• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum Atas Sertifikat Tanah

Jenis sertifikat kepemilikan hak atas tanah yang dapat dimohon di kantor pertanahan ditentukan oleh subyek hak atas tanah dan tujuan penggunaan obyek hak atas tanah sepanjang dibolehkan undang-undang, sehingga dapat dimiliki dengan sesuatu hak atas tanah sesuai ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria, sebagai berikut:

a. Hak milik; b. Hak guna usaha; c. Hak guna bangunan; d. Hak pakai.

Selain sertifikat kepemilikan hak atas tanah di atas, ada juga sertifikat kepemilikan hak atas tanah yang diterbitkan kantor pertanahan dan tidak diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria, yaitu sertifikat hak milik tanah wakaf, hak milik satuan rumah susun, dan hak pengelolaan.

Bermacam jenis sertifikat kepemilikan hak atas tanah yang diatur di dalam Pasal 16 tersebut telah sejalan dengan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria menyatakan. “Atas dasar hak menguasai negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan macam-macam hak atas tanah permukaan bumi yang

disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum”.

Selanjutnya, tentang sertifikat sebagai tanda bukti pemilikan hak atas tanah yang diterbitkan oleh kantor pertanahan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria, yakni sertifikat hak milik, sertifikat hak guna bangunan, sertifikat hak guna usaha, dan sertifikat hak pakai.

1. Sertifikat Hak Milik

Sertifikat hak milik merupakan surat tanda bukti hak atas manfaat lahan tanahnya secara turun-temurun, terkuat dan terpenuh.92 Khusus terhadap hak milik atas tanah ditentukan lain, yaitu adanya unsur turunan, terkuat dan terpenuh dibandingkan hak lainnya, namun harus diartikan senafas dengan fungsi sosial tanah, selain itu juga dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain serta dijadikan jaminan hutang melalui pembebanan hak tanggungan.93

“Menurut ketentuan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 bahwa hak milik dapat dipunyai oleh setiap warga negara Indonesia tanpa menyebutkan perbedaan suku atau etnis, ketentuan selanjutnya sebagai berikut”:94

a. Sertifikat hak milik hanya dapat diperoleh oleh Warga Negara Indonesia dan oleh badan hukum yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah.95

92

Lihat Juga Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria. 93

Wawancara dengan Jokiaman Limbong, Kepala Seksi Perencanaan dan Keuangan Kantor Pertanahan Kota Medan, tanggal 15 April 2009.

94

Op.Cit, halaman 23-24. 95

b. Warga Negara Indonesia dapat memperoleh sertifikat hak atas tanah berdasarkan; penegasan hak/pengakuan hak/pemberian hak/penggabungan hak/peningkatan hak/perpanjangan hak/pemecahan hak/pemisahan hak/ pemindahan hak atau peralihan hak.96

c. Warga Negara Asing dapat memperoleh sertifikat hak milik berdasarkan; peralihan hak karena warisan tanpa wasiat dan harta bersama dalam perkawinan, dengan catatan bahwa Ia harus melepaskan haknya dalam jangka waktu satu tahun sejak ia memperoleh hak.97

d. Badan Hukum dapat memperoleh sertifikat hak milik sebagaimana ketentuan Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 serta Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1960, berdasarkan penetapan pemerintah, antara lain sebagai berikut.

1) Bank-bank milik negara: BI BIN, BTN, BNI, BUN, BDN, BRI, BPI. 2) Badan keagamaan dan sosial, yakni:

a) Gereja Roma Katolik di Indonesia (Kep. DDA dan Trans. Nomor l/ DDAT/Agr/1967);

b) Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (SK. Mendagri Nomor 22/DDD/1969);

c) Gereja Pentakosta di Indonesia (SK. Mendagri Nomor 3/DDA/1972); d) Persyarikatan Muhammadiyah di Indonesia (SK. No. 14/DDA/1972).

96

Lihat Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria. 97

Khusus terhadap badan keagamaan dan badan sosial yang ditetapkan pemerintah dapat diberikan sertifikat hak milik dalam jangka waktu sepanjang tanahnya masih dipergunakan sesuai tugas pokok dan fungsinya serta diakui dan dilindungi.98

2. Sertifikat Hak Guna Usaha

“Sertifikat hak guna usaha merupakan surat tanda bukti hak atas tanah bagi pemegangnya guna mengusahakan tanah di sektor pertanian, peternakan, atau perikanan atas tanah yang dikuasai langsung oleh negara.”99

“Sertifikat hak guna usaha hanya dapat diberikan atas tanah yang dikuasai langsung oleh negara, misalnya melalui pelepasan hak atas tanah, bangunan, dan tanaman di atasnya kepada negara sesuai peraturan perundang-undangan”.100

“Secara umum hak guna usaha dapat diberikan kepada subyek hak dengan luas paling sedikit 5 hektar dalam jangka waktu 25 tahun dan perpanjangan 25 tahun, dapat beralih dan dialihkan Kepada pihak lain atau dijadikan jaminan utang melalui pembebanan hak tanggungan”.101

Orang perorangan hanya dapat mempunyai hak guna usaha maksimum 25 hektar, sedangkan luas maksimum untuk badan hukum masing-masing ditetapkan oleh Menteri, sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. Badan hukum asing hanya dapat mempunyai hak guna usaha melalui penanaman modal asing bersifat patungan didirikan menurut hukum Indonesia

98

Lihat Pasal 49 Undang-Undang Pokok Agraria. 99

S. Chandra, Op.Cit, Halaman 24, Lihat Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria. 100

Lihat Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. 101

Pasal 28, Pasal 29 dan Pasal 30 ayat (1) UUPA Jo, Pasal 2, Pasal 8, Pasal 15 dan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.

berkedudukan di Indonesia sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1992.

Sesuai dengan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, sebelum berakhir jangka waktu hak guna usaha dapat diperpanjang dan jika telah berakhir hanya dapat diajukan permohonan baru, sepanjang pemegang hak masih memenuhi syarat dan tanahnya masih diusahakan secara layak, dengan catatan bahwa harus sesuai dengan perkembangan rencana penggunaan dan peruntukan tanah bersangkutan pada saat itu. Hak guna usaha yang tidak lagi diusahakan pemegangnya maka dalam jangka waktu satu tahun harus melepaskan atau mengalihkan haknya kepada negara atau pihak lain, dengan sanksi bahwa haknya hapus demi hukum, sedangkan bangunan, tanaman dan benda-benda di atasnya dapat dibongkar sendiri ataupun diganti rugi oleh negara, nilainya diputuskan oleh Presiden, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30 ayat (2) UUPA Jo Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.

3. Sertifikat Hak Guna Bangunan

Sertifikat hak guna bangunan merupakan surat tanda bukti hak atas tanah bagi pemegangnya guna membangun dan menggunakan bangunan yang berdiri di atas tanah kepunyaan pihak lain guna tempat tinggal atau tempat usaha.102 Hak guna bangunan diberikan dengan luas tidak melebihi batas maksimum atau ceiling jangka waktu paling lama 30 tahun dan perpanjangan 20 tahun, dapat beralih dan dialihkan

102

Hasil Wawancara dengan Jokiaman Limbong, Kepala Seksi Urusan Perencanaan dan Keuangan Kantor Pertanahan Kota Medan, Tanggal 15 April 2009.

kepada pihak lain serta dijadikan jaminan utang melalui pembebanan hak tanggungan.103

Hak guna bangunan dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang digunakan untuk tempat tinggal, atau tempat usaha sepanjang tidak mengganggu fungsi sosial tanah, sebagaimana diatur dalam Pasal 31 dan Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. Hak guna bangunan dapat diberikan atas tanah hak milik atau hak pengelolaan atau tanah negara, dengan ketentuan apabila hak guna bangunan hapus maka hak atas tanahnya kembali kepada penguasa asalnya. Sebelum jangka waktunya berakhir hak guna bangunan dapat diperpanjang dan ketika haknya telah berakhir hanya dapat diperbaharui sepanjang pemegang hak masih memenuhi syarat, tanahnya masih diusahakan secara layak dan harus disesuaikan dengan perkembangan rencana penggunaan, serta peruntukan tanah bersangkutan pada saat itu.

Pengalihan pemilikan hak atas tanah hak guna bangunan yang berdiri atas hak pengelolaan harus mendapat izin atau persetujuan tertulis dan penguasa hak pengelolaannya.104

4. Sertifikat Hak Pakai

“Sertifikat hak pakai merupakan surat tanda bukti pemilikan hak atas tanah untuk memungut hasil atas tanah yang bukan kepunyaan pemegangnya. Sertifikat hak

103

Pasal 35 s/d Pasal 39 UUPA Jo, Pasal 19, Pasal 25, Pasal 33, dan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah.

104

pakai dapat diperoleh atas tanah hak milik, tanah hak pengelolaan atau tanah negara”.105

“Sertifikat hak pakai dapat dipunyai oleh warga negara Indonesia, warga negara asing yang bekerja dan bertempat tinggal di Indonesia, badan hukum Indonesia, badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia, departemen, lembaga non departemen pemerintahan pusat dan daerah, perwakilan negara asing, perwakilan organisasi internasional, badan keagamaan dan badan sosial”.106

Khusus terhadap pemilikan rumah tempat tinggal warga negara asing di Indonesia, lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996; Permenag/Ka. BPN Nomor 7 dan Nomor 8 Tahun 1996; Surat Edaran Menag/Ka. BPN Nomor 110-2871 tanggal 8 Oktober 1996; Surat Edaran Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 124/UM/0101/MJ 12/97 tanggal 11 Desember 1997.

“Jangka waktu hak pakai diberikan kepada badan hukum publik seperti departemen, lembaga pemerintahan Indonesia di pusat dan daerah, perwakilan negara asing, perwakilan badan internasional, badan keagamaan, dan badan sosial yaitu selama masih dipergunakan bagi keperluan tugas pokok dan fungsinya”.107

Hak pakai atas tanah hak pengelolaan diberikan jangka waktu paling lama 25 tahun dan dapat diperpanjang selama 20 tahun atau diperbaharui atas persetujuan

105

Hasil Wawancara dengan Jokiaman Limbong, Kepala Seksi Urusan Perencanaan dan Keuangan Kantor Pertanahan Kota Medan, Tanggal 15 April 2009.

106

Pasal 42 UUPA Jo, Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. 107

pemegang hak pengelolaannya sebagaimana diatur dalam Pasal 42 sampai dengan Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. Hak pakai atas tanah hak milik diberikan jangka waktu paling lama 25 tahun dan tidak dapat diperpanjang, tetapi dapat diperbaharui berdasarkan akta kesepakatan antara pemegang hak pakai dengan pemegang hak miliknya sesuai dengan Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.

Hak pakai atas tanah negara diberikan jangka waktu paling lama 25 tahun dan dapat diperpanjang selama 20 tahun atau dapat diperbaharui atas permohonan pemegang hak pakai dengan ketentuan bahwa masih memenuhi persyaratan untuk pemberian hak pakai atas tanah negara, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 42 sampai dengan Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.

Sertifikat hak pakai dapat dijadikan jaminan utang melalui pembebanan hak tanggungan, dengan ketentuan bahwa berakhirnya jangka waktu hak pakai menyebabkan hapusnya hak pakai dan mengakibatkan hapusnya hak tanggungan. Selain itu sertifikat hak pakai dapat beralih dan dialihkan sepanjang dimungkinkan dalam perjanjian oleh para pihak yang bersangkutan dengan ketentuan bahwa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pengusaha hak atas tanahnya, dalam hal ini persetujuan tertulis dari pemegang hak miliknya atau dari pemegang hak pengelolaannya atau atas tanah negara dengan izin tertulis dari pejabat berwenang.108