• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi Korporasi

TRIANGULASI KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN MAHASISWA UIN SURABAYA (UINSA)(5)

304

TABEL 4.18

TRIANGULASI KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN MAHASISWA UIN SURABAYA (UINSA)(5)

No

Tanggapan Pada Pertanyaan

SUMBER DATA

DOKUMEN WAWANCARA OBSERVASI

5 Bagaimana karakter tersebut harus dimiliki dan

dikembangkan oleh mahasiswa sebagai calon seorang

pemimpin.

Menurut Pedoman Kode Etik Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, pasal 6 yang menyatakan bahwa mahasiswa UIN Surabaya (UINSA)

senantiasa memiliki pandangan dan sikap, bahwa:

1. Belajar merupakan suatu proses ikhtiar sepanjang hayat untuk kemajuan dan kebaikannya di masa depan; 2. Belajar merupakan tugas

pokok yang harus diemban dan dipertanggungjawabkan kepada Alloh swt, keluarga, masyarakat dan

almamaternya;

3. Ilmu adalah suatu alat untuk

➢ Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi

➢ Membaca biografi pemimpin yang sukses ➢ Mengikuti pelatihan

kepemimpinan

➢ Mengikuti pelatihan ESQ ➢ Menjadi Aktivis

➢ Sering berlatih

memimpin dan dipimpin ➢ Mengkaji perjuangan

Rasulullah saw

➢ Meningkatkan kualitas ibadah (sholat, puasa, zakat dan ibadah haji) ➢ Membiasakan silaturahmi Pengamatan peneliti memperlihatkan bahwa kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di masjid kampus UIN Surabaya (UINSA), memfokuskan pada kajian-kajian materi keagamaan, baik aqidah islamiyah maupun akhlak karimah.

Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di masjid kampus UIN Surabaya (UINSA), banyak

dilakukan dengan inisiatif mahasiswa, sehingga kegiatannya cenderung

305

mencapai kemajuan yang hanya diperoleh melalui niat yang sungguh-sungguh dan kerja keras;

4. Menghargai bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga yang harus digunakan sebaik-baiknya; 5. Buku adalah mitra dan

sahabat dalam belajar; 6. Keberhasilan terhadap

pencapaian cita-cita

berawal dari keseriusan dan ketekunannya dalam

belajar; dan

7. Kegagalan adalah proses belajar awal menuju sebuah kesuksesan

➢ Mau menerima nasehat orang lain

➢ Sering berdiskusi dengan kaum intelektual

sudah disesuaikan oleh mereka baik lingkup maupun prosesnya, sebagai contoh pelatihan dakwah mahasiswa dan pelatihan jurnalistik.

Ringkasan Hasil Analisis Etik:

Mahasiswa UIN Surabaya (UINSA) berpendapat bahwa, pemimpin dapat memiliki dan mengembangkan karakter-karakternya tersebut, antara lain melalui kegiatan-kegiatan keorganisasian, latihan kepemimpinan, membangun silaturahmi, melaksanakan sholat berjamaah, membaca al-Qur’an, membaca biografi para pemimpin yang sukses, mengikuti ajaran agama.

306

Dari hasil penelitian sebagaimana diperlihatkan pada tabel 4.14 sampai dengan tabel 4.18 di atas, maka dapat diketahui bahwa keterlibatan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, dalam kegiatan-kegiatan di masjid kampus Iqomah UIN sudah terjadi sejak mereka masuk menjadi mahasiswa UIN.

Ketika fenomena munculnya peran kedaerahan dalam membangun kepemimpinan mahasiswa UIN ini dipertanyakan kepada narasumber lain, hal inidibenarkan oleh beberapa mantan aktivis mahasiswa era sembilan puluh. Antara lain dikemukakan oleh salah seorang dosen, yaitu Aep Kustiawan mantan aktivis himpunan mahasiswa asal Kabupaten Ciamis (Galuh Taruna) dan Ikatan Alumni Pondok Pesantren Darussalam Ciamis (IKADA), yang jugadosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang menyatakan bahwa:

Selama ini memang banyak mahasiswa UIN yang terlibatdalam kegiatan dengan himpunan mahasiswa daerahnya dan himpunan alumni pondok pesantren, termasuk saya sendiri. Hal tersebut terjadi karena ada semacam ikatan emosional dengan daerah tempat tinggal, terlebih di sana juga kita bisa berkumpul dengan sesama mahasiswa daerah. Biasanya himpunan mahasiswa daerah itu ngontrak rumah untuk dijadikan basecamp nya. Setiap minggu ada kegiatan yang dilaksanakan di basecamp kita. Saya juga terlibat dalam banyak kegiatan, alumni pondok pesantren saya. Banyak sekali alumni pondok pesantren yang merasa senang dapat berkumpul kembali dalam komunitas ini, karena merasa ada kesamaan ideologi diantara mereka.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah seorang dosen Bahasa Arab UIN, yaitu Bapak Drs. H. Izzudin Musthafa, MA yang pernah aktif di Ikatan Mahasiswa Banten (IMABA) yang menyatakan bahwa :

Komunitas mahasiswa di UIN Surabaya (UINSA) sebenarnya merupakan gambaran Indonesia dalam skala kecil. Karena komunitas mahasiswa di sini, juga memunculkan karakteristik kedaerahan yang sangat kental. Kita harus melihatnya dari sisi positif, bahwa munculnya komunitas mahasiswa tersebut

307

berdampak pada pengembangan agama di daerah mereka, sebab dengan adanya komunitas ini mereka justru terlibat aktif dengan sesama mahasiswa daerahnya untuk membuat jejaring kerja dengan pemda setempat. Saya sendiri ketika menjadi mahasiswa, sempat aktif dalam komunitas mahasiswa asal Banten. Secara jujur saya ingin katakan, bahwa disana saya banyak belajar tentang bagaimana membuat rencana dakwah di daerah sendiri, belajar bagaimana mengkomunikasikan program yang sudah kita buat kepada pemda. Selain itu, saya sebagai alumni Pondok Pesantren Gontor juga masih aktif dalam komunitas alumni PPG. Sampai saat ini, saya masih meluangkan waktu untuk mengajar di salah satu pesantren di daerah Baleendah, karena ikatan emosional saya memang tidak bisa dilepas dari Pondok Pesantren Gontor tersebut.

Untuk mengetahui karakteristik kepemimpinan mahasiswa UIN Surabaya (UINSA), peneliti memberikan pertanyaan “Karakter apa yang harus dimiliki oleh pemimpin dan bagaimana karakter tersebut harus dikembangkan ?”.

Hasil penelitian di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel mengenai hal ini, secara umum menggambarkan bahwa mahasiswa sebenarnya sangat menyadari untuk menjadi seorang pemimpin yang harus memiliki karakter-karakter mendasardalam segala aktivitas kepemimpinannya. Nilai-nilai yang harus dimiliki antara lain kejujuran, kesabaran, keikhlasan, kesetiakawanan sosial dan lain-lain. Untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut, mereka memberikan tanggapan yaitu perlunya proses latihan serta menjadikan agama sebagai landasan filosofis pengembangannya.

Dari tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh narasumber tersebut, juga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa: 1) Terdapat empat tipologi kepemimpinan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya yaitu:a) Idealis konfrontatif, yang selalu mencap orang lain, termasuk pimpinan perguruan tinggi/ dosen salah; b) Idealis realis, yang masih ada kompromi dengan realitas, mereka juga kuat

308

dalam refleksi. c) Oportunis, yang berupaya untuk menyesuaikan kepemimpinannya dengan kepentingan dirinya; dan d) Apolitis, yang tidak mau tahu apa yang terjadi, yang penting diri sendiri dan kelompoknya rekreatif, ikut demo hanya untuk senang-senang.

Upaya-upaya untuk meningkatkan kepemimpinan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan kepemimpinan, diskusi, melakukan kajian. Hal tersebut dilakukan karena pemimpin memerlukan pengetahuan yang memadai untuk mengusahakan dan memperjuangkan terjadinya perubahan, konsep diri yang mantap, tahu apa yang mau dicapainya, bisa mengukur kemampuan, berani mengambil tindakan, berani menanggung resiko demi terwujudnya perbaikan kualitas kehidupan”.

Berkenaan dengan aktivitas mahasiswa UIN Surabaya (UINSA) tersebut, pimpinan UIN Surabaya (UINSA) sebenarnya sudah memiliki agenda reformasi intelektual, yaitu program yang lebih dikenal dengan Ma’had Al-Jamiah. Hal tersebut didasari oleh suatu kajian bahwa tidak mungkin mahasiswa bangkit kembali jika tidak mempunyai kualitas intelektual tinggi.

Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaaan yaitu Bapak Dr. H. Endin Nasrudin, M.Si, yang mengakui bahwa:

Ini adalah tugas berat dari setiap elemen institusi perguruan tinggi untuk membenahi intelektual para mahasiswanya. Oleh sebab itu Ma’had Al-Jamiah yang secara konseptual, merupakan reformasi intelektual dengan menjadikan “wahyu pemandu ilmu” diharapkan membuka peluang selebar-lebarnya terhadap mahasiswa untuk mempertajam daya pikir, sikap kritis dengan senantiasa berpegang terhadap nilai-nilai moralitas.

309

Sebagaimana tercantum dalam Renstra UIN Surabaya (UINSA), visi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung adalah “menjadikan UIN Surabaya (UINSA) sebagai perguruan tinggi yang unggul dan kompetetitif yang mampu mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umumberlandaskan paradigma wahyu memandu ilmu”.

Dengan visi tersebut diharapkan UIN Sunan Ampel Surabaya akan memiliki keunggulan kompetitif, profesional pada tingkat nasional dan internasional dalam mengembangkan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, sosial dan budaya berdasarkan nilai-nilai islami untuk disumbangkan bagi pengembangan masyarakat dan bangsa yang lebih terbuka dan demokratis.

Sedangkan misi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya adalah:“untuk menyiapkan generasi ulul albab yang mampu memadukan dzikir pikir sehingga memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, untuk menjadi warga masyarakat yang berkualitas dan mandiri serta mampu menemukan, mengembangkan, dan menerapkan ilmu, teknologi, sosial, budaya, dan seni melalui pengembangan ilmu-ilmu yang berlandaskan Islam”.

Untuk merealisasikan visi dan misi tersebut, Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya antara lain akan menerapkan metode pembelajaran model Ma’had Al-Jamiah. Metode pembelajaran ini merupakan penggabungan dari unsur tradisional dan modern. Dalam bahasa budaya, Ma’had lebih dikenal dengan nama pesantren. Ma’had merupakan metode pengasramaan atau konsentrasi pembinaan mahasiswa di dalam program padat kurikulum.

310

Rektor UIN Surabaya (UINSA), Prof. Dr. H. Haris, M.Si mengatakan bahwa:

Langkah IAIN Sunan Ampel Surabaya mengembangkan diri menjadi Universitas Islam Negeri berlandaskan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003. Undang-undang pendidikan ini bertujuan mengembangkan potensi anak didik, meningkatkan kecerdasan dan mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa. Kondisi itu sangat cocok dengan model pendidikan UIN yang merupakan integrasi dari agama dan ilmu.Perubahan IAIN menjadi UIN juga diperlukan untuk memperbaiki sistem pendidikan Indonesia yang dinilai masih dikotomis. Selama ini sistem pendidikan kita masih memisahkan antara ilmu dan agama. Yang benar itu kan agama membimbing ilmu. Orang yang pintar dalam suatu ilmu tidak lantas terbuai meninggalkan agama. Ilmu dan agama harus sejalan. UIN SGD berbeda dengan perguruan tinggi umum (PTU). UIN SGD Surabaya nantinya akan mengemban dua misi sekaligus. Yaitu menjadi lembaga tempat berkembangnya ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.

Untuk memacu tingkat perkembangan yang lebih tinggi dan dapat memenuhi harapan berbagai pihak, diperlukan pengembangan IAIN secara institusional dari institut menjadi universitas. Universitas yang nantinya terdiri dari beberapa fakultas akan menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuannya adalah untuk mencetak lulusan-lulusan yang memiliki kemampuan akademik dan profesional dengan landasan nilai-nilai islami. Lulusan UIN nantinya diharapkan dapat menyebarluaskan ilmu agama Islam dan ilmu umum untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

UIN Sunan Ampel akan mulai menerapkan metode pengajaran Ma’had Al-Jamiah bagi mahasiswa baru semester satu dan dua. Mahasiswa ini akan ditempatkan di asrama putra dan putri. Masing-masing asrama dihuni oleh 100

311

mahasiswa unggulan yang akan menjalani pesantren selama satu tahun. Penghuni Ma’had Al-Jamiah nantinya disebut dengan santri mahasiswa

Pembinaan santri mahasiswa ini akan menggunakan dua pendekatan. Yaitu, pendekatan non klasikal tradisional dan pendekatan klasikal modern. Pendekatan klasikal tradisional dilakukan dengan metode sorogan, halaqah (semaan) dan munadzarah (diskusi). Seluruh penghuni asrama Ma’had Al-Jamiah harus mengikuti seluruh kegiatan yang diselenggarakan di Ma’had Al-Jamiah selama satu tahun. Ini merupakan rangkaian seluruh kegiatan yang integral dengan substansi studi akademik.Metode pembelajaran Ma’had Al-Jamiah diharapkan dapat membantu persoalan mendasar yang selama ini dirasakan oleh lembaga perguruan tinggi Islam seperti IAIN, STAIN atau UIN. Model ini juga diharapkan dapat menjadi model alternatif dalam sistem pendidikan.

Secara khusus, kebijakanUIN Surabaya (UINSA) dalam pengembangan kegiatan kemahasiswaan mengacu kepada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam nomor : Dj.I/255/2007 tentang Tata Tertib Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam. Tata Tertib Mahasiswa sebagaimana tertuang dalam Keputusan Dirjen Pendidikan Islam tersebut bertujuan:

a) Untuk menjamin tegaknya tata tertib mahasiswa, dan terciptanya suasana kampus yang kondusif bagi terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi Agama Islam; dan

b) Menjadi pedoman tentang hak, kewajiban, larangan, pelanggaran dan sanksi yang berlaku bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam.

312

Sebagai upaya implementasi Keputusan Dirjen Pendidikan Islam tersebut, UIN Surabaya (UINSA) telah mengeluarkan dua buah pedoman yaitu:

1) Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) yang tertuang dalam Keputusan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya nomor: Un.05/E/PP.00.9/70/2008. Dalam pedoman ini ditegaskan bahwa:

a) Organisasi kemahasiswaan UIN Sunan Ampel Surabaya adalah wahana dan sarana pengembangan diri kea rah perluasan wawasan, peningkatan kecerdasan, dan integritas kepribadian untuk mencapai tujuan UIN Surabaya (UINSA);

b) Organisasi kemahasiswaan UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan organisasi non struktural intra universitas;

Bentuk organisasi kemahasiswaan sebagaimana dimaksud di atas, terdiri dari Dewan Mahasiswa (DEMA), Senat Mahasiswa Fakultas (SMF), Himpunan Mahasiswa Jurusan/ program studi, Komisariat Mahasiswa (Kosma), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di tingkat universitas dan Unit Kegiatan Khusus (UKK). Sedangkan tujuan organisasi kemahasiswaan tersebut sebagaimana tertuang dalam pasal 6 yaitu :

a) Meningkatkan kecendekiaan dan integritas kepribadian mahasiswa yang berakhlak karimah;

b) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang pengkajian dan penelitian;

c) Meningkatkan keterampilan kepemimpinan mahasiswa; d) Menumbuhkembangkan minat dan bakat mahasiswa;

313

e) Meningkatkan kesejahteraan mahasiswa; dan f) Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat

2) Pedoman Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa (PPKM) yang tertuang dalam Keputusan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya nomor: Un.05/I.2/PP.00.9/59/2008. Pedoman tersebut didasari oleh satu pemikiran bahwa mahasiswa merupakan fokus dalam kegiatan akademik dan pelatihan yang dikembangkan secara serius di UIN Sunan Ampel Surabaya. Sehingga pembinaan kepemimpinan mahasiswa menjadi skala prioritas dalam pengembangan potensi, minat dan bakat mahasiswa. Kepemimpinan merupakan suatu karakter yang mampu menggerakkan orang lain, baik secra perseorangan maupun kelompok di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi berbagai dimensi dan berfungsi sebagai salah satu piranti penggerak atau motivator sumber daya yang ada dalam organisasi, sehingga peran kepemimpinan diharapkan mampu mendinamisasikan organisasi dalam mencapai tujuan. Kemampuan ini menjadi dasar bagi kompetensi mahasiswa dan alumni UIN Sunan Ampel Surabaya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Arah pengembangan pelatihan kepemimpinan mahasiswa tersebut adalah pematangan mahasiswa sebagai calon pemimpin melalui jalur-jalur yang memberikan kesempatan optimal bagi perkembangan kemampuan-kemampuan positif, yaitu :

314

a) Meningkatkan ketaqwaan kepada Alloh swt dalam rangka menggairahkan hidup beragama, bernegara dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam;

b) Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan sikap kepemimpinan serta keterampilan memimpin;

c) Memperluas wawasan untuk menumbuhkembangkan sikap dinamis, kreatif, kritis, dan inovatif serta kemampuan untuk memilih alternatif terbaik;

d) Menumbuhkan kesadaran serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan membangkitkan motivasi berpartisipasi dalam pembangunan; dan

e) Mengembangkan kemampuan mengevaluasi proses dan hasil kerja secara kritis, proporsional dan santun sesuai dengan akhlak karimah.

Untuk menghasilkan calon pemimpin yang berkualitas tersebut, maka diperlukan pembinaan dan pelatihan yang berkesinambungan. Oleh karena itu pembinaan dan pelatihan kepemimpinan mahasiswa dilakukan secara berjenjang, yaitu:

a) Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Dasar, yaitu pelatihan kepemimpinan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya tingkat jurusan/ prodi untuk memberikan bekal kepemimpinan pada tingkat dasar dan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran status, fungsi dan peran mahasiswa serta berbagai persyaratan yang harus dimiliki dalam menunjang status, peranan dan fungsinya. Pelatihan ini berorientasi bahwa sebagai kelompok terdidik,