• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah model pemberian kompensasi bagi penganggur untuk mencapai kesejahteraan ekonomi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, MS dan Bapak Drs. Ali Kusnanto, MSi yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dalam penulisan tesis ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Wei-Bin Zhang dari Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang, selaku penulis buku yang digunakan sebagai literatur utama tesis ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Departemen Agama Republik indonesia yang telah membiayai penelitian ini. Kepada istri, ibu dan mertua yang memberikan motivasi, semangat, kasih sayang, dan do’a penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih. Juga kepada semua pihak yang turut memberikan bantuan dalam penulisan tesis ini penulis do’akan semoga Allah SWT membalas mereka dengan kebaikan.

Bogor, Agustus 2009

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 1 Januari 1974 dari ayah N. Kusnadi dan ibu Toto. Penulis merupakan putra ketujuh dari tujuh bersaudara.

Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Tasikmalaya dan pada tahun yang sama diterima di Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Penulis memilih Program Studi Matematika pada Fakultas Pendidikan dan Keguruan FKIP Unsil Tasikmalaya, pada tahun 1996 penulis dinyatakan lulus.

Pada periode tahun 1997-2009, penulis bekerja sebagai guru matematika pada Madrasah Aliyah Negeri Tasikmalaya, sampai akhirnya ada kesempatan untuk mengikuti seleksi beasiswa S-2 Matematika dan alhamdullilah penulis berkesempatan mendapatkan beasiswa tersebut. Bulan Juli tahun 2007 penulis mulai mengikuti perkuliahan S-2 pada Program Studi Matematika Terapan di IPB dan akhirnya berhasil menyelesaikan studi pada bulan Agustus tahun 2009.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR GAMBAR ……….. i DAFTAR LAMPIRAN ………... ii I PENDAHULUAN ………... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 2 II TINJAUAN PUSTAKA ………... 3 2.1 Kompensasi ... 3 2.2 Gaji dan Upah ... 4 2.3 Pengangguran ... 5 2.4 Pekerja ... 8 2.5 Kesejahteraan Ekonomi ... 11 2.6 Model Ekonomi dan Pengangguran ... 15 2.7 Ekuilibrium ... 16 2.8 Solusi Optimum ... 16 III MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR …. 18 3.1 Asumsi dan Definisi ... 18 3.2 Akumulasi Modal ... 20 3.3 Ekuilibrium Sistem Dinamik ... 24 IV SIMULASI MODEL …... 29 4.1 Efek Perubahan Tingkat Pemberian Kompensasi ... 29 4.2 Efek Perubahan Tingkat Kenyamanan ... 31 4.3 Efek Perubahan Tingkat Kecenderungan Menabung Pekerja ... 33 V SIMPULAN DAN SARAN ... 35 5.1 Simpulan ... 35 5.2 Saran . ... 35 DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN ... 37

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Efek perubahan tingkat perbandingan pemberian kompensasi terhadap

pengangguran(Nu) dan pajak (τ) ... 30 2 Efek perubahan tingkat perbandingan pemberian kompensasi terhadap

tingkat suku bunga (r), total modal (K), dan produksi (F) ...

30 3 Efek perubahan tingkat perbandingan pemberian kompensasi terhadap

tingkat kompensasi (wu), dan tingkat upah (we) ... 30 4 Efek perubahan tingkat perbandingan pemberian kompensasi terhadap

tingkat cadangan modal income perkapita (ku),(ku), tingkat konsumsi )

( ),

(ce cu dan pendapatan (ye),(yu) ...

31 5 Efek perubahan tingkat perbandingan kenyamanan terhadap tingkat

total modal (K), income perkapita (ku),(ku), tingkat konsumsi ) ( ), (ce cu dan pendapatan (ye),(yu) ... 32 6 Efek perubahan tingkat perbandingan kenyamanan terhadap tingkat

pengangguran ),(Nu suku bunga(r), pajak(τ), upah (wu), kompensasi )

(we ………

32 7 Efek Perubahan tingkat kecenderungan menabung pekerja terhadap

tingkat pengangguran, suku bunga, pajak, modal, produksi, upah, kompensasi, income perkapita, tingkat konsumsi, pendapatan ... 36

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Penghitungan untuk menentukan solusi optimasi fungsi utilitas ... 37 3 Penghitungan untuk menentukan Asumsi 1 ... 39 4 Penghitungan untuk menentukan pekerja dan pengangguran ... 41 5 Mathematica 7 menghitungan nilai ekuilibrium variabel ku kasus

ϖ dinaikkan ... 42 6 Mathematica 7 menghitungan nilai ekuilibrium variabel ke Ketika

ϖ dinaikkan ... 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia ditakdirkan lahir dengan membawa sifat tidak pernah puas (non- satisation). Di dunia ini tidak ada seorangpun yang dapat memenuhi semua kebutuhannya. Hal ini tidak lain disebabkan oleh kenyataan bahwa keinginan dan kebutuhan manusia itu relatif tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan di dunia ini terbatas adanya. Ketimpangan antara alat pemenuh kebutuhan yang terbatas dengan pemuas kebutuhan yang relatif tak terbatas tersebut menyebabkan timbulnya persoalan-persoalan ekonomi (Deliarnov 1995).

Persoalan ekonomi yang paling utama di dalam kehidupan manusia adalah kesejahteraan ekonomi, yaitu suatu keadaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup yang relatif penting, seperti makanan, pakaian, pemilikan rumah, fasilitas untuk memperoleh air minum yang bersih, pemilikan alat hiburan seperti televisi dan radio, fasilitas pendidikan, serta tersedianya pekerjaan yang cukup. Semua faktor-faktor itu adalah penting untuk mengukur tingkat kesejahteraan.

Kesejahteraan ekonomi sering didefinisikan sebagai penjumlahan dari kesejahteraan semua individu di masyarakat. Kesejahteraan dapat diukur baik secara kardinal yang dalam satuan mata uang, atau diukur secara ordinal dalam terminologi nilai guna yang relatif. Metode kardinal adalah jarang digunakan sekarang ini oleh karena permasalahan agregat yang membuat ketelitian dari metode tersebut diragukan. Ada dua sisi dari kesejahteraan ekonomi, yaitu efisiensi ekonomi dan distribusi pendapatan. Efisiensi ekonomi adalah positif lebih luas dan berhadapan dengan besarnya alokasi modal. Distribusi Pendapatan adalah jauh lebih normatif dan berhadapan dengan pembagian alokasi modal (Khasanah 2004).

Akibat dari kesulitan-kesulitan dalam mengumpulkan data untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat, maka salah satu faktor penting dalam menentukan kesejahteraan ekonomi adalah tingkat pendapatan dan nilai gunanya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum, apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Penggunaan tenaga kerja

penuh sulit untuk terealisasikan akibat beberapa faktor. Karena hal tersebut sehingga menimbulkan pengangguran. Sedangkan pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kesejahteraan yang dicapai (Sukirno 2004). Di sinilah pentingnya mempelajari model kesejahteraan ekonomi sehingga bisa dianalisis dan ditentukan besaran-besaran variabel ekonomi yang akan membuat sistem optimal dan stabil.

Semua model bergantung pada serangkaian asumsi. Model yang baik hanya memuat asumsi sederhana yang tidak dapat dihindari sehingga hasil akhirnya tidak terlalu sensitif. Asumsi terpenting adalah asumsi yang bergantung kepadanya sensitivitas model, oleh karena itu asumsi terpenting ini harus realistis. Ketika asumsi sebuah model tidak realistis, maka hasil dari model tersebut diragukan kebenarannya.

Berawal dari masyarakat menawarkan suatu ide bagi yang menganggur untuk mendapatkan suatu rangsangan dalam hal memperoleh pendapatan pembayaran kesejahteraan, sehingga pengaggur bisa menikmati kesenangan. Tetapi Mark dan Keynes berasumsi yang berbeda tentang keberadaan pengangguran, bahwa pengangguran tidak hanya diberi rangsangan tetapi bisa diberi kompensasi oleh pemerintah “dengan baik” (Zhang 2005).

Atas dasar pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji model pemberian kompensasi bagi penganggur untuk mencapai kesejahteraan ekonomi yang diusulkan Wei-Bin Zhang (2005).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji model pemberian kompensasi bagi penganggur untuk mencapai kesejahteraan ekonomi.

2. Menentukan solusi model tersebut. 3. Membuat simulasi dari model tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompensasi

Masalah kompensasi bukanlah masalah yang sederhana, tapi cukup kompleks sehingga setiap negara hendaknya dapat mempunyai suatu pedoman bagaimana menetapkan kompensasi yang tepat tersebut. Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan negara kepada warganya yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan dibentuk secara tetap (Sukirno 2004). Pendapat lain tentang kompensasi tersebut adalah sebagai berikut: Kompensasi adalah salah satu yang diterima warga sebagai balas jasa atas kerja mereka (Deliarnov 1995).

Kompensasi tidak sama dengan upah, dapat juga berupa tunjangan in natura, fasilitas perumahan, fasilitas kendaraan dan masih banyak yang lain yang dapat dinilai dengan uang dan cenderung diterima secara tetap. Masalah kompensasi bukan hanya penting karena merupakan dorongan utama seseorang menjadi karyawan. Tapi, masalah kompensasi ini penting juga karena kompensasi diberikan sehingga besar pengaruhnya terhadap keinginan orang untuk bekerja.

Kompensasi mencakup juga penghargaan-penghargaan tidak langsung, baik finansial maupun non finansial, seperti tunjangan dan pelayanan terhadap karyawan. Yang termasuk dalam tunjangan adalah pensiun, uang pesangon, tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan kerja dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk pelayanan karyawan dapat berupa majalah perusahaan, sarana olahraga, pelayanan kesehatan, fasilitas perumahan, kendaran dan sebagainya. Tunjangan dan pelayanan dapat memenuhi kebutuhan dan fungsi penting antara lain menghindarkan resiko dan rasa sakit, kecelakaan dan pengangguran.

Adapun jenis tunjangan dan pelayanan tersebut dapat dikelompokkan dalam empat bagian: (Sukirno 2004).

• Jaminan rasa aman karyawan. Seperti membuat kondisi kerja aman, melakukan kegiatan pencegahan kecelakaan, asuransi dan lain-lain.

• Gaji dan upah yang dibayarkan pada saat karyawan tidak dapat bekerja seperti hari-hari sakit, liburan dan cuti atau alasan lain.

• Program pelayanan seperti program rekreasi, perumahan, Cafetaria, fasilitas kendaraan , biasiswa dan lain-lain.

2.2 Gaji dan Upah

Terdapat perbedaan pengertian antara gaji dan upah, gaji diterima oleh tenaga-tenaga manajerial dan tata usaha (crictical worker) atas sumbangan jasanya, yang menerima uang dalam jumlah yang tetap berdasarkan tarif mingguan, bulanan dan tahunan. Sedangkan upah diterima oleh buruh dan karyawan operasional atas sumbangan jasanya yang dihitung berdasarkan tarif perjam, harian atau persatuan produk.

Upah menurut dewan pengupahan nasional adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberian pekerjaan atau jasa atau yang telah dan akan dilakukan. Upah juga dapat diartikan sebagai imbalan yang diterima seseorang didalam hubungan kerja yang dapat berupa uang atau barang melalui suatu perjanjian kerja. Sedangkan upah menurut undang-undang kecelakaan tahun 1974 pasal 7 ayat A dan B adalah: (Sukirno 2004)

• Tiap-tiap pembayaran berupa uang yang diterima oleh buruh sebagai ganti pekerjaan.

• Perumahan, makanan, bahan makanan dan pakaian dengan percuma yang nilainya ditaksir menurut harga umum.

Ada beberapa macam sistem pembayaran upah, sistem pembayaran tersebut terdiri dari:

1. Sistem Gaji / Upah Bulanan

Untuk menghitung upah yang akan diberikan kepada pekerja bulanan tidaklah begitu sulit, karena upah atau gaji bulanan telah ditetapkan setiap bulan dan begitu juga kalau ada tunjangan-tunjangan juga telah ditentukan besarnya. Kalaupun ada peningkatan gaji atau upah bulanan ini pada perusahaan, maka besar penghasilan para tenaga kerja juga telah ditentukan Untuk setiap bulannya.

2. Sistem Gaji / Upah Harian

Dalam memberikan balas jasa kepada pekerja yang berarti bahwa para pekerja tersebut dibayar upahnya berdasarkan banyaknya hari kerja dikalikan dengan tarif atau gaji standar yang biasanya untuk tujuh jam kerja setiap hari.

A.Upah

Dalam memberikan kompensasi kepada pekerja, upah diberikan berdasarkan hasil kali produksi yang dihasilkan dengan tarif tertentu. Untuk itu di dalam memberikan kompensasi sebanding dengan kuantitas hasil produksi. Hal ini akan mendorong pekerja untuk bekerja lebih giat lagi karena semakin banyak produksi yang dihasilkan akan dapat meningkatkan jumlah upah yang diterimanya, dan upah ini masing-masing pekerja dibuat kartu upah borongan.

B.Upah ditambah Premi

Dalam pemberian kompensasi dengan sistem ini, hampir bersamaan dengan sistem upah dan perbedaannya adalah bertujuan untuk memberikan perangsang kepada pekerja sehingga dengan adanya tambahan premi ini mereka akan lebih giat lagi bekerja.

C.Upah dalam Golongan

Dalam pemberian upah sistem ini, dilakukan bukanlah berdasarkan perorangan saja, tetapi didasarkan pada sekelompok pekerja. Pada sistem ini upah yang diperoleh berdasarkan kuantitas hasil produksi yang kemudian dikalikan dengan tarif yang telah ditentukan perkilogram, lusin maupun perkodi yang kemudian dibagi rata menurut banyaknya pekerja yang bekerja dalam satu kelompok kerja tersebut dan untuk ini dibuat kartu karyawannya.

Seperti telah diuraikan terlebih dahulu di samping penghargaan langsung yang bersifat finansial. Kompensasi mencakup juga penghargan-penghargaan tidak langsung tidak langsung baik finansial maupun non finansial seperti tunjangan dan pelayanan terhadap karyawan. Yang termasuk dalam tunjangan adalah pensiun, uang pesangon, tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan kerja dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk pelayanan karyawan dapat berupa majalah perusahaan. Sarana olahraga, pelayanan kesehatan, fasilitas perumahan, kendaraan dan sebagainya.

2.3 Penganggur

Tak pelak lagi di antara sekian banyak masalah ekonomi, pengangguran merupakan yang paling menyakitkan, paling tidak untuk mereka yang menganggur. Tetapi bukan mereka saja yang menanggung bebannya. Lalu kenapa

ada pengangguran? Seberapa besar masalahnya dan apa jalan keluarnya? Pertama-tama apa definisi pengangguran? pengangguran adalah orang yang ingin bekerja tetapi tidak mendapat pekerjaan. Selanjutnya akan dibahas biaya yang timbul dari adanya pengangguran. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah masalah semua orang dan bukan hanya mereka yang menganggur. Selanjutnya ditilik jenis-jenis pengangguran. Lalu dibahas beberapa penyebab timbulnya pengangguran dan terakhir keterkaitan pengangguran dengan variabel ekonomi makro khususnya inflasi. Siapa yang membayar?

Tentunya yang paling jelas menanggung ongkos pengangguran adalah si pengangguran itu sendiri. Seorang pengangguran sering mengalami kekecewaan, rendah diri dan kehilangan kepercayaan. Dan makin lama ia menganggur makin besar pula kemungkinan ia kehilangan keahliannya, yang membutuhkan ongkos banyak untuk dipulihkan. Tentunya ini bukan hanya merugikan dirinya sendiri tetapi kita semua.

Dari sudut pandang ekonomi makro pengangguran juga menimbulkan ongkos yakni:

• Hilangnya output. Seyogyannya si pengangguran dapat menghasilkan jasa, tetapi karena tidak maka PDB juga lebih rendah dari yang seharusnya. • Hilangnya pendapatan pajak. Dengan tidak bekerja, seseorang tidak

membayar pajak dan ini berarti hilangnya pendapatan bagi pemerintah. • Bagi negara yang memiliki jaminan sosial pemerintah harus mengeluarkan

dana untuk menanggung para pengangguran. Untuk negara tanpa jaminan sosial paling tidak pemerintah harus mengeluarkan dana semacam jaminan pengamanan sosial untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang erat kaitannya dengan pengangguran.

• Pengangguran menyebabkan rendahnya daya beli yang pada gilirannya menyebabkan rendahnya penjualan perusahaan dan tentunya berdampak pada tingkat keuntungan.

Kesimpulannya pengangguran membebani kita semua dan dengan demikian adalah masalah kita semua.

Jenis-jenis Pengangguran

Paling ada empat jenis pengangguran yang sering dibahas, yakni: siklikal, musiman, friksional dan struktural. Pengangguran siklikal terjadi karena kurangnya permintaan tenaga kerja dibanding penawarannya. Karena itu pengangguran jenis ini sangat terkait dengan siklus ekonomi. Pada saat pertumbuhan ekonomi sedang tinggi akan terjadi sedikit pengangguran siklikal karena permintaan tenaga kerja akan besar. Sebaliknya pada saat pertumbuhan sedang rendah pengangguran siklikal akan naik karena rendahnya permintaan tenaga kerja. Di samping itu pada saat pertumbuhan rendah atau bahkan pada saat resesi akan terjadi pengurangan pegawai yang tentunya menambah jumlah pengangguran.

Pengangguran musiman dengan mudah dapat dilihat pada pasar buruh tani. Pada saat musim tanam atau musim panen akan banyak buruh diperkerjakan dan di antara kedua musim ini mereka menganggur. Fenomena yang sama juga dapat dilihat pada pekerja di sektor jasa lainnya seperti hotel, restoran, dan produk- produk yang terkait dengan perayaaan-perayaan tertentu.

Pengangguran friksional terjadi saat seorang berhenti bekerja dan belum mendapat pekerjaan baru. Jika ia beruntung maka dengan cepat ia dapat memperoleh pekerjaan baru, atau “waktu tunggu”-nya pendek. Makin efisien suatu pasar tenaga kerja maka “waktu tunggu” rata-rata akan makin pendek. Faktor utama yang mempengaruhi panjangnya “waktu-tunggu” ini adalah informasi. Selain itu secara umum makin tinggi pertumbuhan ekonomi makin pendek pula “waktu-tunggu” ini karena tingginya permintaan berarti makin cepat seseorang mendapatkan pekerjaan yang sesuai.

Jenis ke-empat adalah pengangguran struktural. Hal ini terjadi pada saat terjadi perubahan struktur industri atau perekonomian pada umumnya. Misalnya di Indonesia terjadi perubahan struktural dari suatu perekonomian yang didominasi sektor pertanian ke sektor industri. Dengan demikian terjadi perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke industri. Tetapi perpindahan tidak selalu mulus. Dan di saat peranan sektor pertanian mulai menyurut terdapat pelepasan tenaga kerja yang tidak semuanya langsung diserap sektor industri.

Pada umumnya pengangguran struktural dipengaruhi tiga hal, yakni: mobilitas tenaga kerja, kecepatan perubahan struktural itu sendiri dan aspek regional dari perubahan struktural. Jika mobilitas tenaga kerja tinggi, misalnya karena pendidikan yang cukup baik, maka pergerakan tenaga kerja antar sektor dapat berlangsung lebih cepat dan ini meminimalkan pengangguran struktural. Kecepatan perubahan struktural juga berpengaruh. Misalnya perubahan terjadi sangat cepat, maka para pekerja juga akan mengalami kesulitan dalam melakukan adaptasi. Aspek regional juga sangat berperan. Sebagai contoh adalah penurunan peranan sektor pertanian yang terjadi di Jawa Tengah akan menyebabkan pengangguran struktural (paling tidak sementara) karena peningkatan peranan sektor industri yang utama terjadi di Jawa Barat. Dengan demikian terjadi biaya dan waktu tambahan bagi mereka yang tadinya bekerja di sektor pertanian di Jawa Tengah untuk berpindah menjadi buruh industri di Jawa Barat.

2.4 Pekerja

Aktivitas suatu produksi tidak akan terlepas dari tenaga kerja, karena pekerja adalah orang atau kelompok yang melakukan aktifitas di sektor produksi. Oleh sebab itu, penempatan tenaga kerja harus benar-benar dapat mendorong mereka untuk dapat bekerja lebih giat lagi dengan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

Dalam hal ini peranan manajemen personalia akan semakin penting dalam mempelajari dan mengembangkan berbagai jalan agar manusia bisa diintegrasikan secara efektif ke dalam berbagai organisasi yang diperlukan masyarakat. Hal ini menggambarkan akan semakin kuatnya permintaan untuk memperhatikan manusia.

Defenisi etos kerja sudah banyak dikemukakan oleh para ahli namun defenisi etos kerja tersebut mempunyai pengertian dan maksud yang sama, yaitu: Etos atau aslinya ethos adalah kata berasal dari bahasa yunani yang merupakan asal kata etika. Etos artinya watak kesusilaan atau adat. Dengan demikian etos merupakan suatu tata nilai yang diyakini, yang menjadi aturan hidup atau (sila) yang lebih baik. Etos kerja dengan demikian dapat dijabarkan sebagai tata nilai

yang diyakini, yang menjadi landasan semangat kerja. Untuk mendapatkan hasil prikehidupan yang lebih baik.

Dari uraian-uraian di atas, maka dapat ditarik sebuah defenisi yaitu: (Khasanah 2004) Etos kerja merupakan rajutan nilai-nilai yang membentuk kepribadian seseorang dalam mengaktualisasikan diri dalam bentuk kerja. Rajutan nilai-nilai tersebut dapat mencakup nilai sosial, agama, budaya serta lingkungan dimana anda selama ini banyak melakukan interaksi hidup.

Selain itu pengertian etos kerja yaitu: Merupakan refleksi dari sikap hidup yang mendasar yang bersumber dari nilai-nilai tersebut yang diwujudkan dalam bentuk kegairahan kerja.

Menurut Herell bahwa etos kerja itu adalah:

• Kerja keras, dimana dalam hal ini dihubungkan dengan kumpulan nilai yang kompleks yang mencakup pengorbanan diri, saling ketergantungan rasa percaya dan hemat.

• Persepsi Untuk tercapainya kehidupan yang baik, dengan kata lain insentif untuk bekerja keras secara langsung berhubungan dengan martabat sosial dan jaminan masa depan.

• Adanya orientasi jangka panjang dalam unit-unit ekonomi dalam meningkatkan kesejahtaraan keturunan.

Jadi pendapat Herell tersebut, dapat disimpulkan bahwa etos kerja itu adalah: suatu nilai budaya yang menurut seseorang menginvestasikan sumber- sumber dayanya dalam usaha jangka panjang guna meningkatkan kesejahteraan materi dan meningkatkan martabat sosialnya. Berdasarkan definisi di atas, dapat dilihat bahwa etos kerja itu merupakan perwujudan sikap seseorang dalam melakukan pekerjaan dengan kemauan dan memperhatikan nilai-nilai serta aturan yang berlaku dalam perusahaan sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.

Etos kerja mempunyai pengaruh dengan semangat dan bergairahnya karyawan dalam melakukan pekerjaannya sehingga hasil yang dicapai juga akan dapat meningkat baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Dalam konteks pembicaraan etos kerja di dalam organisasi perusahaan, maka etos kerja yang dimaksud adalah keyakinan bersama, bahwa setiap karyawan harus dapat

memberikan pekerjaan atau karya terbaiknya untuk perusahaan, sehingga pada akhirnya perusahaan dapat memberikan karya terbaiknya.

Dalam GBHN 1988 dinyatakan bahwa manusia Indonesia, harus memilki sifat antara lain tangguh, cerdas, terampil mandiri dan memilki rasa kesetiakawanan, kerja keras, hemat, produktif, berdisiplin serta berorientasi kemasa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Semangat etos kerja, harus dapat disebarluaskan untuk memperoleh manfaat antara lain:

• Menjamin hasil kerja dengan kualitas yang baik.

• Membuka seluruh komunikasi, keterbukaan, cepat menemukan kesalahan dengan cepat memperbaikinya.

• Cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan dari luar.

• Mengurangi laporan yang berupa data dan informasi yang salah atau palsu. Peningkatan produktivitas juga suatu hal yang harus diperhatikan oleh Pimpinan perusahan, ini menggambarkan bahwa perusahaan tersebut berusaha untuk maju. Hal ini dapat dilakukan apabila perusahaan juga mempunyai usaha atau cara untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja sebagai pelaksana, untuk berproduksi dan juga dengan cara memberikan motivasi yang cukup.

Untuk itu di sini perlu kiranya kita parhatikan sifat-sifat etika yang harus dikembangkan dalam etos kerja menurut Weber adalah: (Abdullah 1997).

• Sifat bertanggung jawab. • Jujur dalam perbuatan. • Lingkungan Kerja.

Menurut Khasanah (1995) adalah: Dalam melaksanakan Kegiatan operasionalnya perusahaan faktor lingkungan kerja merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh pihak perusahaan. Dimana lingkungan kerja itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.

Pengertian di atas menggambarkan bahwa lingkungan kerja mempunyai pengaruh yang besar bagi pekerja dalam menjalankan tugas-tugasnya. Oleh karena itu perusahaan harus mengusahakan agar faktor-faktor yang termasuk

dalam lingkungan kerja diperhatikan secara baik sehingga mempunyai pangaruh yang positif bagi produktivitas kerja karyawannya.

Dari uraian di atas jelas bahwa lingkungan kerja bila tidak diperhatikan akan berakibat negatif pada produktivitas kerja karyawan. Misalnya

Dokumen terkait