• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Unjuk Kerja V Menentukan teknik peraturan zonasi berdasarkan tujuan pengaturan

Instruksi kerja

a. Tentukan kawasan yang termasuk kategori khusus (overlay zone) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan

b. Tentukan kebutuhan peraturan khusus (supplement ) setiap kawasan khusus c. Tetapkan teknik pengaturan zonasi sesuai kebutuhan khusus (supplement)

setiap kawasan khusus.

d. Klasifikasikan kawasan khusus ke dalam kategori pengaturan

e. Rumuskan tujuan pengaturan kawasan khusus sesuai karakteristiknya dengan cermat dan tepat

f. Dokumentasikan seluruh ketentuan /aturan yang terkait dg pengembangan zona pd kawasan khusus.

g. Pilihlah teknik pengaturan zonasi sesuai dengan karakteristik zona sesuai dengan tujuan pengendalian

h. Rumuskan aturan untuk teknik yang diterapkan

a. Daftar Cek Unjuk Kerja

NO. DAFTAR TUGAS/INSTRUKSI POIN YANG DICEK PENCAPAIAN PENILAIAN

YA TIDAK K BK

1. Tentukan kawasan yang termasuk kategori khusus (overlay zone) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan

Kawasan yang ditentukan dalam kategori khusus 2. Tentukan kebutuhan peraturan

khusus (supplement ) setiap kawasan khusus

Kebutuhan peraturan khusus untuk setiap kawasan khusus 3. Tetapkan teknik pengaturan

zonasi sesuai kebutuhan khusus (supplement) setiap kawasan khusus.

Kesesuaian teknik pengaturan zonasi yang ditetapkan dengan kebutuhan 4. Klasifikasikan kawasan khusus ke

dalam kategori pengaturan

Klasifikasi kawasan

5. Rumuskan tujuan pengaturan kawasan khusus sesuai karakteristiknya

Cermat dan teliti dalam merumuskan tujuan pengaturan kawasan khusus 6. Dokumentasikan seluruh Lengkap dalam

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 32 dari 52

ketentuan /aturan yang terkait dg pengembangan zona pd kawasan khusus.

mendokumentasika n ketentuan/aturan

7. Pilihlah teknik pengaturan zonasi sesuai dengan karakteristik zona sesuai dengan tujuan

pengendalian

Teknik pengaturan yang dipilih

8. Rumuskan aturan untuk teknik yang diterapkan

Cermat dan teliti dalam merumuskan aturan untuk teknik yang ditetapkan

Apakah semua instruksi kerja tugas praktek merancang sesi pembelajaran dilaksanakan dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan?

YA TIDAK

NAMA TANDA TANGAN PESERTA ... ... PENILAI ... ... Catatan Penilai :

b. Penilaian Sikap Kerja

CEK LIS PENILAIAN SIKAP KERJA

Mengendalikan bahaya dan risiko kecelakaan kerja

Indikator Unjuk Kerja No. KUK K BK Keterangan a. Mampu menentukan kawasan

yang termasuk kategori khusus (overlay zone) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan

b. Mampu menentukan kebutuhan peraturan khusus (supplement ) setiap kawasan khusus

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 33 dari 52

c. Mampu menetapkan teknik pengaturan zonasi sesuai kebutuhan khusus (supplement) setiap kawasan khusus.

d. Mampu mengklasifikasikan kawasan khusus ke dalam kategori pengaturan

e. Mampu merumuskan tujuan pengaturan kawasan khusus sesuai karakteristiknya dengan cermat dan tepat

f. Mampu menghimpun seluruh ketentuan /aturan yang terkait dg pengembangan zona pd kawasan khusus.

g. Mampu memilih teknik pengaturan zonasi sesuai dengan karakteristik zona sesuai dengan tujuan pengendalian

h. Mampu merumuskan aturan untuk teknik yang diterapkan

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 34 dari 52

Lampiran 1

Jawaban Tugas Teori I

a. Jawaban Singkat

1. Zoning Regulation/Peraturan Zonasi sendiri memiliki pengertian sebagai ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona, pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan, dan prosedur pelaksanaan pembangunan. Peraturan Zonasi merupakan perangkat pengendalian pemanfaatan ruang.Suatu zona mempunyai aturan yang seragam (guna lahan, intensitas, massa bangunan). Satu zona dengan zona lainnya bisa berbeda ukuran dan aturan. Beberapa istilah zoning dikenal di beberapa negara, seperti land development code, zoning code, zoning

ordinance, zoning resolution, urban code, panning act, dll.

2. Tahapan penyusunan Peraturan Zonasi: 1. Penyusunan klasifikasi zonasi 2. Penyusunan daftar kegiatan

3. Penetapan/delineasi blok peruntukan 4. Penyusunan aturan teknis zonasi

a. Kegiatan dan penggunaan lahan b. Intensitas pemanfaatan ruang c. Tata massa bangunan

d. Prasarana

e. Lain-lain/tambahan f. Aturan khusus

5. Penyusunan standar teknis

6. Pemilihan teknik pengaturan zonasi 7. Penyusunan peta zonasi

8. Penyusunan aturan pelaksanaan 9. Penyusunan perhitungan dampak 10. Peran serta masyarakat

11. Penyusunan aturan administrasi zonasi 3. Substansi utama dalam Peraturan Zonasi,

zona-zona dasar, sub-zona, jenis-jenis perpetakan (main land use), dan jenis-jenis penggunaan (sub uses),

use (penggunaan lahan dan bangunan, yang terdiri dari penggunaan utama, penggunaan pelengkap, penggunaan sesuai pengecualian khusus),

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 35 dari 52

bulk/building and massing (massa banguan (tinggi, sempadan, luas minimum persil),

required infrastructure (persyaratan prasarana minimum untuk parkir, bongkar-muat, dll), serta

aturan tambahan yang mengatur estetika, media reklame, view, dll (dapat diatur terpisah dalam design guidelines)

4. Klasifikasi zonasi adalah jenis dan hirarki zona yang disusun berdasarkan kajian teoritis, kajian perbandingan, maupun kajian empirik untuk digunakan di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya. Klasifikasi zonasi merupakan perampatan (generalisasi) dari kegiatan atau penggunaan lahan yang mempunyai karakter dan/atau dampak yang sejenis atau yang relatif sama.

5. Zona merupakan suatu kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik. Sementara zoning dapat diartikan sebagai pembagian lingkungan kota ke dalam zona-zona dan menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang/memberlakukan ketentuan hukum yang berbeda-beda (Barnett, 1982: 60-61; So, 1979:251). Zona utama adalah zona berdasarkan penggunaan lahan dasar, dalam suatu wilayah seperti perumahan/hunian, industri, komersial dan pertanian. Zona spesifik adalah penjabaran zona utama berdasarkan karakteristik yang lebih spesifik, seperti perumahan renggang, perumahan deret, perumahan rapat.

6. Tujuan penyusunan klasifikasi zonasi adalah untuk:

1. menetapkan zonasi yang akan dikembangkan pada suatu wilayah perkotaan; 2. menyusun hirarki zonasi berdasarkan tingkat gangguannya

7. Dasar pertimbangan dalam penyusunan klasifikasi zona:

1. Merujuk pada klasifikasi dan kriteria zonasi yang ada pada tabel 1 berikut ini, yang telah disusun berdasarkan:

a. Kajian literatur studi-studi yang pernah dilakukan, ketentuan normatif (peraturan-perundangan), dan kajian perbandingan dari berbagai contoh;

b. Skala/tingkat pelayanan kegiatan berdasarkan standar pelayanan yang berlaku (standar Dept. PU);

2. Menambahkan/melengkapi klasifikasi zonasi pada lampiran yang dirujuk dengan mempertimbangkan:

a. Hirarki klasifikasi zonasi yang dipilih sebagai dasar pengaturan (untuk kawasan budidaya di wilayah perkotaan dianjurkan sekurang-kurangnya hirarki 5)

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 36 dari 52

b. Zonasi yang sudah berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan Zonasinya (kajian/ pengamatan empiris) dan dianggap perlu ditambahkan ke dalam klasifikasi zona.

c. Jenis zona yang spesifik yang ada di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya yang belum terdaftar dalam tabel ini.

d. Jenis zonasi yang prospektif berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan Zonasinya.

e. Hirarkki

3. Menghapuskan zonasi yang tidak terdapat di daerah/wilayah kerja yang dirujuk.

8. Fungsi utama peruntukan kawasan berdasarkan PP No. 47 tahun 1997 tentang RTRWN adalah:

1. Kawasan Lindung - Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; b. Kawasan perlindungan setempat;

c. Kawasan suaka alam; d. kawasan pelestarian alam; e. kawasan cagar budaya;

f. kawasan rawan bencana alam; g. kawasan lindung lainnya.

2. Kawasan Budidaya - Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya meliputi peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dankeamanan.

a. Kawasan hutan produksi; b. Kawasan hutan rakyat; c. Kawasan pertanian; d. Kawasan pertambangan; e. Kawasan industri;

f. Kawasan pariwisata; g. Kawasan permukiman;

9. Adapun pemilihan hirarki klasifikasi zonasi sebagai dasar pengaturan didasarkan pada hirarki sebagai berikut:

1. Peruntukan Zona Hirarki 1 - Peruntukan dasar, terdiri atas peruntukan ruang untuk budidaya dan lindung.

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 37 dari 52

2. Peruntukan Zona Hirarki 2- Menunjukkan penggunaan secara umum, seperti yang tercantum pada RTRW Nasional (PP No. 47 Tahun 1997 tentang RTRW Nasional).

3. Peruntukan Zona Hirarki 3- Menunjukkan penggunaan secara umum, seperti yang tercantum pada RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten, atau yang dikembangkan berdasarkan rencana tersebut.

4. Peruntukan Zona Hirarki 4 -Menunjukkan penggunaan secara umum, seperti yang tercantum pada RTRW Kota, atau yang dikembangkan berdasarkan rencana tersebut.

5. Peruntukan Zona Hirarki 5 -Menunjukkan penggunaan yang lebih detail/rinci untuk setiap peruntukan hirarki 4, mencakup blok peruntukan dan tata cara/aturan pemanfaatannya.

10. Pembagian zona dilakukan dengan pertimbangan karakteristik lingkungan, pemanfaatan ruang dibatasi secara fisik, seperti sungai, jaringan jalan, utilitas dan lainnya yang bersifat relatif permanen dan mudah dikenali, sehingga tidak menimbulkan berbagai interpreatasi mengenai batas zona yang ditetapkan.Dalam beberapa hal, batasan secara administrasi juga menjadi pertimbangan yang sangat penting. Secara umum batas atau pembagian zona dapat didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

 Karakteristik pemanfaatan ruang/lahan yang sama.

 Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, branchgang maupun batasan kapling.

 Orientasi bangunan.

 Lapis bangunan.

11. DKI Jakarta terdiri dari enam jenis penggunaan lahan dasar, yaitu perumahan, bangunan umum, sarana pelayanan kota, ruang terbuka, industri dan zona khusus, yang terdiri dari beberapa zona yang lebih spesifik.

(1) Zona utama perumahan terdiri dari:

 Perumahan deret

 Perumahan taman

 Perumahan renggang

(2) Zona utama bangunan umum terdiri dari:

 Bangunan umum taman

 Bangunan umum pemerintahan

 Bangunan umum perkantoran (3) Zona sarana pelayanan kota

 Sarana umum (4) Zona ruang terbuka

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 38 dari 52

(5) Zona industri

 Industri Umum (6) Zona khusus

 Khusus Vital

12. Penggunaan lahan/bangunan paling sedikit dibagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu: perumahan, industri, komersial dan pertanian.

13. Disebut kegiatan utama jika dalam satu kapling, lebih dari 50% luas lantai bangunan yang ada digunakan untuk kegiatan tertentu dan disebut kegiatan aksesoris bila kegiatan kurang dari 50% luas bangunan digunakan untuk kegiatan lain.

14. Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok yang telah didelineasikan sebelumnya.Kodifikasi atau penyesuaian standar yang sudah ada, masih perlu disesuaikan dengan kondisi setempat. Kodifikasi terkait dalam penyusunan zonasi, terkait dengan substansi dasar Peraturan Zonasi, adalah untuk menyesuaikan standar pada kondisi lokal merujuk kode zonasi yang ada atau akan ditetapkan dalam Peta Zona.

Ketentuan penamaan kode zonasi adalah sebagai berikut:

 Setiap zonasi diberi kode yang mencerminkan fungsi zonasi yang dimaksud.

 Pengkodean zonasi dapat merujuk pada kode zonasi.

 Nama kode zonasi dapat disesuaikan dengan RTRW yang berlaku di daerah masing-masing

 Nama kode zonasi diupayakan bersifat universal seperti yang banyak digunakan di luar negeri

15. Pertimbangan penetapan kode zonasi di atas peta batas blok/subblok yang dibuat dapat didasarkan pada:

1. Kesamaan karakter blok peruntukan, berdasarkan pilihan:

a. Mempertahankan dominasi penggunaan lahan yang ada (eksisting) b. Menetapkan fungsi baru sesuai dengan arahan fungsi pada RTRW c. Menetapkan karakter khusus kawasan yang diinginkan

d. Menetapkan tipologi lingkungan/kawasan yang diinginkan, e. Menetapkan jenis pemanfaatan ruang/lahan tertentu,

f. Menetapkan batas ukuran tapak/persil maksimum/minimum,

g. Menetapkan batas intensitas bangunan/bangun-bangunan maksimum/minimum,

h. Mengembangkan jenis kegiatan tertentu,

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 39 dari 52

j. Menetapkan penggunaan dan batas intensitas sesuai dengan daya dukung prasarana (misalnya: jalan) yang tersedia

2. Kesesuaian dengan ketentuan khusus yang sudah ada (KKOP, pelabuhan,terminal, dll)

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 40 dari 52

Lampiran 2

Jawaban Tugas Teori II

b. Jawaban Singkat

1. Penyebab kendala yang ditemui dalam penetapan batas zona di lapanganadalah seringkali, karena peta yang digunakan tidak mendukung serta tidak jelasnya batas antar zona dalam rencana tata rung menimbulkan berbagai interpretasi yang tidak seragam terkait batas zona di lapangan.

2. Dengan menggunakan peta hasil studi lapangan, maka guna lahan baik didasarkan pada rencana tata ruang, dominasi penggunaan lahan maupun kemungkin penggunaan lahan pada masa mendatang dapat diidentifikasi. Selain itu, land use readjustment(penstrukturan kembali guna lahan) untuk penetapan guna lahan pada suatu zona dapat diketahui, sebelum menyusun kriteria penetapan batas blok dan membuat zona-zona dan penetapan jenis guna lahannya.

3. Yang dimaksud dengan Peta Zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok yang telah didelineasikan sebelumnya. Blok peruntukan/zona adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota). Subblok peruntukan adalah pembagian peruntukan dalam satu blok peruntukan berdasarkan perbedaan fungsi yang akan dikenakan. Nomor blok peruntukan adalah nomor yang diberikan pada setiap blok peruntukan.

4. Blok peruntukan/zona adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota). Subblok peruntukan adalah pembagian peruntukan dalam satu blok peruntukan berdasarkan perbedaan fungsi yang akan

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 41 dari 52

dikenakan. Nomor blok peruntukan adalah nomor yang diberikan pada setiap blok peruntukan.

5. Pertimbangan penetapan blokadalah berdasarkan kesamaan (homogenitas) karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik seperti jalan, gang, sungai,

branchgangatau batas kapling, orientasi bangunan dan lapis bangunan.

6. Deliniasi blok peruntukan/zona berarti membatasi blok peruntukan oleh batasan fisik yang nyata maupun yang belum nyata.

7. Faktor yang mempengaruhi penentuan batas suatu Blok Peruntukan a. Batasan fisik yang nyata dapat berupa:

 jaringan jalan,

 sungai,

 selokan,

 saluran irigasi,

 saluran udara tegangan (ekstra) tinggi,

 garis pantai, dll.

b. Batas blok peruntukan yang belum nyata dapat berupa:

 rencana jaringan jalan,

 rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan rencana sektoral lainnya.

8. Referensi geografis (georeference) adalah acuan/referensi yang digunakan sebagai upaya untuk menentukan keberadaan di ruang fisik, artinya, menentukan lokasi melalui proyeksi peta atau sistem koordinat.Istilah ini digunakan baik saat membangun hubungan antara raster atau gambar vektor dengan koordinat, dan ketika menentukan lokasi spasial fitur geografis lainnya. Contohnya, menentukan posisi yang tepat dari suatu foto udara dalam peta atau menemukan koordinat geografis nama tempat atau alamat jalan. Prosedur ini penting dalam pemodelan data di bidang sistem informasi geografis (GIS) dan metode kartografi lainnya, terlebih ketika data dari sumber yang berbeda perlu dikombinasikan dan kemudian digunakan dalam aplikasi GIS, menjadi penting untuk memiliki sistem referensi umum dengan tujuan menghubungkan dua atau lebih set data yang berbeda berdasarkan hubungan lokasi geografis yang sama. Selain itu, referensi geografis merupakan teknik untuk mempermudah pencarian atau penetapan lokasi berdasar lokasi geografis. Dalam hal ini penentuan referensi geografis tidak selalu

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 42 dari 52

menggunakan piranti lunak tertentu, tetapi dapat juga berupa pemberian nomor dengan acuan tertentu.

9. Tekniknotifikasi berdasarkan referensi geografis dasar yang digunakan dalam peta zonasiadalah untuk memberikan kemudahan referensi (georeference), maka blok peruntukan perlu diberi nomor blok.Untuk memudahkan penomoran blok dan mengintegrasikannya dengan daerah administrasi, maka nomor blok peruntukan dapat didasarkan pada kode pos (berdasarkan kelurahan/desa) diikuti dengan 3 digit nomor blok.Nomor blok dapat ditambahkan huruf bila blok tersebut dipecah menjadi beberapa subblok.

10. Contoh penomoran blok:

Blok 40132-001, ... Blok 40132-023; Blok 40132-024... , dst.

Nomor blok = [kode pos]-[3 digit angka].[huruf]

Nomor urut

Opsional untuk pemecahan blok

 Satu subblok dapat dipecah menjadi beberapa subblok. Subblok peruntukan diberi nomor blok dengan memberikan tambahan huruf (a, b, dan seterusnya) pada kode blok

 Untuk penomoran subblok dapat ditambahkan dengan huruf (opsional) Contoh:

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 43 dari 52

Lampiran 3

Jawaban Tugas Teori III

a. Jawaban Singkat

1. Aturan teknis zonasi adalah aturan pada suatu zonasi yang berisi ketentuan pemanfaatan ruang (kegiatan atau penggunaan laha, intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata massa bangunan, ketentuan prasarana minimum yang harus disediakan, aturan lain yang dianggap penting, dan aturan khusus untuk kegiatan tertentu.

2. Peraturan preskriptif adalah peraturan yang memberikan ketentuan-ketentuan yang dibuat sangat ketat, rinci dan terukur sehingga mudah dan jelas untuk diterapkan serta kecil kemungkinan terjadinya pelanggaran dalam pelaksanaannya.Contoh: luas minimum (m2), tinggi maksimum (m atau lantai), KDB maksimum (%), dll. Peraturan kinerja adalah peraturan yang menyediakan berbagai ukuran serta kriteria kinerja dalam memberikan panduannya.Ketentuan dalam peraturan kinerja tersebut tidak ketat, tetapi didasarkan pada kriteria/batasan tertentu sehingga perencana lebih bebas berkreasi dan berinovasi. Karena itu, hasil rancangannya akan lebih beragam.Contoh: kegiatan baru tidak boleh menurunkan rasio volume lalu-lintas dan kapasitas jalan (V/C ratio) di bawah D, kegiatan pada malam hari tidak boleh menimbulkan kebisingan di atas 60 dB.

3. Aturan teknis disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. aspek yang diperhatikan (issues of concern), berupa pokok perhatian atau kriteria yang menjadi dasar penyusunan aturan. Contoh perhatian dalam pengaturan adalah:

 fungsional: menjamin kinerja yang itnggi dari fungsi tersebut;

 kesehatan: menjamin tercapainya kualitas (standar minimum) kesehatan yang ditetapkan; dan

 pokok perhatian lainnya antara lain: keselamatan, keamanan, kenyamanan, keindahan, hubungan aspek tersebut dengan isu lainnya.

b. komponen yang diatur (scope of issues), berupa komponen yang diatur berdasarkan pokok perhatian yang terkait. Contoh komponen yang harus diatur adalah, KDB, KLB, kepadatan bangunan, jarak antar bangunan, dll. 4. Aturan Teknis Zonasi mencakup:

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 44 dari 52

1. Aturan Kegiatan dan Penggunaan Lahan 2. Aturan Intensitas Pemanfaatan Ruang 3. Aturan Tata Massa Bangunan

4. Aturan Prasarana Minimum 5. Aturan Lain/Tambahan 6. Aturan Khusus

5. Ketentuan yang dapat menjadi rujukan/acuan dalam penyusunan peraturan zonasi, terkait pemanfaatan bersyarat antara lain :

a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no.17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no.19 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Lingkungan Hidup di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota;

c. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan no.56 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.

6. Contoh aturan kawasan khusus meliputi:

 Aturan untuk Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)

 Aturan untuk kawasan cagar budaya

 Aturan untuk kawasan rawan bencana

7. Jenis-jenis instrumen pengendalian intensitas pemanfaatan ruang: dalam penyusunan dan kemudian menentapkan aturan pembangunan perpetakan, yang ditentukan adalah batasan minimum dan/atau maksimum nilai aturan intensitas bangunan untuk setiap zona spesifik meliputi paling sedikit KDB, KLB, KDH, dan KTB, luas minimum.

Aturan intensitas pemanfaatan ruang minimumterdiri dari:

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum

 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimum

 Koefisien dasar Hijau (KDH) minimum

Aturan yang dapat ditambahkan dalam intensitas pemanfaatan ruang antara lain:

 Koefisien Tapak Basemen (KTB) maksimum

 Koefisen Wilayah terbangun (KWT) maksimum

 Kepadatan bangunan atau unit maksimum

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 45 dari 52

8. Menilik aspek aspek fungsi, kesehatan dan keselamatan sebagai tujuan pengendalian, kepadatan bangunan ditetapkan berdasarkan pertimbangan (Stevens 1960):

1. Faktor kesehatan- ketersediaan air bersih; sanitasi dan sampah; cahaya; sinar matahari; aliran udara; ruang antarbangunan.

2. Faktor sosial - ruang terbuka privat; privasi; perlindungan, jarak tempuh terhadap fasilitas lingkungan

3. Faktor teknis- risiko kebakaran; keterbatasan lahan untuk bangunan/rumah; 4. Faktor Ekonomi - biaya lahan; jarak dari rumah ke tempat kerja dan ongkos

transportasi; ketersediaan dan ongkos penyediaan pelayanan dasar; ketersediaan dan ongkos tukang, material, dan peralatan.

9. Tata massa bangunan adalah bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu persil/tapak yang dikuasai. Pengaturan tata massa bangunan mencakup antara lain:

 garis sempadan bangunan (GSB) minimum;

 jarak bebas antarbangunan minimum;

 tinggi bangunan maksimum atau minimum;

 amplop bangunan;

 tampilan bangunan (opsional);

 dan aturan lain yang dianggap perlu, seperti jarak aman bangunan terhadap basement, bukaan langit/sky exposure

Dengan pertimbangan sebagai berikut:

o GSB minimum ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, risiko kebakaran, kesehatan, kenyamanan dan estetika.Secara sederhana, GSB minimum dapat ditetapkan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

 untuk ruang milik jalan (rumija) < 8m, GSB minimum = ½ rumija  untuk ruang milik jalan >= 8m, GSB minimum = ½ rumija + 1 m

o Tinggi bangunan ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, risiko kebakaran, teknologi, estetika, dan prasarana.

o Amplop bangunan (building envelope) ditetapkan dengan mempertimbangkan GSB, tinggi bangunan maksimum, dan bukaan langit (sky exposure).

o Tampilan bangunan ditetapkan dengan mempertimbangakan warna bangunan, bahan bangunan, tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, keindahan, dan keserasian dengan lingkungan sekitar.

10. Cakupan prasarana yang diatur dalam Peraturan Zonasi minimum adalah prasarana:

 parkir

 bongkar muat

dimensi jaringan jalan dan kelengkapannya (streetscape)

Judul Modul : Perumusan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi

Versi: 2012 Halaman: 46 dari 52

Lampiran 4

Jawaban Tugas Teori IV

a. Jawaban Singkat

1. Peraturan Zonasi mencakup aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan berdasarkan peraturan/ standar/ketentuan teknis yang berlaku. Dalam penyusunan Peraturan Zonasi, perumusan aturan-aturan teknis tersebut dapat disesuaikan dan mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) atau ketentuan – ketentuan lain yang bersifat lokal. Daftar standar-standar yang telah ada dan dapat digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan Peraturan Zonasi sangat beragam dan mencakup berbagai aspek.

Untuk menyusun standar teknis yang akan digunakan dalam wilayah kerja, perlu pendokumentasian jenis-jenis standar teknis yang ada untuk dapat

Dokumen terkait