• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tugas dan Tanggung Jawab Organ Perusahaan dalam

1. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

a. Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

b. Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi. c. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris wajib memantau dan

mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis bank.

d. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional bank, kecuali pengambilan keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang kewenangan Dewan Komisaris tersebut ditetapkan dalam Anggaran Dasar bank atau Rapat Umum Pemegang Saham.26

26

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syari’ah Dan Unit Usaha Syari’ah,pasal 8 ayat 1- 4, h.8.

e. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindak lanjuti temuan audit dan/ atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern dan/ atau auditor ekstern. 27

f. Dewan Komisaris wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perbankan serta suatu kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.28

g. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan komisaris wajib membentuk Komite Pemantau Resiko, Komite Remunerasi dan Nominasi serta Komite Audit.

h. Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

a. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian.

b. Direksi wajib mengelola bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Bank dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

27

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009, pasal 9, h.9. 28

d. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern dan auditor ekstern.

e. Direksi wajib memiliki fungsi paling kurang sebagai audit intern, Manajemen Resiko dan Komite Manajemen Resiko serta Kepatuhan.

f. Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

g. Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.

h. Setiap keputusan Direksi bersifat mengikat dan menjadi tanggung jawab seluruh anggota Direksi.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Komite-Komite

a. Komite Pemantau Risiko

1) Melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen risiko.

2) Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut.

3) Melakukan evaluasi pelaksanaan tugas komite manajemen risiko dan satuan kerja manajemen risiko.

b. Komite Remunerasi dan Nominasi.

1) Melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi

2) Melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan tersebut dengan pelaksanaan kebijakan tersebut.

3) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan.

4) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai sistem serta prosedur pemilihan atau pergantian anggota Dewan Komisaris dan Direksi.

5) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi.

6) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon pihak independen yang akan menjadi anggota Komite.

c. Komite Audit.

1) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi audit intern.

2) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi, atas hasil temuan audit atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia dan Auditor Ekstern.

3) Komite Audit memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris.

Good Corporate Governance adalah suatu praktik pengelolaan perusahaan secara amanah dan bijaksana dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan kepentingan seluruh stakeholders.

Dengan implementasi GCG, maka pengelolaan sumberdaya Perusahaan diharapkan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif dengan selalu berorientasi pada tujuan Perusahaan.29

Secara umum krisis moneter terjadi di akibatkan dari lemahnya kualitas corporate governance khususnya dalam pengelolaan perbankan. Rendahnya kualitas perbankan antara lain tercermin dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, terutama sebagai dampak dari pemberian kredit yang berlebihan, lemahnya menejemen bank, kurangnya transparansi, lemahnya sistem pembukuan, lemahnya pengendalian internal. Hal ini merupakan dampak terjadinya krisis moneter di Indonesia yang terjadi pada tahun 1998 silam.

Oleh karena itu, industri perbankan harus menerapkan standar penerapan GCG yang lebih ketat selain karena adanya aturan dari Bank Indonesia yang harus dipatuhi juga dengan penerapan GCG yang baik diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan yang untuk selanjutnya akan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

29

http://www.informasi-training.com /good-corporate-governance-gcg-challenges-for-banking-industrie.

36

BAB III

Gambaran Umum Bank BTN dan Bank Muamalat Indonesia

A.Bank Tabungan Negara 1. Sejarah bank BTN1

1

http://www.btn.co.id/Tentang-Kami/Sejarah-Bank-BTN.aspx

Pada tahun 1897 perseroan didirikan dengan nama “POSTSPAAR BANK”

Pada tahun 1897 juga, Jepang membekukan kegiatan “POSTSPAAR BANK” dan menggantinya dengan nama

“CHOKIN KYOKU” Pada tahun 1963 terjadi perubahan nama bank menjadi “Bank Tabungan Negara” (BTN)

Pada tahun 1950 di ubah lagi namanya menjadi “BANK TABUNGAN POS” dengan UU Darurat

No.9 tahun 1950 Pada tahun 1994 perseroan mendapat ijin sebagai bank devisa Pada tahun 1989 bank BTN beroperasi sebagai

Bank Umum dan mulai menerbitkan obligasi pada tahun 1974 bank BTN ditugaskan memberikan pelayanan KPR sesuai surat menkeu No. 8-49/MK/1974 Pada tahun 1992 Status hukum bank

BTN berubah menjadi perusahaan perseroan (persero) Pada tahun 1968 bank

BTN sebagai Bank Milik Negara (UU No. 20

tahun 1968 Pada tahun 2002 bank BTN sebagai bank umum dengan fokus pinjaman tanpa subsidi untuk perumahan Pada tahun 2003 Restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh yang tertuang dalam persetujuan RJP tahun 2003-2007 Pada tahun 2008 bank BTN menjadi bank pertama di Indonesia

yang melakukan pendaftaran transaksi kontrak investasi Kolektif Efektif Beragun Aset (KIK EBA) di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan perdana dan listing transaksi tersebut

di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009

Pada tahun 2000 bank BTN ikut dalam program Rekapitalisasi

2. Visi dan Misi

a) Visi Bank BTN2

Menjadi bank yang terkemukadalam pembiayaanperumahan.

b) Misi Bank BTN

1) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.

2) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.

3) Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas, profesional dan memiliki integritas tinggi.

4) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan Good Corporate Governance untuk meningkatkan Shareholder Value

5) Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.

B. Bank Muamalat Indonesia

1. Sejarah Pendirian dan Pertumbuhan Bank Muamalat Indonesia3

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal

2

http://www.btn.co.id/Tentang-Kami/Visi---Misi.aspx 3

1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.

Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.

Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Hingga tahun 2009 Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia.

Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir.

Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).

2 Visi dan Misi Bank Muamalat4

a) Visi Bank Muamalat Indonesia

Visi Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.

b) Misi Bank Muamalat Indonesia

Misi Menjadi panutan Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.

4

41

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN

A. Perumusan Konsep GCG di Bank Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara

Untuk perumusan konsep GCG pada industri perbankan itu sama, baik itu bank konvensional maupun bank syariah karena telah diatur oleh Bank Indonesia. Dimana perumusan konsep GCG berawal dari sebuah visi dan misi di setiap perusahaan, yang selanjutnya disesuaikan dengan hukum dan peraturan yang berlaku, baik itu Peraturan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia, dan segala peraturan yang berkaitan dengan dunia perbankan yang pada akhirnya terbentuklah sebuah pedoman umum GCG.

Dari kesemuanya itu, maka lahirlah sebuah kebijakan tata kelola perusahaan. Kebijakan yang ada diperusahaan dapat mencontoh kebijakan yang telah ada pada perusahaan lain. Jika kebijakan tersebut cocok dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan maka kebijakan tersebut dapat dibakukan dalam kebijakan perusahaan, dan inilah yang dimaksud dengan Internal Best Practise. Dari konsep GCG ini, maka terbentuklah sebuah corporate culture (budaya perusahaan) yang mana setiap perusahaan memiliki corporate culture yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhan dan tentunya kesesuaian dari visi dan misi perusahaan.

Tujuan Perumusan GCG

Implementasi GCG di Perusahaan antara lain bertujuan untuk :1 1. Mencapai visi dan misi perusahaan.

2. Memberikan keyakinan kepada pemegang saham bahwa perusahaan dikelola secara bijaksana dan profesional dengan tujuan agar memberikan keuntungan yang wajar dan bernilai tinggi.

3. Mendorong dan mendukung pengembangan, pengelolaan sumberdaya dan pengelolaan risiko perusahaan secara lebih hati-hati dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip-prinsip GCG.

4. Menciptakan nilai tambah bagi semua pihak.

1

Panduan Good Corporate Governance Bank Muamalat, h.3

Pedoman Umum GCG

Hukum& Peraturan yang berlaku

Visi & Misi Nilai-nilai Korporasi Corporate Industry Best Practise Internal Best Practise

Corporate Governance Policy

Peraturan Teknis Sosialisasi Implementasi Corporate Culture R E V I E W

5. Mendorong terciptanya budaya kerja perusahaan ke arah yang lebih baik. 6. Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan. 7. Menciptakan pencitraan yang semakin baik di masyarakat.

Yang selanjutnya yang menjadi acuan untuk panduan GCG adalah:2 1. Undang-Undang Republik Indonesia, diantaranya adalah:

a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.

b) Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah beserta peraturan pelaksanaan yang akan dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

d) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

e) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003.

2. Peraturan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia, Peraturan BAPEPAM, Ketentuan-Ketentuan Menteri Keuangan dan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) seperti:

a) PBI Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah.

2

b) PBI Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum. c) PBI Nomor 1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan

Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank Umum.

d) PBI Nomor 2/1/pbi 2000 tanggal 14 Januari 2000 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatuhan.

e) Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-389/MK.16/1997 tanggal 10 Oktober 1997 tentang Standar Anggaran Dasar Persero.

B.Penerapan Konsep Good Corporate Governance pada Bank BTN

Good Corporate Governance adalah sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (stakeholders value), serta mengalokasikan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan unsur penting diindustri perbankan mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi semakin meningkat. Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumberdaya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan pemegang saham dan stakeholders, sehingga bank dapat beroperasi dan tumbuh secara terus menerus dalam jangka panjang.

Adapun yang dimaksud dengan konsep GCG yaitu, suatu konsep untuk meningkatkan kinerja perusahaan dimana dalam pelaksanaannya memisahkan

antara pemilik bank dengan pelaksana atau pengelola bank itu sendiri. Sehingga sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan juga sesuai dengan best practise. Best practise adalah batas minimal kebagusan atau kebaikan yang harus diterapkan oleh perusahaan dari Bank Indonesia.3

Jadi intinya bagaimana cara membangun suatu struktur GCG, mulai dari infrastruktur kemudian mekanisme serta outcome nya. Jadi formatnya sesuai dengan best practise. Yang mana tujuan akhir dari GCG yaitu mencapai balance (keseimbangan) antara stakeholders.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 8/ 4/ 2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance pada bank umum, disana menjelaskan mengenai prinsip-prinsip yang harus ada dalam penerapan GCG, yaitu:4

1. Keterbukaan (transparancy) 2. Akuntabilitas (akuntability)

3. Pertanggungjawaban (responsibility) 4. Independensi (independency)

5. Kewajaran (fainess)

Dalam menjalankan prinsip-prinsip GCG dilaksanakan dengan 4 pilar, yaitu:5 1. Komitmen on governance

3

Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat, Jakarta, 5 Oktober 2010

4

Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat 5

2. Governance structure 3. Mekanisme

4. Out come

Yang mana tiga diantaranya (1-3) dapat dilakukan dengan GCG soft structure dan GCG infrastructure. Adapun yang dimaksud dengan GCG soft structure yaitu menulis apa yang dikerjakan dan mengerjakan apa yang ditulis, jadi menjadi sebuah kebijakan yang tertulis. Sedangkan yang dimaksud dengan GCG infrastructure yaitu para pelakunya, jadi setiap kebijakan butuh orang-orangnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Didalam infrastructure governance terdiri dari dua organ yaitu organ utama dan organ pendukung, yang mana kedua organ tersebut menjadi sebuah struktur dalam perusahaan. Yang termasuk dalam organ utama yaitu terdiri dari:

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 2. Dewan Komisaris,

3. Dewan Direksi

Dan ketiga organ utama ini baku bagi perusahaan dimana setiap perusahaan harus memilikinya karena mengikuti ketentuan hukum yang berlaku. Sedangkan yang termasuk organ pendukung yaitu corporate secretary, risk management, compliance, audit internal dan eksternal, dan ini hanya sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Dewan Komisaris memiliki komite yang akan membantu Dewan Komisaris. Kalau di bank yang wajib itu ada tiga diantaranya yaitu, komite pemantau resiko,

komite audit, dan komite remunerasi dan nominasi. Dan dibawah Dewan Direksi pun memiliki komite-komite yang akan membantu Dewan Direksi, yaitu terdiri dari komite produk, komite IT, komite Human Capital, komite asuransi sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Untuk strategi, bank BTN mempunyai 4 prosedur dalam mewujudkan GCG yaitu:6

a. Awarness (kesadaran): Seperti training, sosialisasi, e-learning, brosur, banner dan majalah.

b. Institusionalisasi internalisasi: Soft structure yang tadi dibuatkan kebijakan resmi perusahaan, mengerjakan apa yang ditulis dan menulis apa yang dikerjakan, seperti peraturan direksi, surat edaran direksi. Sedangkan yang dinamakan dengan internalisasi yaitu di budayakan (corporate culture) yang nanti dibuatkan peraturan direksi, dibuatkan program kerja untuk masing-masing unit, peraturan kerja untuk semua unit kerja, KPI(Key Performance indikator) yang dimaksud dengan KPI yaitu, misalkan saya melakukan atau mengerjakan a, b, c maka saya akan mendapatkan nilai A. Yang mana dari kesemuanya itu menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi budaya kerja perusahaan.

c. Assessment program: Yaitu yang pertama dengan self assessment contohnya, unit kerja pemasaran, lalu menyerahkan hasil laporan

6

kerjanya setelah itu dinilai oleh corporate secretary. Yang kedua yaitu Third Parti Assessment Center for Corporate Governance, yaitu dari pihak perusahaan mengundang pihak luar atau yang disebut dengan pihak independen untuk menilai kinerja perusahaan. Seperti BPKP, konsultan dan lain-lain. Yang ketiga kita mengikuti GCG award yang diadakan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan SWA, dalam hal ini Bank BTN telah memperoleh penghargaan dikategori Annual Report.

d. Eksternalisasi: Membicarakan ke pihak luar, seperti halnya mempublikasikan ke masyarakat luas seperti surat kabar, media elektronik dan lain-lain.

e. Pengembangan berkelanjutan: yang dimaksud adalah mengevaluasi semua yang telah dikerjakan selama 1 tahun, dan berubah pada tiap tahunnya.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa perbedaan konsep GCG pada BTN dan BMI selain pada strukur organisasinya, ada perbedaan lain yaitu pada corporate culture. Dalam corporate culture pada BTN dikenal dengan istilah POLA PRIMA,7 yang mana kepanjangan dari POLA PRIMA itu adalah Pelayanan prima, inOvasi,

7

keteLAdanan, Profesionalisme, Integritas dan kerja saMA. Berikut ini penjelasan mengenai pola prima:8

1. Pelayanan prima (service excellence) a) Ramah, sopan dan bersahabat b) Peduli, pro aktif dan cepat tanggap 2. Inovasi (innovation)

a) Berinisiatif melakukan penyempurnaan b) Berorientasi menciptakan nilai tambah 3. Keteladanan (role model)

a) Menjadi contoh dalam berperilaku baik dan benar b) Memotivasi penerapan nilai-nilai budaya kerja 4. Profesionalisme (professionalism)

a) Kompeten dan bertanggungjawab b) Bekerja cerdas dan tuntas

5. Integritas (integrity) a) Konsisten dan disiplin b) Jujur dan berdedikasi 6. Kerjasama(teamwork)

a) Tulus dan terbuka

b) Saling percaya dan menghargai

8

C. Penerapan Konsep Good Corporate Governance pada Bank Muamalat Indonesia.

Bank Muamalat sebagai pelopor bank syariah di Indonesia, sejak awal berdirinya hingga saat ini, terus berupaya untuk menjadi salah satu pelopor dalam implementasi Good Corporate Governance (GCG) di perbankan syariah. Sebagai bank yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh lembaga keuangan/bank yang berasal dari Timur Tengah, maka Bank Muamalat sejak awal tahun 2008 telah melakukan kerjasama dengan Islamic International Rating Agency (IIRA) untuk melakukan penilaian dan pengkajian serta pemeringkatan atas pelaksanaan GCG di Bank Muamalat. Hal ini sebagai wujud komitmen bank dalam melaksanakan ketentuan BI No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Umum dan PBI No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan atas PBI No.8/4/PBI/2006 serta Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007, khususnya Pasal 62 dan Pasal 63 mengenai kewajiban Bank menyampaikan laporan.9

Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG) di Bank Muamalat merupakan bagian tak terpisahkan dari Muamalat Spirit, yang intinya adalah semangat tanggung jawab, kewajiban, keterbukaan dan keadilan melalui pengabdian serta ketundukan kepada Allah SWT dan melalui pemerataan kemampuan, pengetahuan, informasi dan penghargaan. Semangat inilah yang menjadi dasar bagi

9

PT Bank Muamalat Tbk, Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Bank Muamalat Tahun 2009, Jakarta, 2009. h. 9

tata kelola usaha/bisnis dan kode etik Bank Muamalat.Prinsip-prinsip mengenai tata kelola perusahaan secara islami dan sesuai dengan praktek-praktek terbaik yang berlaku baik diperbankan nasional maupun internasional serta nilai-nilai yang ada di Bank Muamalat, merupakan suatu dasar bagi Bank Muamalat untuk terus berupaya menjadi bank terbaik dalam penerapan GCG selama ini.

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,

Dokumen terkait