• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Politik Luar Neger

PEMIKIRAN POLITIK LUAR NEGERI MOHAMMAD HATTA

A. Pemikiran Politik Luar Negeri Mohammad Hatta 1 Politik Bebas dan Aktif

2. Tujuan Politik Luar Neger

aktif mengandung dua unsur utama. Pertama, kata bebas dalam arti yang luas mengandaikan politik luar negeri yang bebas, yaitu menunjukan tingkat dan nasionalisme yang tinggi, yang menolak keterlibatan atau ketergantungan terhadap pihak luar negeri yang dapat mengurangi kedaulatan Indonesia. Kedua, kata aktif menunjukan bahwa politik luar negeri Indonesia tidaklah pasif dan hanya mengambil sikap netral dalam menghadapi permasalahan sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945.50

Yang dimaksud dengan "bebas aktif" adalah politik luar negeri yang pada hakikatnya bukan merupakan politik netral, melainkan politik luar negeri yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional dan tidak mengikatkan diri secara a priori pada satu kekuatan dunia serta secara aktif memberikan sumbangan, baik dalam bentuk pemikiran maupun partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa dan permasalahan dunia lainnya, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Yang dimaksud dengan diabdikan untuk "kepentingan nasional" adalah politik luar negeri yang dilakukan guna mendukung terwujudnya tujuan nasional sebagaimana tersebut di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.51

2. Tujuan Politik Luar Negeri

50

Dewi Fortuna Anwar, “Hatta dan Politik Luar Negeri”. Dalam Rickard Bagun, ed., Seratus Tahun Bung Hatta (Jakarta: Kompas, 2002), h. 230.

51

Lihat Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 1999, Tentang Hubungan Luar Negeri Dalam Bab I Pasal 3.

Untuk melaksanakan cita-cita internasional, Indonesia perlu kerja sama dan mengadakan hubungan yang baik dengan bangsa-bangsa lain. Kita ingin dan mau memandang Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pusat untuk memperkuat pertalian internasional dan mengikrarkan persaudaraan antara bangsa. Semuanya ini harus diketahui dahulu, supaya mengerti tujuan politik luar negeri Indonesia. Pokok-pokok daripada tujuan itu adalah:

1. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.

2. memperoleh dari luar negeri barang-barang yang diperlukan untuk memperbesar kamakmuran rakyat, apabila barang-barang itu sampai sekarang tidak atau belum dapat dihasilkan. Misalnya: a. Barang-barang kapital untuk rehabilitasi mana yang rusak

dan tandas.

b. Barang-barang kapital untuk pembangunan dan industrialisasi serta mekanisasi sebagian dari pada pertanian rakyat.

c. Barang-barang keperluan hidup rakyat sehari-hari: barang konsumsi sebagai pakaian serta keperluan rumah tangga lainnya, obat-obatan dan makanan, dan beras.

3. Perdamaian internasional, karena hanya dalam damai Indonesia dapat membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk memperbesar kemakmuran rakyatnya.

4. Persaudaraan segala bangsa sebagian pelaksanaan daripada cita- cita yang tersimpul dalam Pancasila, yang menjadi dasar filsafat negara Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia menjalankan yang pokok- pokoknya dapat dituliskan sebagai berikut:

1) Politik damai.

2) Bersahabat dengan segala bangsa atas dasar harga-menghargai, dengan tidak mencampuri soal struktur dan corak pemerintah negerinya masing-masing. Khususnya mengadakan hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga, yang kebanyakan mengalami nasib yang sama dengan Indonesia di masa lalu.

3) Memperkuat sendi-sendi hukum internasional dan organisasi internasional untuk menjamin perdamaian yang kekal.

4) Berusaha mempermudah jalannya pertukaran dan pembayaran internasional.

5) Membantu pelaksanaan keadilan sosial internasional, dengan berpedoman kepada Piagam PBB52. Khususnya Pasal-pasal 1,2 dan 55.

52

Seperti yang disebutkan pada Pasal 1 Piagamnya, tujuan-tujuan PBB adalah : 1. Mempertahankan perdamaian dan keamanan dunia, dan untuk tujuan itu: mengambil langkah-langkah bersama yang efektif buat mencegah dan mengenyahkan ancaman-ancaman kepada perdamaian dan penekanan tindakan-tindakan agresi atau pelanggaran-pelanggaran perdamaian lainnya, dan melaksanakannya dengan cara-cara damai, dan dalam kesesuaian dengan prinsip-prinsip keadilan hukum Internasional, penyesuaian atau penyelesaian pertikaian-pertikaian dunia atau keadaan-keadaan yang bisa membawa pada pelanggaran perdamaian.

2. Mengembangkan hubungan-hubungan bersahabat diantara bangsa-bangsa berdasarkan penghargaan terhadap prinsip persamaan hak dan penentuan nasib sendiri

6) Berusaha dalam lingkungan PBB mencapai kemerdekaan bangsa- bangsa yang sampai sekarang negerinya masih jajahan, karena dengan tidak adanya kemerdekaan tak akan tercapai persaudaraan dan perdamaian internasional.53

Dalam mengemukakan tujuan tersebut Beliau mengakui kelemahan Indonesia, akan tetapi juga menyadari bahwa Indonesia tidak sendiri. Negara-negara tetangga juga mempunyai tujuan yang sama. Justru PBB didasarkan atas tujuan-tujuan yang demikian, dan sesungguhnya hanya sedikit orang yang tidak akan menyetujuinya. Oleh karena tujuan persaudaraan dan kerjasama Internasional yang mulia ini adalah universal di dunia, maka besar kemungkinan ia akan berhasil. Tugas para ahli Negara, kaum diplomat dan kaum politisi adalah mencari jalan untuk mencapai tujuan itu.

Mohammad Hatta mencoba memberikan satu ikhtisar tentang tujuan politik luar negeri Indonesia, tujuan yang kesimpulannya mencari perdamaian untuk menjamin kemerdekaan Negara Indonesia. Ia adalah satu politik yang bukan saja sesuai dengan harapan dan keinginan bangsa dan pemimpin-pemimpinnya, akan tetapi juga sesuai dengan berbagai factor obyektif yang akhirnya menentukan politik suatu bangsa. Ia adalah politik bansa-bangsa, dan untuk mengambil langkah-langkah yang berkesesuaianlainnya untuk memperteguh perdamaian.

3. Mencapai kerja sama Internasional dalam pemecahan masalah-masalah ekonomi, sosial , budaya, atau watak kemanusiaan, dan dalam meningkatkan dan mendorong penghargaan kepada hak-hak asasi manusia dan untuk kemerdekaan mendasar bagi semua tanpa perbedaan ras, seks, bahasa , atau agama.

4. Menjadi pusat penyelarasan tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan bersama.

53

luar negeri yang demokratis yang dirangkakan dan diterima oleh badan legislatif dan administratif. Menurut pandangannya politik itu adalah politik luar negeri yang memperkuat harapan-harapan umat manusia untuk perdamaian dan keamanan.

Sebagai suatu bangsa yang baru merdeka dari penjajahan, Indonesia sangat cinta akan kemerdekaannya. Semboyan-semboyan seperti “kemerdekaan”, “perikemanusiaan”, “keadilan sosial”, “persaudaraan segala bangsa”, dan “perdamaian yang kekal”, yang memberi semangat kepada pergerakan kebangsaan kita dahulu, masih hidup sebagai cita-cita yang harus dilaksanakan oleh Republik Indonesia. Sebab itu bangsa kita mempunyai cita-cita yang tinggi tentang pergaulan internasional dan mempunyai keyakinan bahwa cita-cita itu dikemudian hari akan menjadi bukti. Semuanya itu berpengaruh atas tujuan politik luar negeri Indonesia dan atas jalan yang akan ditempuh untuk mencapainya.

Mungkin beberapa bagian dari tujuan itu tampak sebagai utopia jika ditinjau dari jurusan real-politic, merupakan hal-hal yang terletak di luar garis real dan practical policy. Akan tetapi, siapa yang sungguh-sungguh mau memperhatikan ajaran sejarah, ia akan sadar bahwa banyak hal-hal yang dahulu dipandang utopia atau mustahil akan terjadi, sekarang telah menjadi realitas. Siapakah yang mau percaya 15 tahun yang lalu, bahwa India, Burma, Sri langka , Pakistan dan Indonesia mungkin merdeka dan berdaulat? Adakah orang yang dapat mengira di waktu itu, bahwa Indonesia diterima menjadi anggota PBB dengan bantuan Belanda sendiri? Banyak

pula cita-cita Indonesia yang disebut tabu oleh ahli-ahli ekonomi klasik dan dianggap impian sosialis belaka, sekarang menjadi pokok pikiran di negeri yang bersifat kapitalis untuk mencapai industrial peace. Perhatikanlah misalnya perkembangan pendapat tentang apa yang disebut dengan social security, jaminan sosial. Pengaruh cita-cita itu didapati pula di dalam Piagam PBB dan pada usaha ILO di Geneva. Cita-cita tentang “dasar hidup yang lebih baik, bekerja penuh, dan syarat-syarat daripada kemajuan ekonomi dan sosial dan perkembangan kemakmuran” tercantum dalam Pasal 55 Piagam PBB. Diharapkan, pula didalam pasal itu, supaya cita-cita ini diberi stimulans sungguh-sungguh oleh pemerintah dan tidak lagi diserahkan, seperti paham dahulu, kepada free play of economic forces

(percaturan sesuka-sukanya dari tenaga-tenaga ekonomi dalam masyarakat).54

Karena itu, apa yang dituju oleh Republik Indonesia dengan politik luar negerinya bukanlah idealisme belaka yang mendekati utopia. Di sebelah masalah yang up to date yang sekarang juga mempunyai kepentingan actual, ada cita-cita yang lain yang kiranya dapat dilaksanakan di masa dating, sekalipun pada masa yang berlain-lain jaraknya. Sebab itu politik luar negeri yang dijalankan oleh Republik Indonesia mempunyai dua aspek, yaitu politik jangka pendek dan politik jangka panjang.55 Politik jangka pendek mengenai hal-hal yang mempunyai kepentingan aktual, yang penyelenggaraannya harus tercapai di waktu sekarang juga dan masa depan

54

Karya Lengkap Bung Hatta, Buku 3, h. 466. 55

yang dekat. Hal-hal ini bias mengenai kepentingan Indonesia sendiri atau masalah dunia internasional, yang dapat menimbulkan ketegangan dalam perhubungan internasional. Politik jangka panjang mengenai masalah- masalah yang pelaksanaannya baru dapat diharapkan sesudah beberapa masa. Tetapi sungguh pun pelaksanaannya masih jauh di depan, apabila telah terdapat perubahan pada semangat, mentalitas dan moralitas internasional, dari sekarang juga cita-cita itu sudah harus dikemukakan dan ditegaskan supaya menjadi perhatian manusia dan penganjur-penganjur Negara yang bertanggung jawab. Dan karena itu politik jangka panjang itu rapat sekali hubungannya dengan politik jangka pendek.

Dokumen terkait