• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Pendidikan Islam KH. Abdul Wahid Hasyim

Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan cara pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan di capai setelah anak didik di beri sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.5 Tujuan kahir ini bersifat mutlak, tidak mengalammi perubahan dan berlaku umum, karena dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut di

rumuskan dalam satu istilah yang di sebut “insan kamil” (manusia paripurna). Dalam tujuan pendidikan islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan perannya sebagai makhluk ciptaan Allah

4

Tim Buku Tempo, Seri Tempo : Wahid Hasyim (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia,

2016), h.120 5

Swt. Sementara itu tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiataan pendidikan tertentu. Namun demikian agar tujuan-tujuan di maksud agar lebih di pahami, berikut akan di uraikan tujuan-tujuan pendidikan Islam dalam perspekif para ulama muslim.

1. Menurut Wahid Hasyim tujuan pendidikan adalah untuk menggiatkan santri yang berakhlakul karimah, takwa kepada Allah dan memiliki ketrampilan untuk hidup. Artinya dengan ilmu yang di miliki ia mampu hidup layak di tengah masyarakat, mandiri dan tidak jadi beban bagi orang lain. Santri yang tidak mempunyai ketrampilan hidup ia akan menghadapi berbagai problematika yang akan mempersempit perjalanan hidup nya. Dengan demikian dapat di pahami bahwa tujuan pendidikan Wahid Hasyim bersifat Teosentris (ketuhanan) sekaligus Antroposentris (kemanusiaan). Artinya bahwa pendidikan harus memenuhi antara kebutuhan dunia dan ukhrowi. Serta moralitas dan akhlak. Titik tekan nya adalah pada kemampuan kognisi (iman), afeksi (ilmu), juga psikomotor (amal, akhlak yang mulia).6 Menurut Shofiyullah Mz, bahwa tujuan pemikiran dari Wahid Hasyim lebih bercorak subtantif dan inklusif, dan lebih indah lagi jika corak pemikiran tersebut dapat di warisi oleh generasi bangsa sekarang. Dengan demikian dapat di pahami tujuan pendidikan menurut Wahid Hasyim harus memenuhi kebutuhan akhirat (ukhrowi) dan duniawi. Serta moral dan akhlak.

6

Shofiyullah, Revitalisasi Humanisme Religius dan Kebangsaan KH. Abdul Wahid Hasyim,

2. Menurut H.M. Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukan kepada futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang yang tidak dapat di capai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu. Meskipun banyak pendapat tentang pengertian tujuan, akan tetapi pada umum nya pengertian berpusat pada maksud tertentu yang dapat dicapai melalui pelaksanaan atau perbuatan. 3. Menurut Hasan Langgulung beliau menjelaskan bahwa tujuan pendidikan

harus dikaitkan dengan tujuan hidup manusia atau lebih tegas nya, tujuan pendidikan adalah untuk menjawab persoalan-persoalan “untuk apa kita hidup”?

Islam telah memberi jawaban yang tegas dalam hal ini seperti Firman Allah dalam Q.S Adz-Dzariat : 56 sebagai berikut:

ِنوُدُب ْعَيِل َّلَِّإ َسْو ِ ْلْا َو َّه ِجْلا ُتْقَل َخ اَم َو

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan suapaya

mereka mengabdi kepada-Ku.

Adapun pendidikan Islam sangat menekankan sifat keteladanan pemimpin. Nabi memperingatkan bahwa seburuk-buruk pemimpin adalah perusak. Tidak ada kesayangan yang lebih di sukai Allah dari pada kesayangan dan lemah lembut seorang pemimpin. Dan tidak kejahilan yang di benci Allah selain dari kejahilan dan kebodohan seorang pemimpin. Dengan demikian, mendidik manusia agar menjadi pengabdi Allah yang setia, sebagai tujuan yang ingin di capai oleh pendidikan Islam sangat cepat.

4. Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan dari pendidikan adalah penguasaan diri, sebab disinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi). Penguasan diri merupakan langkah yang dituju untuk tercapai nya pendidikan yang memanusiakan manusia. Ki Hajar Dewantara juga mengatakan bahwa pendidikan sebagai alat perjuangan untuk mengangkat harkat, martabat dan kemajuan Manusia secara universal, sehingga mereka dapat berdiri kokoh sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju dengan tetap perpijak kepada identitas diri nya sebagai bangsa yang memiliki peradaban dan kebudayaan yang berbeda dengan bangsa lain.7

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan harus berkaitan dengan tujuan hidup manusia yang akan dicapai dengan usaha melalui proses tertentu. Tujuan pendidikan harus bersifat teosentris (Ketuhanan) sekaligus antroposentris (kemanusiaan). Artinya bahwa pendidikan harus memenuhi antara kebutuhan dunia dan ukhrowi. Serta moralitas dan akhlak. Yang membedakan tujuan pendidikan Wahid Hasyim dengan tokoh lain nya yaitu Wahid Hasyim sangat menekankan kepada murid nya untuk memiliki keterampilan hidup, agar mereka bisa bersaing dan hidup layak di tengah-tengah masyarkat. Dengan keterampilan yang dimiliki maka mereka akan hidup mandiri dan tidak ketergantungan kepada orang lain.

7

Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta, PT Raja

Selanjut nya, tujuan Wahid Hasyim membangun lembaga Islam yaitu demi kemajuan Bangsa yang tidak dibatasi tujuan nya pada kemajuan Islam. Hal itu terlihat dari proses pendidikan lembaga Islam tersebut yang terbuka terhadap pelajar dan guru dari berbagai macam golongan karena menurut nya hal itu juga demi kemajuan pendidikan. Kemudian, keluaran atau lulusan Perguruan Tinggi Islam itu juga harus mendarmabaktikan ilmu bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa nya karena itu juga merupakan tugas mulia dari ajaran agama Islam. Dalam Firman Allah SWT surat At-Taubah 122, sebagai berikut:

يِف اىُهَّقَفَتَيِل ٌةَفِئاَط ْمُهْى ِم ٍةَق ْسِف ِّلُك ْهِم َسَفَو َلَّ ْىَلَف ۚ ًةَّفاَك او ُسِفْىَيِل َنىُى ِم ْؤُمْلا َناَك اَم َو َنو ُزَر ْحَي ْمُهَّلَعَل ْمِهْيَلِإ اىُع َج َز اَذِإ ْمُهَم ْىَق او ُزِرْىُيِل َو ِهيِّدلا

Artinya :”Dan tidak sepatut nya orang-orang mukmin itu semua nya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaum nya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga diri nya.”8

D. Prinsip Pendidikan KH. Abdul Wahid Hasyim

Di dalam artikel “Abdullah Ubaid sebagai Pendidik” Wahid Hasyim

menunjukan bahwa dirinya adalah seorang pendidik yang humanis. Pendekatan kemerdekaan dan kebebasan bagi yang di didik tidak lagi di tempatkan sebagai objek, tetapi sabjek, guru dan murid juga sama-sama belajar. Artikel ini di mulai

8

Departemen Agama RI, Al-Kahfi Mushaf Al-Qur’an (Bandung : CV Penerbit Diponegoro),

dengan bagai mana Wahid Hasyim menerima tamu bernama Abdullah Ubaid bersama dua anak nya. Dalam pertemuan ini terjadilah cerita pendidikan sederhana, tetapi bermakna tinggi ketika sang tuan rumah menyediakan minuman teh dan sang tamu, terutama anak nya, hendak meminum nya.

Ketika itu sang anak kecil meminta di beri minuman teh, bapak nya

kemudian berkata kepada anak nya, “Itu air teh nya sudah tersedia, minumlah”. Si

anak lalu berkata bahwa air nya masih panas. Sang bapak menjawab tuangkan lah ke piring cangkir. Si anak menyatakan ia takut nanti jika air teh nya tumpah.

Maka, si bapak menjawab “Tumpah pun tidak apa-apa, toh yang tuan rumah tidak akan marah, bukan kah begitu saudara (kepada Wahid Hasyim dan

keluarganya)?” sang tuan rumah menjawab, “Tidak jadi apa.” Setelah itu, sang

anak kemudian menuangkan air teh nya ke piring dan menunggu beberapa saat,

setelah agak dingin, maka ia berkata, “Bapak tolonglah minumkan air teh ini

kepada saya.” Sang bapak menjawab, “Minumlah sendiri, engkau sudah pintar meminum, jangan takut akan tumpah.” Si anak menjawab, “Kalau tumpah nanti

pakaian akan jadi kotor, jika kotor nanti akan di ganti yang bersih (dan si anak memang membawa pakaian ganti).” Akan tetapi, nyata nya air teh yang di minum

si anak tidak tumpah.

Dari cerita di atas dapat di ambil intisari yang penting, dapat dijadikan prinsip-prinsip dalam pendidikan yaitu:

1. Percaya kepada diri sendiri atau prinsip kemandirian 2. Kesabaran

3. Pendidikan adalah proses, bukan serta merta 4. Keberanian

5. Prinsip tanggung jawab dan menjalankan tugas.

Wahid Hasyim menjelaskan bahwa pengetahuan itu harus bebas dari batasan atau kungkungan keagamaan yang sempit, apalagi kungkungan politik. Menurut pemahaman nya, Islam mengajarkan agar manusia itu belajar dari kecil hingga liang lahat dan belajar sampai ke negeri Cina. Ajaran itu membuktikan bahwa Islam tidak membatasi seseorang hanya belajar agama, tetapi juga pengetahuan lain nya, namun bukan berarti meninggalkan sama sekali pelajaran agama. Sebab, pendidikan agama menjadi dasar bagi pendidikan umum.

Hal tersebut diatas seperti kaidah pendidikan Rasulullah SAW. yang paling simpel. Ia membolehkan saemua golongan Manusia terlibat di dalam nya, walau dimanapun mereka berada dan pada waktu kapan saja. Artinya Rasulullah tidak membatasi pendidikan nya pada batas waktu atau batas umur atau tempat tertentu. Lihat sabda Baginda :

ِدْحَّللا ىلِإ ِدْهَملا َهِم َمْلِعلا اىُبُلْطُا

“Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahat.”

هيِّصلِاب ْىَلَو َمْلِعلا اىُبُلْطا

“Tuntutlah ilmu walau sampai ke Negeri Cina.”

Kedua hadits tersebut merupakan kaidah tentang prinsip pendidikan sepanjang hayat dan prinsip pendidikan global dan terbuka. Prinsip pendidikan sepanjang hayat adalah prinsip yang menekankan agar setiap orang terus belajar

dan meningkat kan dirinya sepanjang hayat. Hal tersebut di lakukan karena beberapa alasan. Pertama, setiap ilmu yang di pelajari suatu saat akan hilang atau lupa dari ingatan, karena tidak pernah di pelajari lagi. Dengan keadaan demikian, ia akan mengalami kesulitan ketika dalam pekerjaan yang akan di lakukan, ilmu tersebut sangat di butuhkan. Kedua, bahwa ilmu pengetahuan setiap saat mengalami perkembangan, pembaruan, bahkan pergantian, mengingat data yang di gunakan ilmu pengetahuan tersebut sudah berubah. Sehingga jika kita tidak terus menerus belajar, akan ketinggalan dari perkembangan, dan ilmu pengetahuan yang di miliki tidak ada gunanya di sebabkan sudah tidak relevan.

Sedangkan prinsip pendidikan berwawasan global dan terbuka, yaitu pendidikan yang menekan kan pada kepentingan seluruh umat manusia di dunia dan juga menggunakan standar yang berlaku di seluruh dunia. Pendidikan Islam bukan lah pendidikan yang bersifat eksklusif melainkan pendidikan yang inklusif. Untuk itulah berdiri nya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri tersebut sebagai wadah penyeimbang dan peningkat proses belajar mengajar, baik pengetahuan umum dan pengetahuan agama, agar berjalan sinergis demi kemajuan bersama.

Dokumen terkait