• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Tujuh Komponen Pembelajaran Efektif

Constructivisme (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong - konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta - fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide . Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentranformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

b) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pambelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasilnya dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Topik mengenai adanya dua jenis binatang melata, sudah seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa, bukan menurut buku :

Observasi (Observation). Bertanya (Questioning).

Mengajukan dugaan ( Hipotesis). Pegumpulan data( Data Gatbering). Penyimpulan(Conlusion).

c) Bertanya (Ouestioning ).

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Sebelum tahu kota Palu, seseorang bertanya “Mana arah ke Kota Palu ?’’ Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkorfimasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

23

d) Masyarakat Belajar (Learning Community).

Konsep Lerning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut pinsil dengan peraut elektronik, ia bertanya. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan inti berarti setiap Metode Pembelajaran di kelas.

e) Permodelan (Modelling)

Komponen CTL selanjutnya adalah permodelan, maksudnya dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa inggris dan sebagainya. f) Refleksi (Reflection ).

Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa - apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

g) Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assessment).

Assestment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar.

Dalam skripsi ini yang di maksud dengan pembelajaran kotekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari - hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang efektif, yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan, penilaian yang sebenarnya.

Landasan filosofi CTL, adalah konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah - pisahkan menjadi fakta - fakta atau proposi yang terpisahkan, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Apabila konstruktivisme berakar pada filsafat pragamatisme yang oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.

25

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam mencapai tujuan tersebut langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment- nya.

Berbeda dengan program yang dikembangkan paham objektivitas, penekanan program yang berbasis kontekstual bukan pada rincian dan kejelasan tujuan, tetapi pada gambaran kegiatan tahap demi tahap dan media yang dipakai. Perumusan tujuan yang berkecil- kecil, bukan menjadi prioritas dalam penyusunan rencana pembelajaran berbasis CTL, menginggat yang akan dicapai bukan hasil tetapi lebih pada strategi belajar. Yang diinginkan bukan banyak tetapi dangkal, melainkan sedikit, tetapi mendalam.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar - benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikejarkannya bersama siswanya. Gambaran selama ini bahwa Rencana Pembelajaran adalah laporan untuk kepala sekolah atau pihak lain harus dibuang jauh - jauh. Rencana Pembelajaranlah yang mengaitkan guru tentang benda apa yang harus dipersiapkan, alat apa yang harus dibawa, berapa banyak, ukuran berapa, dan langkah - langkah apa yang harus dikerjakan siswa. Rencana Pembelajaranlah yang mengaitkan guru ketika akan ke sekolah.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu. Tujuan tersebut meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi di daerah.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada Standar Nasional pendidikan terdiri atas Standar Isi, Proses Kompetensi Kelulusan, Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pengelolahan.

Pembiayaan dan Penilaian Pendidikan. Dua dari Kedelapan standar Kompetensi Nasional pendidikan tersebut yaitu Standar Isi (SI) dan Standar kompetensi Lulusan ( SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan / atau kelompok mata pelajaran / tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok / pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk pembelajaran, penilaian, alokasi, waktu, dan sumber belajar. Buku teks PKn yang baik dilihat dari pengertian, isi, tujuan, dan manfaatnya. Pengertian buku teks PKn yang baik adalah sebagai salah satu mata pelajaran yang bertanggung jawab

27

pada pembentukan kepribadian bangsa harus mampu mewujudkan secara konkrit dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu sangat penting sebagai pedoman untuk pengembangan mata pelajaran PKn (Depdinas : 2003, ).

Dokumen terkait