• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PEMBAHASAN

D. Transportasi

Secara generik transportasi berarti pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ketempat lain. Menurut Nasution (2004:13) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ketempat tujuan. Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan transportasi diakhiri. Dalam hubungan ini terlihat bahwa unsur-unsur transportasi meliputi: (a) ada muatan yang diangkut, (b) tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya, (c) ada jalanan yang dapat dilalui, (d) ada terminal asal dan terminal tujuan dan (e) sumber daya manusia dan organisai atau manajemen yang menggerakkan kegiatan transportasi tersebut. Moda transportasi darat akan lebih mendalam dibahas dalam karya tulis ini, kemudian lebih dikenal dengan istilah Lalu Lintas Angkutan Jalan, menurut Undang-Undang nomor 22 Tahun

2009 tentang LLAJ, menjelaskan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan pengemudi, Pengguna jalan, serta pengelolaanya.

Dalam fungsinya sebagai regulator di bidang transportasi, pemerintah telah menetapkan beberapa aturan dan dasar hukum yang secara desintetif berkaitan dengan prosedur-prosedur yang diizinkan dan yang tidak boleg dilanggar. Maka dalam kebijakaan transportasi terdapat beberapa aturan perundangan yang secara langsung maupun tidak langsung berfungsi sebagai dasar hukum dalam setiap pengambilan kebijakan transportasi. Peraturan perundangan dalam sektor transportasi telah mengalami dinamika terkait dengan berkembangnya kebutuhan dan persoalan transportasi itu sendiri. Undang-Undang transportasi tahun 1992 pada perkembangannya dirasakan tidak mampu memeberikan pondasi yang kuat sebagai dasar dalam pengambilan kebujakan transportasi, sehingga perlu adanya aturan baru yang lebih dapat menjawab persoalan transportasi di waktu-waktu ini.

Selain pengaturan mengenai pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, dalam UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga menetapkan sasaran pembangunan sub sektor transportasi darat, khususnya pada bidang transportasi jalan, yaitu:

a. Meningkatkan sarana dan prasarana kondisi LLAJ. b. Meningkatkan kelayakan dan jumlah sarana LLAJ.

c. Menurunya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya serta meningkatnya kualitas pelayanan angkutan dalam hal ketertiban, keamanan dan kenyamanan transportasi jalan, terutama angkutan umum diperkotaan, pedesaan, dan antarkota.

d. Meningkatnya keterpaduan antarmoda dan efesiensi dalam mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung perwujudan sistem transportasi nasional dan wilayah (lokal), serta terciptanya pola distribusi nasional.

e. Meningkatnya keterjangkauan pelayanan angkutan perkotaan yang efesien dengan berbasis masyarakat luas di perkotaan dan di pedesaan serta dukungan pelayanan transportasi jalan perintis di wilayah terpencil untuk mendukung pengembangan wilayah.

f. Terwujudnya penyenggaraan angkutan perkotaan yang efesien dengan berbasis masyarakat dan wilayah, andal dan ramah lingkungan serta terjangkau bagi masyarakat.

1. Jenis Transportasi.

Jenis transportasi terbagi atas tiga jenis yaitu:

a. Transportasi darat : kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor: 1. Jenis dan spesifikasi kendaraan.

2. Jarak perjalanan. 3. Tujuan perjalanan. 4. Ketersediaan moda.

5. Ukuran kota dan kerapatan pemukiman. 6. Faktor sosial-ekonomi.

b. Transportasi air (sungai, danau, laut): kapal, tongkang, perahu dan rakit. c. Transportasi udara: pesawat terbang.

2. Unsur –Unsur dasar Transportasi.

Adapun Transportasi memilik lima unsur pokok dasar yaitu : 1. Manusia, yang membutuhkan transportasi.

2. Barang, yang di perlukan manusia. 3. Kendaraan, sebagai sarana transportasi. 4. Jalan, sebagai prasarana transportasi. 5. Organisasi, sebagai pengelola transportasi.

Pada dasarnya, ke lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut. Dalam hal ini perlu diketahui terlebih dahulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan konstruksi prasarana serta pelaksanaan transportasi.

3. Fasilitas Transportasi.

Menurut Khisty dan Lall (2006) terdapat beberapa fasilitas penunjang transportasi antara lain fasilitas pedestrian dan sepeda.

a. Fasilitas Pedestrian

Pedestrian ini umumnya digunakan oleh pejalan kaki. Pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki ataupun menyeberang jalan. Untuk melindungi pejalan kaki wajib berjalan pada bagian jalan dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah disediakan bagi pejalan kaki. Permasalahan utama ialah karena adanya konflik antara pejalan kaki dan kendaraan, sehubungan permasalahan tersebut perlu kiranya jangan beranggapan, bahwa pejalan kaki itu diperlakukan sebagai penduduk kelas dua, dibandingkan dengan para pemilik kendaraan. Oleh sebab itu perioritas utama adalah, melihat apakah tersedia

fasilitas untuk para pejalan kaki yang mencukupi, kedua bahwa fasilitas-fasilitas tersebut mendapat perawatan sewajarnya. Sebagian dari jalan-jalan di daerah perkotaan mempunyai volume pejalan kaki yang besar dan harus mempunyai trotoar, kecuali apabila alternatif sistem pengaturan yang lain telah dilakukan untuk mengalihkan pejalan kaki agar jauh dari sisi jalan, seperti pada jalan-jalan tol. Hal yang perlu direncanakan dengan baik adalah fasilitas untuk menyeberangi jalan, karena terjadi konflik dengan lalu lintas kendaraan, sehingga bila diperlukan dipisahkan dari arus lalu lintas kendaraan baik dipisahkan waktu penggunaan ataupun dipisahkan bidang perpotongan tersebut. Pejalan kaki yang merupakan penyandang cacat tuna netra wajib mempergunakan tanda-tanda khusus yang mudah dikenali oleh pemakai jalan lain. Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pedestrian yaitu:

1. Kenyamanan berupa perlindungan terhadap cuaca, pengaturan ruangan, halte transit, jembatan penyeberangan.

2. Kemudahan, jarak jalan, rambu petunjuk, kemiringan pada rampa, tangga yang sesuai untuk lanjut usia, peta petunjuk, dan faktor-faktor lain yang menyumbang atas kemudahan gerak pedestrian.

3. Keselamatan, pemisahan lalu lintas pejalan kaki dari lalu lintas kendaraan, mal yang hanya diperuntukan bagi pejalan kaki, rambu-rambu lalu lintas yang melindungi nyawa pejalan kaki.

4. Keamanan, penerangan, garis pandang, lingkungan bebas kriminal. 5. Ekonomi, minimalisasi keterlambatan perjalanan.

Pejalan kaki juga mempunyai kewajiban yang harus di taati. Kewajiban pejalan kaki adalah sebagai berikut:

1) Bejalan pada bagian jalan yang yang diperuntukan bagi pejalan kaki, atau pada bagian jalan yang paling kiri apabila tidak terdapat bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki.

2) Menggunakan bagian jalan paling kiri apabila membawa kereta dorong. 3) Menyeberang di tempat yang telah ditentukan.

b. Fasilitas Sepeda

Lalu lintas sepeda ini cukup untuk memberikan pengaruh pada perencanaan dan pendesainan jalan. Bersepeda bukan lagi pengisi waktu sambil berekreasi, tetapi dianggap sebagai alternatif yang layak untuk berkendaraan terlebih-lebih di negara yang beriklim sejuk. Ada beberapa pendekatan desain jalur sepeda:

1. Jalur khusus sepeda adalah jalur dimana lintas untuk sepeda dipisah secara fisik dari jalur lintas kendaraan bermotor dengan pagar pengamanan ataupun ditempatkan secara terpisah dari jalan raya.

2. Jalur sepeda sebagai bagian jalur lalu lintas yang hanya dipisah dengan marka jalan atau warna jalan yang berbeda.

E. Fungsi dan Manfaat Transportasi.

Dokumen terkait