga dan tamat pada tahun 2012.

Setelah itu, penyusun melanjutkan studi di kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada tahun 2012 difakultas Syariah dan Hukum dan mengambil Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum.

Dokumen terkait