• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asas, Tujuan, dan Fungsi Bank Syariah

Undang-Undang Perbankan Syariah Tahun 2008 dijelaskan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian49.

Sedangkan tujuan didirikannya bank syariah yaitu untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi sehingga tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebar dan menjaga kestabilan ekonomi/moneter serta menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan, khususnya bank serta

47 Pasal 1 Ayat 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syrai‟ah.

48 Pasal 1 Ayat 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syrai‟ah.

49 Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syrai‟ah.

gulangi kemandirian lembaga keuangan dari pengaruh gejolak moneter baik dalam negeri maupun luar negeri50.

Adapun fungsi bank syariah yaitu bank syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat, serta menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf sesuai dengan kehen-dak pemberi wakaf51.

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah atau bias disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keungan/perbankan yang operasional dan produk-nya dikembangkan berlandaskan pada Alquran dan Hadits Nabi SAW.

Bank syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank syariah. Bank syariah lahir di Indonesia pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada Peratur90-an Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992, direvisi dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil.52

Berbicara tentang peranan sesuatu, tidak dapat dipisahkan dengan fungsi dan kedudukan sesuatu itu. Diantara lembaga keungan yang beroperasi dengan sistem bagi hasil saat ini adalah Bank Syari‟ah, Baitul Mal wa Tamwil dan Pegadaian Syari‟ah. Hadirnya lemabaga keungan ini diharapkan mampu menjangkau masyarakat paling bawah, untuk mengenal dan meman-faatkan jasa bank (lembaga keuangan).

50 Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syrai‟ah.

51 Pasal 4 Ayat 1-4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syrai‟ah.

52 Setelah itu diundangkannya UU No.21 Th 2008 sebagai dasar uokum Operasional Bank Syariah di Indonesia.

Pinjaman dana kepada masyarakat disebut juga pembiayaan.

Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank syariah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank syariah dari masyarakat yang surplus dana.

Orientasi pembiayaan yang diberikan bank syariah adalah untuk mengembangkan dan atau meningkatkan pendapatan nasabah dan bank syariah. Sasaran pembiayaan ini adalah semua sector ekonomi untuk usaha seperti pertanian, industri rumah tangga, perdagangan dan jasa.

Ada berbagai jenis pembiayaan yang dikembangkan oleh bank syariah, yang sementara ini baru mengembangkan pembiayaan berakad:

a. Akad syirkah (penyertaan dan bagi hasil);

b. Akad tijarah (jual beli);

c. Akad ijarah (sewa menyewa).53

Kata bank dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari banco dalam bahasa Italia, yang berarti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya.54 Dalam al-Qur‟an, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat, sadaqah, ghanimah (rampasan perang), bai‟ (jual beli), dayn (utang dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi.55

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keungan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya.

53 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Pricing di Bank Syariah (Yogyakarta: UII Press. 2004) hlm. 1, 4, dan 15-16.

54 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alvabet.

2002), hlm. 2.

55 Ibid. hlm. 3.

Kegiatan dan usaha bank akan selalu berkait dengan komoditas antara lain:56

a. Pemindahan uang;

b. Menerima dan membayaran kembali uang dalam rekening Koran;

c. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat-surat berharga lainnya;

d. Membeli dan menjual surat berharga;

e. Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang;

f. Memberi kredit; dan g. Memberi jaminan kredit.57

Dalam rangka meningkatkan peran bank syariah agar dapat lebih berperan dalam perekonomian nasional dan sekaligus mening-katkan pelayanan perbankan kepada masyarakat, berbagai langkah kebijakan telah ditempuh selama ini, baik oleh Pemerintah maupun Bank Indonesia. Dalam masa lebih kurang dari satu setengah tahun terakhir upaya-upaya itu semakin ditingkatkan lagi, baik melalui penyempurnaan perundang-undangan sebagai dasar hukum yang lebih kokoh dan tegas dalam mewujudkan industry perbankan yang sehat yang efisien, melalui berbagai ketentuan pelaksanaan yang berkaitan dengan perbankan syariah, maupun melalui upaya promosi dan lain sebagainya. Dengan berbagai upaya ini, peluang bagi pengembangan bank syariah di Indonesia akan menjadi lebih baik.58 3. Prospek Industri Perbankan Syariah

Prospek perkembangan industry perbankan syariah nasional ke depan antara lain akan dipengaruhi oleh perkembangan permintaan masyarakat dan penyediaan jasa perbankan syariah oleh perbankan dan atau investor serta faktor-faktor yang mempengaruhi kedua sisi supply dan demand tersebut, seperti upaya public education yang dilakukan oleh berbagai pihak. Penyempurnaan relugasi dan dukung-an pemerintah ddukung-an otoritas perbdukung-ankdukung-an dalam mendorong perkem-bangan kantor bank syariah.

56 Tim Redaksi, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru. 1994), hlm. 194.

57 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta: Penerbit Ekonisia. 2008), hlm. 5, 10-11, 27, 79-81, dan 103.

58 Sambutan pada Peresmian PT Bank Syariah Mandiri di Jakarta tanggal 18 November 1999.

Dari sisi demand secara statis dapat dilihat seberapa besar kelompok masyarakat yang menginginkan keberadaan dan kesediaan menggunakan jasa perbankan syariah, dan secara dinamis demand tersebut akan terus bertambah dengan meningkatnya pemahaman masyarakat, berkembangnya jaringan kantor dan membaiknya kinerja keuangan dan profesionalisme perbankan syariah.59

Dokumen terkait