B. TujuanPenelitian 1.Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Jika protokol slug irritation test pada sediaan lotion repelan minyak
peppermint dengan metode classification and regression trees (CART) menunjukkan hasil yang valid, maka metode ini dapat digunakaan untuk mengetahui sifat iritatif suatu senyawa dalam sediaan topikal.
6 BAB II
A. PENELAAHAN PUSTAKA
1. Iritasi
Iritasi merupakan suatu kondisi pada kulit terjadi akibat kontak dalam jangka panjang dengan bahan kimia tertentu. Dalam waktu tertentu, kulit akan mengering, nyeri, perdarahan, dan pecah-pecah (WHO, 2005).
Iritasi ditunjukkan dengan gejala seperti panas karena adanya dilatasi pembuluh darah pada daerah yang kemerahan (eritema). Dapat juga terjadi udema karena perbesaran plasma yang membeku pada daerah yang terluka, dan dipercepat dengan adanya jaringan fibrosa yang menutupi daerah yang mengalami udema dan kemerahan (WHO, 2005).
2. Kulit
Kulit merupakan bagian terbesar tubuh yaitu mencapai 10% bobot individu dengan luas permukaan hingga 1,5-1,75 m2 (Walters and Roberts, 2002). Kulit bersifat elastik yang menjadi pelindung jaringan yang berada di bawahnya. Sifat protektif ini dapat menghindarkan tubuh dari zat-zat asing sepeti bakteri yang dapat membahayakan tubuh (Nugroho, 2013). Anatomi kulit dibagi menjadi empat lapisan jaringan yaitu stratum korneum, epidermis, dermis, dan subkutan. Struktur kulit ditunjukkan Gambar 1 (Walters and Roberts, 2002).
Stratum korneum berperan pada tahap penembusan sehingga dapat menentukan senyawa aktif pada sel target. Ketebalan stratum korneum dapat
dirangsang oleh paparan ulang senyawa kimia atau fisika. Respon ini melindungi epidermis dari ransangan luar (Mitsui 1997; Alache dan Herman, 1993).
Gambar 1. Struktur kulit (Dharmojono, 2002) 3. Lotion
Lotion merupakan sediaan cair (liquid) yang digunakan untuk penggunaan topikal pada kulit. Kebanyakan lotion terdiri dari serbuk yang larut dalam medium pendispersi. Lotion digunakan pada kulit sebagai pelindung kulit atau digunakan sampai efek terapetik tertentu (Ansel, 1989).
Lotion berfungsi untuk menyejukkan kulit karena menguapnya cairan (Ansel, 1989). Lotion merupakan emulsi cair, yang ditujukan untuk pemakaian luar. Lotion memiliki efek lubrikasi dan diaplikasikan terhadap area kulit yang mudah untuk mengalami gesekan, misal antara jari –jari (Allen, 2002).
Lotion memberikan efek lembab bagi kulit. Lotion lebih tipis dibandingkan dengan krim wajah, sehingga lotion lebih mudah tersebar dengan
luas area tubuh yang besar. Penggunaannya praktis dan mudah tersabsorpsi (Farrer, 2006).
4. Repelan
Repelan merupakan substansi yang digunakan untuk melindungi manusia, hewan, dan tanaman dari serangga dengan cara memberikan bau menyengat yang tidak enak dan tidak disenangi oleh serangga. Secara umum, repelan dibuat dalam bentuk emulsi, larutan, ataupun semisolid. Lamanya waktu perlindungan yang dapat diberikan adalah 30 menit sampai 2 jam, bahkan lebih. Repelan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu tidak mengganggu pemakainya, tidak menimbulkan iritasi, tidak lengket, dan mempunyai daya pengusir terhadap serangga (Remington, 1980).
Repelan sebagai salah satu pestisida rumah tangga yang digunakan untuk melindungi tubuh dari gigitan nyamuk. Orang lebih mengenal dengan
lotion anti nyamuk. Produk repelan tidak hanya berbentuk lotion tetapi juga berbentuk semprot (spray), sehingga cara pemakaiannya dengan dioleskan atau disemprotkan ke kulit (BPOM, 2009).
5. Minyak Peppermint
Minyak peppermint merupakan minyak esensial yang mengandung mentol, limonen, dan metana. Minyak peppermint merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang berasal dari Mentha piperita (famili Lamiaceae) dan dikenal dengan Pfefferminzblätter, Katzenkraut (Jerman), Metha poivree (Perancis). Senyawa tersebut memiliki sifat mudah menguap dan berbau menyengat, sehingga sering kali digunakan sebagai repelan (Alankar, 2009).
Minyak peppermint memiliki nama botani Mentha X piperita L. Bagian yang sering digunakan adalah daun dan minyak hasil penyulingannya. Minyak
peppermint tidak disarankan digunakan pada area wajah, kulit bayi, dan kulit anak kecil, khususnya di bagian hidung (Kuhn, and Winston, 2008). Minyak
peppermint dapat mengiritasi dalam kadar >4% dalam suatu formulasi. Namun pada orang yang sensitif kadar 0,1% pun sudah mampu mengiritasi (Balchin, 2006).
6. Sodium Lauryl Sulfate
Sodium Lauryl Sulfate (SLS) merupakan jenis surfaktan anionik. Surfaktan anionik sering digunakan sebagai cleanser dalam sabun. Surfaktan anionik mengadsopsi struktur lemak untuk meningkatkan permeabilitas lapisan bilayer. Sodium Lauryl Sulfate biasanya digunakan dalam range konsentrasi 0,01-2% (Leyden and Rawling, 2002). Sodium Lauryl Sulfate e dapat menyebabkan kemerahan pada kulit (skin erythema). Semakin besar konsentrasi SLS semakin tinggi tingkat kemerahan pada kulit. Konsentrasi maksimal SLS1% dalam sediaan (Rieger and Rhein, 1997).
7. Arbutin
Arbutin atau hidrokuinon-β-D-glukopiranosida (Gambar 3) tidak larut dalam eter, kloroform, dan karbon disulfida. Arbutin mudah mengalami hidrolisis oleh pengaruh asam encer atau enzim emulsin menjadi satu molekul glukosa dan satu molekul hidrokuinon (Sumardjo, 2009).
Gambar 2. Struktur Arbutin (Sumardjo, 2009)
Arbutin digunakan untuk pemutih kulit dan juga sebagai antioksidan. Arbutin memiliki efek pemutih yang kuat. Pemutihan oleh arbutin disebabkan oleh inibisi enzym tirosinase, yang merupakan enzim utama biosintesis melanin (Council of Europe, 2008). Arbutin aman digunakan dengan kadar maksimal 7%, sehingga digunakan sebagai kontrol negatif dalam penelitian kali ini (Brinkmann and Lindenmaier, 2004).
8. Asam Salisilat
Asam salisilat banyak digunakan dalam bahan kosmetik, khususnya sebagai bahan utama perawatan kulit. Asam salisilat mempunyai efek samping mengiritasi mukosa yang disebabkan oleh asetilasi gugus hidroksi (OH) (Leyden and Rawling, 2002).
Asam salisilat adalah asam 2-hidroksibenzen, yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur asam salisilat (Leyden and Rawling, 2002) Asam salisilat banyak digunaan dalam produk kosmetik (kecantikan) dan dermatologis. Dosis aman penggunaan asam salisilat secara topikal yang digunakan terus menerus adalah 2-3%. Dosis asam salisilat dapat diberikan hingga 50% untuk peeling (Leyden and Rawling, 2002). Pada beberapa negara, asam salisilat dapat digunakan untuk obat jerawat dan perawatan kulit tetapi tidak digunakan dalam waktu yang lama, tidak digunakan untuk bagian tubuh yang besar, dan tidak diperbolehkan penggunaan untuk anak di bawah 3 tahun dikarenakan dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Asean, 2003)
9. Gliserin
Gliserin banyak digunakan sebagai humektan dan emollient. Gliserin yang biasanya digunakan didalam formula adalah 20-30% w/w (William, and
Wilkins, 2006). Gliserin dapat larut dalam air dan alkohol, sedikit larut dalam aseton, dan sukar larut dalam kloroform dan eter. Gliserin dalam range 20-25% digunakan untuk mozturiezer pada kulit kering. Gliserin sampai dengan konsentrasi 25% aman digunakan dan dalam batas toleransi kulit (Paye, dkk, 2006). Gliserin yang digunakan sebagai emollient dan humektan kadar yang aman digunakan sampai dengan 65,7% (Smonlinske, 1992).
10. Triethanolamine (TEA)
Trietanolamin adalah campuran dari trietanolamina, dietanolamina, dan monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamina N(C2H4OH)3. trietanolamin berbentuk cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopis. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol (Rowe, et all, 2009). Trietanolamin dengan kadar 5-10% tidak dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Dikshith, 2011).
11. Laevicaulis alte
Kalsifikasi dari siput telanjang :
Regnum : animalia Phylum : mollusca Classis : gastropoda Ordo : systellommatophora Familia : veronicellidae Genus : laevicaulis
Species : Laevicaulis alte Férussac, 1822 (Brodie and Barker, 2012).
Gambar 4. Laevicaulis alte (Brodie and Barker, 2012)
Siput tanpa cangkang berwarna hitam dengan nama latin Laevicaulis alte. Bentuk siput telanjang ditunjukkan Gambar 5. Siput ini memiliki mantel yang menutupi seluruh punggung sampai kepala, memiliki sepasang mata yang berada dekat tentakel anterior. Mata dan tentakel dapat dilihat saat hewan dalam keadaan aktif. Mantel siput berwarna coklat tua sampai kehitaman dengan garis pucat yang membujur di tengah punggung (Ramakrishna, Jayashankar, Alexander, Thanuja, and Deepak, 2014).
Siput ini hidup di darat, dapat ditemukan di sampah, dedaunan, dan di bawah kayu, hidup di dataran rendah sampai tinggi, dan padang rumput dengan kelembaban yang tinggi. Siput ini merupakan hewan hermaprodit dan dapat berubah jenis kelamin semasa hidupnya. Panjang tubuhnya berkisar antara 0,5 – 4 cm. Populasi siput ini mencapai angka maksimum pada musim hujan yaitu mencapai 20 siput/m2 (Brodie and Barker, 2012).
12. Slug Iritation Test
Slug mucosal iritation test dapat digunakan untuk skrining sebuah riset tentang sediaan baru ataupun sediaan yang pernah ada untuk evaluasi toleransi lokal tanpa menggunakan hewan vertebrata. Uji SMI dapat digunakan
sebagai ganti Uji Draize. Uji SMI telah tervalidasi untuk skrining potensi iritan pada mata (Adriaens, 2006).
Kerusakan jaringan dapat diprediksi dengan adanya pelepasan protein dan enzim dari tubuh siput. Produksi protein, enzim, dan laktat dehidrogenase (LDH) dan alkalin fosfatase (ALP) digunakan sebagai parameter yang paling sesuai dengan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh bahan uji. Saat terjadi kerusakan sel, enzim laktat dehidrogenase dilepaskan terlebih dahulu, dan enzim alkalin fosfatase dihasilkan setelah enzim laktat dehidrogenase karena alkalin fosfatase tidak terdapat dalam lapisan sel tetapi terdapat di jaringan penyambung bagian dasar (Adriaens, cit., Dhondt, 2005).
13. Validasi Alternatif Tes
Validasi metode alternatif didefinisikan sebagai proses di mana reliabilitas dan relevansi dari sebuah metode alternatif terjamin untuk tujuan penelitian (Balls, 1990).
Hubungan dari metode yang digunakan dievaluasi dengan beberapa metode statistik. Indeks, sensitifitas, dan spesifisitas dihitung. Indeks merupakan jumlah bahan yang diklasifikasikan benar dengan uji alternatif dibagi dengan total bahan uji. Sensitivitas adalah jumlah total bahan iritan yang diklasifikasikan secara benar dengan uji alternatif dibagi dengan jumlah total bahan iritan yang diuji. Spesifisitas adalah jumlah total bahan yang tidak mengiritasi yang telah diklasifikasikan secara benar dengan uji alternatif dibagi dengan jumlah total bahan yang tidak mengiritasi yang diuji. Metode
valid jika nilai sensitivitas dan spesifisitas >60% (Fentem et al., cit., Dhondt, 2005).
14. Classification and Regression Test (CART)
Classification and Regression Test (CART) merupakan metose statistik yang menggambarkan hubungan antara variabel respon (dependen) dengan variabel prediktor (bisa satu atau lebih). Apabila variabel respon berbentuk kontinu, maka metode yang digunakan adalah metode regresi pohon (regression trees). Apabila variabel respon memiliki skala kategorik, maka metode yang digunakan adalah metode klasifikasi pohon (classificaion trees). Tahap klasifikasi pohon terbagi menjadi 3, yang pertama adalah pemilihan pemilah. Pemilahan bergantung pada nilai yang berasal dari satu variabel independen. Tahap kedua yaitu penentuan simpul terminal. Simpul T dijadikan simpul terminal jika tidak ada penurunan keheterogenan yang berarti pada pemilahan, hanya ada satu pengamatan (n=1) pada tiap simpul anak atau ada batasan minimum n dan adanya batasan jumlah level kedalaman pohon maksimal. Tahap ketiga yaitu penandaan label tiap simpul terminal berdasar aturan jumlah anggota kelas terbanyak (Hartati, 2012).