• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.6 Pendidikan Lingkungan Hidup

2.6.4 Tujuan Pendidikan Lingkungan

Berdasarkan sejarah perkembangan pendidikan lingkungan dan perdebatan-perdebatan yang dilakukan, maka di tetapkanlah tujuan pendidikan lingkungan. Penetapan ini didasarkan pada kurikulum nasional untuk sekolah di Inggris. Adapun tujuan utama atau goal dari pendidikan lingkungan pada pertemuan di Tbilisi yang mana merupakan tulisan akhir yang direfleksikan dan diidentifikasi pada pertemuan di Belgrade, Yakni untuk:63

1. Mendorong kesadaran dan keprihatinan tentang masalah ekonomi, sosial, politik dan ekologi yang saling berkaitan di perkotaan dan daerah pedesaan.

2. Menyediakan kesempatan bagi setiap orang untuk memperoleh pengetahuan, values atau nilai, sikap dan komitmen dan kemampuan yang dibutuhkan untuk memproteksi dan meningkatkan lingkungan hidup.

3. Menciptakan pola perilaku yang baru bagi setiap individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan, bagi lingkungan (UNESCO 1977).

Pada perkembangan selanjutnya pandangan tentang tujuan utama dari National Association for Environmental Education (UK) 1976 yang kemudian direvisi pada tahun 1982, pada 1992 menyusun target pembelajaran atau performa objektif untuk semua sekolah, umur, dan kelompok. sebagai contohnya;64 Tujuan dalam pendidikan lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah usia (5-12) menekankan pada;

63 Ibid., 11. 64 Ibid., 12-13.

50

a. Wilayah atau lokasi: Berkaitan dengan konteks dasar pada lingkungan lokal dan konteks pengalaman di tingkat nasional.

b. Atmosfer dan kosmos: Hal ini berkaitan dengan gambaran terkait iklim pada lingkungan lokal dan mengapresikan manfaatnya bagi produksi makanan. Artinya mengakui peran atmosfer di dalam kehidupan bagi tanaman, dan hewan serta dapat mengidentifikasi keadaan iklim dan pola vegetasi di dunia.

c. Bentangan alam, tanah dan mineral: Artinya dapat mengetahui bahwa tanah sangatlah dinamis; (1) proses pembentukannya, (2) Dihuni oleh makluk hidup dan mendukung pertumbuhan tanaman, (3) dapat terkikis atau menjadi subur. Sehingga dapat diidentifikasi tipe-tipe yang berbeda dari tanah, dan melihat interaksi antara tanah dan mahkluk hidup. Selain itu dapat memahami bahwa mineral itu sumber daya yang terbatas. Karena itu, dapat menjadi poin penting pada sebuah peta pemahaman secara umum dalam pengaturan dari landforms atau bentangan alam di Britain dan dunia.

d. Tumbuhan dan hewan: Pertama-tama pentingnya mengetahui melalui pengalaman variasi dari tumbuhan dan hewan di lingkungan sekitar. Mengakui dan memahami hubungan saling ketergantungan antara tanah, atmosfersebagai produsen, sedangkan tumbuhan, hewan dan manusia sebagai konsumen. Mengetahui maksud dari rantai makanan di mana penekanannya terletak pada pentingnya makanan dan jenisnya bagi manusia.

e. Air: Mengetahui pentingnya air bagi kehidupan sebagai sumber daya alami, mengetahui siklus air serta sadar terhadap pencemeran air.

f. Manusia: Mengakui perbedaan dan kesamaan di antara manusia. Memahami bagaimana manusia tinggal dan menggunakan lingkungan secara berbeda. Mengetahui tentang

51

berkurangnya penduduk di desa, sebagai fenomena dunia. Sadar terhadap pertumbuhan pendudukan dan hal ini berhubungan dengan kualitas hidup.

g. Organisasi sosial: Belajar tentang tanggung jawab individu dan kelompok terhadap lingkungan. Menggunakan pengalaman dengan lingkungan hidup untuk mendisiplinkan diri. Mengakui para agen yang bekerja pada masalah-masalah lingkungan, dan mengakui korporasi international yang dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah lingkungan.

h. Ekonomi: Berkaitan dengan makanan, pakaian dan tempat tinggal yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berasal dari sumber-sumber yang bervariasi. Mengakui sumber-sumber organisasi seperti, pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, manufaktur, pelayanan publik, transportasi dan komunikasi.

i. Athetics, etika, literacy, dan numeracy: Menggunakan pengalaman di lingkungan untuk memperoleh kemampuan/skills. Membangun basis kosa kata dari istilah lingkungan. Menggunakan seni visual dan musik untuk menggambarkan dan mengintepretasikan variasi lingkungan. Mengembangkan sebuah apresiasi dari faktor seni dan desain di dalam membangun lingkungan.

j. Membangun lingkungan: Mengakui perbedaan pembangunan dan daerah fungsional di area lokal seperti (perumahan, tempat perbelanjaan, tempat kerja, tempat rekreasi) dan mengetahui tempat pelayanan utama seperti (kantor polisi, pemadam kebakaran, rumah sakit, dan lain-lain).

52

k. Energi: Mengakui perwujudan dari energi di dalam variasi bentuk yang dikontrol oleh manusia. Menyadari energi itu datang dari matahari. Mengetahui asal dari bahan bakar yang bersumber pada fosil (NAEE, 1976).65

Dengan demikian pokok-pokok pikiran yang disebutkan ini berlaku juga dalam konteks pendidikan lingkungan baik secara formal pada level menengah maupun level atas. Karena dalam perkembangannya terdapat beberapa penekanan pada pemahaman terhadap pengetahuan pendidikan lingkungan, pengembangan kemampuan atau skill, mengkomunikasikan pengetahuan tentang lingkungan yang mencakup masalah-masalahnya, dan pendekatakan-pendekatan yang dilakukan untuk mengatur sikap dan partisipasi sebagai kelompok pembuat keputusan maupun sebagai bagian personal dari respon pembuatan keputusan bagi lingkungan.66 Lebih lanjut, secara ringkas oleh Palmer, dipetakanlah trend kunci dalam pendidikan lingkungan sebagai berikut.67

1960an Nature Study

Pada tahun ini, perkembangan studi alam mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan, dan physical system yang mendukungnya. Ini merupakan bidang pekerjaan dari para ahli dengan berfokus pada biologi-geografi, dan lain-lain.

1970an berpusat pada studi lapangan atau outdoor/adventure education

Perkembangan pada tahun ini mengalami peningkatan di mana lingkungan alami digunakan sebagai pengalaman pertama dalam pembelajaran. Studi ini berpusat pada studi lapangan. Perkembangan lingkungan/pendidikan pada bidang ini berpusat di luar ruangan di

65 Ibid., 13. 66 Ibid., 18. 67 Ibid., 23.

53

mana sebagai pusat untuk mengembangkan kesadaran melalui aktivitas praktek dan investigasi. Selain itu, ada juga pendidikan konservasi, di mana mengajarkan tentang isu-isu terkait konservasi, dan studi-studi pedesaan. Studi ini merupakan studi tentang membangun lingkungan/streetwork.

1980an Pendidikan secara Global

Pada tahap ini, terjadi pengembangan sebuah isu lingkungan yang lebih luas, yakni pengembangan pendidikan lingkungan yang memiliki sebuah dimensi politik dan Value education atau nilai pendidikannya. Hal ini bertujuan untuk mengklarifikasi nilai-nilai dari pengalaman individu yang terkait dengan lingkungan. Selain itu pada tahun-tahun ini juga fokusnya terletak pada action research atau penyelesaian masalah/problem-solving. Murid-murid dibimbing untuk memecahkan masalah dan melibatkannya di bidang kerja yang terkait dengan lingkungan.

1990an Pemberdayaan atau Empowerment

Pada perkembangan ini, fokusnya terletak pada komunikasi, yakni membangun kapasitas, pemecahan masalah dan tindakan ditujukan kepada resolusi dari masalah-masalah lingkungan sosial atau socio-environment. Selain itu, ada juga pendidikan yang dikembangkan untuk suatu pembangunan masa depan. Penekanannya terletak pada partisipasi dalam bertindak. Hal ini relevan atau berguna untuk merubah perilaku-perilaku dan menyelesaikan masalah-masalah ekologis.

54

Pada tahap ini, anak-anak, pelajar, pengajar, NGos, dan politikus-bekerja bersama-sama untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah sosio-ekologis.

Secara langsung dalam pembahasannya, Palmer berbicara dalam sejarah pendidikan lingkungan dalam konteks United Kingdom, yang mana di dalamnya ia mengutarakan juga keseluruhan sejarah perkembangannya termasuk aspek spiritual dalam pengembangan pendidikan lingkungan. Namun demikian Palmer tidak terlalu berfokus pada aspek spiritualnya karena aspek ini dibahas dengan menggunakan kata aesthetic (yang lebih menekankan pada pengalaman di alam sebagai pengalaman spiritual setiap orang dalam menikmati keindahan alam yang kemudian dipusatkan pada keyakinan iman setiap orang berdasarkan kepercayaannya).68 Kemudian, hal ini juga dibahas dalam konteks pendidikan yang terkait dengan kurikulum dan prakteknya yang melibatkan keseluruhan dimensi, baik politik, sosial, ekonomi, dan berbagai ilmu lainnya yang terkait dengan lingkungan di tingkat lokal, perkotaan, negara dan global secara sistematis.

Hal ini dipahami dan diklaim sebagai keprihatinan bersama dalam berbagai struktur yang ada dan berbasis pada pengalaman individu dengan lingkungannya, kelompok, dan sebagai respons tanggung jawab bersama dalam organisasi dan di dunia dalam proses bagaimana manusia dapat berinteraksi dengan lingkungan. Selain itu, harus diakui juga bahwa keberadaan lingkungan hidup sebagai penunjang kehidupan dalam pengalaman dapat merubah sikap dan perilaku mereka terhadap lingkungan serta berupaya menjaga dan merawatnya lewat pendidikan lingkungan yang memadai baik secara formal maupun informal dan berkelanjutan baik dari masa lalu, saat ini dan di masa depan.

55

2.7 Kesimpulan

Berdasarkan seluruh penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa untuk menggumuli dan mengkaji pendidikan lingkungan hidup dalam kehidupan bergereja perlu untuk melihat kembali teologi sosial yang ada dalam gereja. Berdasarkan teologi sosial tersebut gereja akan menolong gereja untuk lebih memahami fungsinya sebagai salah satu lembaga sosial yang berperan penting juga untuk menggumuli masalah-masalah sosial yang ada, termasuk di dalamnya masalah lingkungan hidup. Ketika sudah menyadari fungsi sosialnya, maka gereja juga perlu memikirkan etika lingkungan sebagai salah satu dasar penting dalam menentukan sikap dan tindakan terhadap lingkungan hidup disamping memikirkan dasar penting lainnya yakni dasar teologi lingkungan hidup. Dengan demikian, maka gereja pun akan dapat melaksanakan tanggung jawab sebagai bentuk kepeduliannya terhadap lingkungan melalui sarana yang baik dan efektif yakni pendidikan lingkungan. Melalui pendidikan lingkungan gereja akan semakin ditopang dalam hal-hal praktis yang dapat dilakukan dalam mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Dokumen terkait