BAB III DESKRIPSI TENTANG PERAN BPKP DALAM
PASAL 49 PP NO.60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM
A. Ruang Lingkup Lembaga Badan Pengawasan Keuangan dan
4. Tugas dan Fungsi BPKP
62
11. Jawa Barat 29. NTB
12. Jawa Tengah 30. Gorontalo
13. D.I Yogyakarta 31. Sulawesi Barat
14. Jawa Timur 32. Maluku Utara
15. Kalimantan Barat 33. Papua Barat 16. Kalimantan Selatan 34. Kalimantan Utara 17. Bali
BPKP juga didukung dengan SDM yang andal. Posisi pegawai Per 31 Desember 2018 bejumlah 6.037 orang. Sebanyak 4.202 orang (69.60%) berada di perwakilan BPKP yang tersebar di 34 Provinsi. Menurut tingkat pendidikan, Sebanyak 3.331 orang (55,18%) merupakan lulusan S1/DIV, sedangkan menurut Jabatan, sebanyak 4.243 orang (70,28%) merupakan pejabat fungsional auditor (PFA).63
4. Tugas dan Fungsi BPKP
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan Lembaga Non Kementrian (LPNK) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1983 dengan tugas utama merumuskan kebijakan dan menyelenggarakan pengawasan keuangan dan pembangunan. Dalam perkembangannya Tugas dan Fungsi BPKP mengalami beberapa kali penyesuaian. Tugas dan Fungsi BPKP terakhir kali diatur berdasarkan Peraturan Presiden
63
http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/pusat/files/Lap_Keuangan/LKJ/20BPKP/202018_ceta k.pdf, diakses pada 18 Desember 2019
63
Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP menggantikan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 beserta perubahannya.64
Sesuai dengan pasal 2 dan 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pambangunan (BPKP). Yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPKP menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan, pelaksanaan, dan koordinasi pengawasan terhadap akuntabilitas keuangan Negara/daerah, pembinaan penyelengaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi BPKP, serta pembinaan dan pelasanaan administrasi umum. Dan juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP mendapat mandat sebagai pengawas intern dalam akuntabilitas keuangan negara dan pembina penyelenggaraan SPIP.65
BPKP melaksanakan tugasnya menyelenggarakan dua fungsi utama didalam nya yaitu fungsi pengarahan dan pengoordinasian intern, yaitu meliputi sebagai berikut:66
1. Perumusan kebijakan nasioanl pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan Negara/daerah dan pembangunan
64 http://www.bpkp.go.id/konten/4/Sejarah-Singkat-BPKP.bpkp, diakses pada 10 November 2019
65
http://www.bpkp.go.id/konten/1/Tugas-dan-Fungsi.bpkp, diakses pada 13 Desember 2019.
66 Peraturan Presiden Repulik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,Pasal 3
64
nasional meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaaan umum Negara berdasarkan penetapan oleh menteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dan kegiatan lainnya berdasarkan penugasan dari Presiden.
2. Pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung jawaban akuntabilitas penerimaan Negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan Negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran Negara/daerah dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah serta akuntabilitas pembiayaan keuangan Negara/daerah.
3. Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan asset Negara/daerah
4. Pemberian konsultasi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan program/kebijakan pemerintah yang stategis.
65
5. Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit investigative terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan Negara/daerah, audit penghitungan kerugian keuangan Negara/daerah, pemberian keterangan ahli, dan upaya pencegahan korupsi.
6. Pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya.
7. Pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah pusat.
8. Pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi penyelenggaraan sistem pengendalian intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan-badan yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.
9. Pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan.
10. Pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah dan sertifikasi jabatan fungsional auditor.
66
11. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang pengawasan dan sistem pengendalian intern pemerintah.
12. Pembangunan dan pengembangan, serta pengolahan data dan informasi hasil pengawasan atas penyelenggaraan akuntabilitas keuangan negara Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
13. Pelaksanaan pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di BPKP.
14. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, kehumasan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
Kemudian Sesuai dengan Pasal 54 Keppres No. 103 Tahun 2001, BPKP mempunyai Kewenangan dalam menjalakan tugas nya yaitu sebagai berikut :67
1. Penyusunan rencana nasional secara makro pada bidangnya. 2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung
pembangunan secara makro.
3. Penetapan sistem informasi pada bidangnya.
67 Utami Dewi, “Kedudukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam Penentuan unsur kerugian keuangan Negara dalam Kaitanya dengan Optimalisasi Pengawasan Pengelolaan Keuangan daerah (studi Kasus di Kalimantan Barat)” (Tesis-Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2017), 5
67
4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervise pada bidangnya.
5. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan pada bidangnya.
6. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sebagai berikut : a. Memasuki semua kantor, bengkel gudang, bangunan,
tempat-tempat penimbunan, sebagainya.
b. Meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku perhitungan, surat-surat bukti, notulen rapat penitia dan sejenisnya, hasil survei laporanlaporan pengelolaan, dan surat-surat lainnya yang diperlukan dalam pengawasan. c. Pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan
dan lain-lain.
d. Meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan, baik hasil pengawasan sendiri maupun hasil pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan, dan lembaga pengawasan lainnya.
Sebagai aparat presiden, seluruh kapasita dan kapabilitas BPKP telah diamantkan untuk melakukan pengawasan terhadap sluruh kegiatan pencapaian sasaran pokok pembangunan, berdasarkan Peraturan
68
Pemerintah (PP) Nomo 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP melakukan (a). Pengawasan Intern atas akuntabilitas keuangan Negara dalam kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan oleh Mentri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan kegiatan berdasarkan penugasan oleh presiden, serta (b). Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Sesuai dengan kondisi umum penyelenggaraan pemerintah, sejauh ini, pelaksanaan tugas BPKP terfokus pada akuntabilitas pelaporan keuangan baik dari sudut pengawasan intern maupun dalam pembinaan SPIP untuk peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara.68 Sejalan dengan hal tersebut untuk mempercepat implementasi penyelenggaraan SPIP, Presidan menerbit kan Inpres Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam rangka mewujudkan Kesejahteraan Rakyat, sebagai berikut.69
1. Mempercepat efektivitas penerapan sistem pengendalian intern pemerintah dalam pengelolaaan keuangan Negara/daerah dan pembangunan nasional
68http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/pusat/files/Lap_Keuangan/LKJ/20BPKP/202018_ceta k.pdf, diakses pada 13 Desember 2019
69
Intruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
69
2. Mengintensifkan peran Aparat Pengendalian Intern Pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaaan keuangan Negara/daerah dan pembangunan nasional serta meningkatkan upaya pencegahan korupsi
3. Melakukan pengawasan dalam rangka meningkatkan penerimaan Negara/daerah serta efisiensi dan efektivitas anggaran pengeluaran Negara/daerah.
B. Kewenangan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)