• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

4. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan yang melibatkan dua pihak, yaitu pihak yang memiliki modal tetapi tidak memiliki kemampuan dalam berbisnis, dan pihak yang pandai dalam berbisnis tetapi tidak memiliki modal

yang cukup. Maka dengan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing pihak terciptalah hubungan kemitraan antara keduanya. 13 Oleh sebab itu, bisnis penanaman modal ini disyariatkan oleh Allah demi kepentingan kedua belah pihak.

Mudharabah sebagai instrumen keadilan mengimplikasikan beberapa hal

penting: pertama, kedua pihak yang menjalankan transaksi ekonomi selalu berangkat dari kebersamaan, suatu ketetapan diputuskan secara bersama-sama

dengan terlebih dahulu bermusyawarah untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling ridha satu sama lain. Kedua, sebagai dua pihak yang terlibat dalam kancah bisnis, shahibul maal dan mudharib, memiliki orientasi yang sama yaitu berupaya untuk mengembangkan modal yang ada dalam suatu bisnis yang menguntungkan

(laba) baik secara material maupun spiritual.14

Tujuan dari pembiayaan mudharabah adalah sebagai salah satu pembiayaan yang berfungsi sebagai penguatan modal kerja, dimana LKS menjadi sebuah

lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kepada pihak-pihak yang mengalami defisit untuk usaha produktif sebagai modal

13

Shaleh ash-Shawi dan Abdullah al-Muslih. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Penerjemah Abu Umar Basyir (Jakarta: Darul haq, 2004), h. 170.

14

kerja usaha, sehingga fungsi LKS ini akan menstimulasi tumbuh dan

berkembangnya usaha masyarakat, memberi peluang pada masyarakat miskin untuk mengakses sumber daya ekonomi, dan mampu menstimulasi usaha yang dilakukan masyarakat miskin.15

Adapun manfaat dari pembiayaan mudharabah adalah16

1) Shahibul maal akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat

keuntungan usaha mudharib meningkat.

2) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas

usaha mudharib sehingga tidak memberatkan mudharib.

3) Mudharib akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang

benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang

konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

4) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap. Dalam bank konvensional, bank akan menagih kredit yang diterima nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan

nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. 5. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah dalam Perbankan Syariah

Dalam aplikasinya di perbankan syariah, penyaluran dana dengan skema

mudharabah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

15

Ibid., h. 6. 16

a. Mudharabah mutlaqoh

Dalam mudharabah mutlaqoh, pengelola dana tidak diberi batasan mengenai bisnis yang akan dijalani dan daerah tempat usaha. Dalam pembahasan fiqh ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu).17 Jadi pengelola memiliki kebebasan yang penuh untuk menyalurkan dananya ke bisnis apapun selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun apabila ternyata pengelola dana lalai atau melakukan kecurangan sehingga menyebabkan kerugian maka

pengelola dana harus bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut.

b. Mudharabah Muqayyadah

Dalam jenis mudharabah ini, pemilik dana memberi batasan-batasan

kepada pengelola dana mengenai tata cara bisnis, tempat usaha maupun sektor usaha yang nantinya akan dijalankan. Nasabah terikat dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh bank syariah sehingga mudharabah muqayyadah ini dikenal sebagai investasi terikat.18

Dalam mudharabah muqayyadah, peran bank syariah hanya sebagai agen yang menghubungkan pemilik dana mudharabah muqayyadah yang telah menetapkan batasan tertentu dengan pelaksana usaha.19 Selanjutnya bank akan menginvestasikan dana shahibul maal tersebut ke dalam proyek tertentu yang

17

Ibid.,h. 97. 18

Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga perekonomian Umat (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), h. 73.

19

telah ditentukan oleh shahibul maal. Dari upaya memfasilitasi pemilik dana

dan pengelola dana mudharabah muqayyadah tersebut, bank memperoleh fee

sejumlah tertentu sebagaimana yang telah disepakati.

c. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola

dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Akad

mudharabah musytarakah ini merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan

usaha, pengelola dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan dalam

investasi, sedangkan di lain sisi, adanya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan investasi. 20

Pembagian bagi hasil usaha mudharabah antara pemilik dana dengan

pengelola dana dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing)/bagi laba (profit sharing). Dalam prinsip bagi hasil, dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset), sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba

bersih, yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan

mudharabah.21

B. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 105

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 105 tentang Akuntansi mudharabah, dijelaskan acuan akuntansi tentang pengukuran,

20

Ibid,.h. 123 21

pengakuan, penyajian dan pengungkapan transaksi mudharabah, bank sebagai

pemilik dana atau shahibul maal sebagai berikut:22 1. Pengakuan dan pengukuran

a. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai

investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset

non-kas kepada pengelola dana. (PSAK 105: Paragraf 12)

b. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

1) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan.

2) Investasi mudharabah dalam bentuk aset non-kas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas pada saat penyerahan:

a) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.

b) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka

selisihnya diakui sebagai kerugian. (PSAK 105: Paragraf 13)

c. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak

pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudaharabah.(PSAK 105: Paragraf 14)

22

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan. (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h.105.2-105.6

d. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa

adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. (PSAK 105: Paragraf 15)

e. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha

mudharabah diterima oleh pengelola dana. (PSAK 105: Paragraf 16)

f. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset non-kas dan aset

non-kas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang

dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka

kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105: Paragraf 17)

g. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:

1) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi

2) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan /atau yang telah ditentukan dalam akad; atau

3) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang. (PSAK 105: Paragraf 18)

h. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui

sebagai piutang. (PSAK 105: Paragraf 19)

i. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang

j. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah

berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:

1) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi;

dan

2) Pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau kerugian. (PSAK 105: Paragraf 21)

k. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui

berdasarkan laporan bagi hasil atas realitas penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. (PSAK 105: Paragraf 22)

l. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.(PSAK 105: Paragraf 23)

m. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang. (PSAK 105: Paragraf 24)

2. Penyajian

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan

sebesar nilai tercatat. (PSAK 105: Paragraf 36)

3. Pengungkapan

Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi

a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian

hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain. b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.

c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.

d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK no. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. (PSAK 105: Paragraf 38)

Ilustrasi jurnal23

a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan (PSAK 105 Paragraf 13 1b(1)):

Rekening Debet Kredit

Dr. Investasi mudharabah xxx

Cr. Kas xxx

b. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset non kas:

1) Jika nilai wajar aset mudharabah non kas sama dengan nilai

tercatatnya (PSAK 105 Paragraf 13 1b(2))

Rekening Debet Kredit

Dr. Investasi mudharabah xxx

Cr. Aset non kas mudharabah xxx

2) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka

selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi

23

sesuai jangka waktu akad mudharabah (PSAK 105 Paragraf 13 1b(2a))

Rekening Debet Kredit

Dr. Investasi mudharabah xxx

Cr. Keuntungan Tangguhan xxx

Cr. Aset Nonkas xxx

Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:

Rekening Debet Kredit

Dr. Keuntungan tangguhan xxx

Cr. Keuntungan xxx

3) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka

selisihnya diakui sebagai kerugian. (PSAK 105 Paragraf 13 1b(2b))

Rekening Debet Kredit

Dr. Investasi mudharabah xxx

Dr. Kerugian penurunan nilai xxx

Cr. Aset Nonkas mudharabah xxx

c. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. (PSAK 105: Paragraf 14 1c))

Rekening Debet Kredit

Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx

d. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang. (PSAK 105: Paragraf 19 1h))

Rekening Debet Kredit

Dr. Piutang investasi mudharabahjatuh tempo xxx

Cr. Investasi mudharabah xxx

e. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah

berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian

investasi.(PSAK 105: Paragraf 21 1j)

Rekening Debet Kredit

Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx

Cr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxx

Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah

setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian. (PSAK 105: Paragraf 21 1j (1) dan 1j(2)).

Rekening Debet Kredit

Dr. Kas/piutang/aset nonkas xxx

Dr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxx

Cr. Investasi Mudharabah xxx

Cr. Keuntungan xxx

ATAU:

Rekening Debet Kredit

Dr. Kas/piutang/aset nonkas xxx

Dr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxx

Dr. Kerugian xxx

f. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang. (PSAK 105: Paragraf 24 1m)

Rekening Debet Kredit

Dr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx

Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:

Rekening Debet Kredit

Dr. Kas xxx

Cr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx

C. Laporan Keuangan BMT

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.24

Sofyan S. Harahap mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu produk atau hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga

dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.25

Adapun tujuan laporan keuangan BMT adalah

1) Memberikan informasi bagi para pemakai laporan keuangan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan terhadap BMT. Informasi ini dibutuhkan baik

24

Pengertian laporan keuangan, diakses pada 20 Oktober 2010 dari www.wikipedia.com 25

pihak intern maupun ektern BMT. Diantara yang termasuk pihak intern BMT

adalah pengurus BMT, pengelola BMT dan anggota BMT sedangkan pihak extern adalah PINBUK, dinas koperasi kabupaten/kota, dinas koperasi propinsi, departemen koperasi, UMKM, pemerintahan desa, dan masyarakat.26 2) Sebagai pertanggungjawaban dari pihak manajemen BMT. Untuk itu, laporan

keuangan BMT harus dapat menggambarkan ketiga aktivitas yang dilakukan BMT, yang meliputi keuangan, sektor riil, dan sosial.27

Agar laporan keuangan BMT berguna bagi para pemakai laporan

keuangan maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 28 a. Dapat dipahami

Informasi keuangan yang ditampilkan dalam laporan keuangan harus jelas

sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, para pembaca laporan keuangan tersebut dapat mengambil keputusan yang relevan dari informasi yang didapatnya. b. Relevan

Data yang diolah serta informasi yang disajikan dalam laporan keuangan hanya yang ada kaitannya dengan transaksi yang bersangkutan. Data atau informasi yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan perusahaan tidak perlu

disajikan.

26

M.Amin Azis dan Rahmadi, Akuntansi BMT (Jakarta: Pinbuk Press, 2006), h. 1. 27

Hertanto widodo, dkk, Panduan praktis operasional Baitul Maal (Bandung: mizan, cet-2, 2000), h. 87.

28

c. Andal

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus memenuhi kualitas andal, yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau

jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

d. Dapat dibandingkan

Laporan keuangan yang disusun harus dapat dibandingkan dengan

periode-periode sebelumnya untuk mengikuti perkembangan (trend) posisi dan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Selain itu juga harus dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, dalam hal ini antar

BMT, untuk mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja secara relatif. Laporan keuangan BMT terdiri dari: 29

a. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan jumlah aktiva,

jumlah kewajiban dan jumlah modal perusahaan dalam suatu periode tertentu. Komponen-komponen yang ada dalam neraca BMT antara lain sebagai berikut:

1) Aktiva

a) Harta lancar

29

Semua kekayaan yang dapat dicairkan menjadi uang tunai dalam

waktu yang relatif singkat. Yang termasuk harta lancar BMT adalah: Kas, giro pada bank, penempatan dana BMT pada bank syariah maupun BMT, piutang yang terdiri atas: piutang murabahah, piutang salam, pembiayaan

mudharabah, pembiayaan musyarakah, pinjaman qardhul hasan,

penyisihan kerugian aktiva produktif, penyertaan modal pada bank syariah, BMT atau pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah.

b) Harta tetap

Semua harta yang digunakan dalam beberapa tahun seperti tanah, gedung, peralatan kantor, kendaraan dan lain sebagainya, nilai harta tetap

yang dicantumkan dalam sebuah neraca haruslah berdasarkan nilai perolehannya.

c) Harta lain-lain

Harta yang tidak dapat digolongkan dalam pos-pos sebelumnya tetapi

menghasilkan manfaat bagi perusahaan misalnya harta tetap yang telah dihentikan penggunaannya dan siap untuk dilepaskan, jaminan/agunan, biaya dibayar dimuka, hak patent, lisensi, surat-surat perizinan usaha

(biaya pra operasional) dan lain-lain. umumnya harta ini bermanfaat lebih dari satu tahun sehingga harus diamortisasikan sedangkan yang manfaatnya dibawah satu tahun dapat dikurangkan sekaligus sebagai

2) Kewajiban (hutang)

a) Kewajiban lancar

Adalah kewajiban BMT kepada pihak lain yang sifatnya wajib segera dibayarkan sesuai perintah pemberi amanat sesuai perjanjian yang

ditetapkan sebelumnya. b) Simpanan

i. Giro wadiah

Titipan anggota BMT maupun pihak lain yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro serta mendapatkan bonus sesuai kebijaksanaan BMT.

ii. Simpanan wadiah

Titipan anggota BMT maupun pihak lain yang penarikannya sesuai dengan syarat tertentu yang telah disepakati.

c) Investasi tidak terikat

Investasi tidak terikat merupakan mudharabah mutlaqah yaitu pemilik

dana (shahibul maal) memberi kebebasan kepada pengelola dana

(mudharib/BMT) dalam pengelolaan investasi. Investasi tidak terikat

terdiri dari simpanan mudharabah dan simpanan mudharabah berjangka.

d) Kewajiban jangka panjang (hutang pihak ketiga)

Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu periode akuntansi. Contohnya titipan dana jamsos, ZIS dan lainnya.

3) Modal

a) Simpanan pokok khusus

Simpanan para pendiri BMT yang minimal terdiri dari 20 anggota BMT, simpanan ini tidak bisa diambil maupun dialihkan ke pihak lain

kecuali ditetapkan dalam rapat anggota. b) Simpanan pokok

Sejumlah simpanan yang nilainya sama dan wajib dibayarkan oleh anggota kepada BMT pada saat masuk menjadi anggota BMT yang

besaran dan cara pembayarannya ditetapkan oleh rapat anggota. Simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota BMT.

c) Simpanan wajib

Sejumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar oleh anggota kepada BMT dalam waktu atau kesempatan tertentu sesuai keputusan rapat anggota. Simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama yang

bersangkutan menjadi anggota BMT. d) Tabarru’

Akad yang berkaitan dengan transaksi non profit. Akad ini berorientasi

pada kegiatan ta’awun atau tolong menolong dalam akad ini juga tidak dipersyaratkan adanya imbalan.

Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau laba

bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapatkan persetujuan rapat anggota BMT sesuai dengan dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar rumah tangga.

f) Laba ditahan

Saldo laba bersih yang oleh rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

g) Saldo laba (rugi)

Saldo dari akumulasi hasil usaha dari tahun-tahun lalu yang telah dikurangi untuk cadangan umum, laba di tahan dan koreksi laba (rugi) tahun lalu.

h) Laba (rugi) tahun berjalan

Laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Dalam hal pada tahun berjalan BMT mengalami kerugian, maka seluruh kerugian menjadi faktor pengurang dari modal.

Tabel 2.1 Neraca BMT Per 31 Desember 20xx AKTIVA Per 31/12/20xx KEWAJIBAN+MODAL Per 31/12/20 xx Harta Lancar: - Kas - Penempatan Dana - Piutang Mudharabah - Pembiayaan Mudharabah - Pembiayaan Musyarakah - Pinjaman Qardhul Hasan - Penyisihan Kerugian

Akt.Produktif - Penyertaan Modal

Jumlah Harta Lancar

Harta Tetap: - Tanah - Gedung - Kendaraan - Peralatan Kantor - Akumulasi Penyusustan

Jumlah harta tetap

Harta lain-lain:

- Biaya pra operasional - Akumulasi amortisasi - Biaya dibayar dimuka

Jumlah harta lain-lain

Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.(xxx) Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.(xxx) Rp.x.xxx Rp.x.xxx Hutang lancar: - Kewajiban segera - Simpanan: Giro wadi’ah Simpanan wadi’ah - Investasi tidak terikat: - Simpanan mudharabah - Simpanan mudharabah bjgk

Jumlah hutang lancar

Hutang jangka panjang:

- Hutang ke pihak ketiga - Titipan zis

- Titipan jamsos

Jumlah hutang jgkpanjang

Modal:

- Simpanan pokok khusus - Simpanan pokok - Simpanan wajib - Tabarru’

- Modal penyertaan - Cadangan umum - Saldo laba (rugi)

- Laba (rugi) tahun berjalan

Jumlah modal Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx

JUMLAH AKTIVA Rp.x.xxx JUMLAH

KEWAJIBAN+MODAL

Rp.x.xxx

Sumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 39

b. Laporan laba/rugi

Laporan laba/rugi disusun untuk melihat hasil operasi perusahaan dalam

atau kegagalan dalam upaya mencapai keuntungan yang ditargetkan. Laporan

laba rugi terdiri dari: 1) Pendapatan

Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode

akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan harta atau penurunan hutang yang mengakibatkan kenaikan modal yang tidak berasal dari setoran pendiri (pemilik). Pendapatan operasi BMT antara lain:

a) Pendapatan operasi utama yang terdiri dari: Pendapatan dari jual

beli (marjin) yaitu pendapatan marjin murabahah dan pendapatan bersih salam dan pendapatan bagi hasil, yaitu pembiayaan

mudharabah dan pembiayaan musyarakah

b) Pendapatan sewa (ijarah)

c) Pendapatan operasi utama lainnya, yang terdiri dari pendapatan bonus wadi’ah dan penerimaan non halal

d) Pendapatan bagi hasil BMT sebagi mudharib

e) Pendapatan operasi lainnya

Pendapatan jasa BMT berbasis imbalan terdiri dari: fee al hawalah

(perpindahan), fee wakalah (mewakilkan), fee al kafalah

(pengalihan tanggung jawab), Fee ar rahn (gadai), Fee pinjaman

qardhul hasan dan pendapatan dari administrasi pembiayaan

f) Pendapatan di luar operasi yang terdiri dari: keuntungan pelepasan

2) Biaya

Biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pengeluaran atau berkurangnya harta atau bertambahnya hutang yang mengakibatkan penurunan modal termasuk

pembagian kepada pemilik modal (pendiri). Biaya operasional dalam BMT antara lain:

a) Biaya bonus simpanan dan giro berdasarkan prinsip wadi’ah b) Biaya bagi hasil simpanan dan simpanan berjangka mudharabah

c) Rugi investasi tidak terikat (simpanan masyarakat) akibat kelalaian BMT sebagai mudharib.

d) Biaya operasional lainnya

e) Biaya diluar operasi f) Zakat

g) Pajak

Adapun bentuk format dari Laporan laba/rugi terlihat seperti berikut ini:

Tabel 2.2

Laporan Laba/Rugi BMT Per 31 Desember 20xx

Pendapatan Operasi Utama: Pendapatan Dari Jual Beli: - Murabahah

- Salam

Pendapatan Dari Bagi Hasil:

- Pembiayaan Mudharabah - Pembiayaan Musyarakah Per 31/12/20xx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx

Pendapatan Sewa

Pendapatan Operasi Utama Lainnya

Pendapatan Di Luar Operasi:

Keuntungan Pelepasan Aktiva Tetap Pendapatan Hibah Pendapatan Lain-Lain Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Jumlah Pendapatan Rp. xx.xxx

Biaya Operasi Utama:

Biaya Bonus

- Giro Wadi’ah - Simpanan Wadi’ah

Dokumen terkait