• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAN PEMBAHASAN

TEMUAN DAN KESIMPULAN

4. Tuna Daksa Pengguna Kursi Roda

a. 72 % tuna daksa pengguna kursi roda memerlukan bantuan dari orang lain dalammenjalankan aktifitas sehari-hari.

b. 90 % tuna daksa pengguna kursi roda memerlukan bantuan dari orang lain ketika berada di kawasan Lapangan Merdeka.

c. 90 % tuna daksa pengguna kursi roda mengaku tidak dapat mengakses sarana aksesibilitas umum di kawasan Lapangan Merdeka secara mandiri.

d. 81 % tuna daksa pengguna kursi roda menginginkan penyediaan sarana aksesibilitas untuk difabel di kawasan Lapangan Merdeka.

7.2 Temuan Dari Hasil Penilaian Elemen Aksesibilitas 1. Tuna Netra

a. Dari hasil kajian pada 8 (N=8) jalur pedestrian, terdapat 2 (2/N=8) jalur pedestrian yang aksesibel , 3 (3/N=8) jalur pedestrian aksesibel sebagian dan 3 (3/N=25) jalur pedestrian tidak akses sama sekali untuk diakses oleh tuna netra. Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah:

I. Disorientasi, diakibatkan tidak adanya jalur pemandu. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.1 ( dapat digunakan oleh semua jenis pengguna) dan prinsip universal design no.2 (fleksibel dalam penggunaan)

II. Tata letak street furniture yang tidak teratur. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.7 (ukuran ruang untuk penggunaan yang tepat)

III. Terdapat jalur pedestrian yang tidak terdefinisi. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.6 (mengurangi usaha fisik)

IV. Perletakan lubang kontrol drainase terbuka pada jalur pedestrian. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.5 (toleransi kesalahan)

b. Dari hasil kajian pada 2 (N=2) ramp, terdapat 1 (1/N=2) ramp yang aksesibel dan 1 (1/N=2) ramp tidak aksesibel untuk diakses oleh tuna netra. Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah:

I. Sudut kemiringan ramp yang terlalu curam. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.7 (ukuran ruang untuk penggunaan

yang tepat) c. Dari hasil kajian pada 3 (N=3) tangga, terdapat 2 (2/N=3) tangga yang

aksesibel sebagian dan 1 (1/N=3) tangga tidak aksesibel untuk diakses oleh tuna netra. Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah:

I. Tidak adanya pegangan tangga. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.6 (mengurangi usaha fisik)

II. Terdapat anak tangga yang terlalu tinggi. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.6 (mengurangi usaha fisik)

d. Dari hasil kajian pada 3 (N=3) gerbang masuk, ketiganya (N=3) aksesibel untuk diakses oleh tuna netra.

e. Dari hasil kajian pada 1 (N=1) toilet umum, adalah aksesibel sebagian untuk diakses oleh tuna netra. Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah:

I. Disorientasi, diakibatkan tidak adanya jalur pemandu. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.1 ( dapat digunakan oleh semua jenis pengguna) dan prinsip universal design no.2 (fleksibel dalam penggunaan)

II. Disorientasi, diakibatkan tidak adanya papan tanda toilet untuk pria dan toilet untuk wanita dalam huruf braile. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 4 (informasi yang memadai)

III. Penggunaan material lantai yang licin pada toilet umum. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 5 (toleransi kesalahan)

f. Dari hasil kajian pada 1 telepon umum, terdapat 1 (N=1) telepon umum yang aksesibel sebagian untuk diakses oleh tuna netra. Hal yang menjadi permasalahan adalah :

I. Posisi telepon umum yang apabila ingin mengakses harus melewati jalur pedestrian yang rusak. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 6 (mengurangi usaha fisik)

g. Dari hasil kajian pada bangunan Stasiun Kereta Api yang terdapat 7 (N=7) elemen aksesibilitas, terdapat 1 (1/N=7) akses ke bangunan yang aksesibel

sebagian, 1(1/N=7) loket yang aksesibel sebagian, 1(1/N=7) area informasi yang aksesibel sebagian, 1(1/N=7) tangga yang aksesibel sebagian, 1 (1/N=2) telepon umum yang aksesibel, 1(1/N=7) toilet umum yang aksesibel sebagian dan 1(1/N=7) kantin yang aksesibel sebagian untuk diakses oleh tuna netra. Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah:

I. Pada akses ke bangunan tidak dilengkapi dengan jalur pemandu dan papan informasi dalam huruf braile. Hal ini bertentangan dengan prinsip

universal design no.1 (dapat digunakan oleh semua jenis pengguna),

prinsip universal design no.2 (fleksibel dalam penggunaan) dan prinsip universal design no.4 (informasi yang memadai)

II. Pada area loket tidak dilengkapi dengan jalur pemandu. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.1 (dapat digunakan oleh semua jenis pengguna) dan prinsip universal design no.2 (fleksibel dalam penggunaan).

III. Pada area informasi tidak dilengkapi dengan papan informasi dalam huruf braile. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.4 (informasi yang memadai)

IV. Pada tangga tidak dilengkapi dengan jalur pemandu dan papan informasi dalam huruf braile. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.1 (dapat digunakan oleh semua jenis pengguna),

prinsip universal design no.2 (fleksibel dalam penggunaan) dan prinsip universal design no.4 (informasi yang memadai)

V. Pada toilet umum tidak dilengkapi dengan papan tanda toilet untuk pria dan toilet untuk wanita dalam huruf braile. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.4 (informasi yang memadai)

VI. Pada area kantin tidak dilengkapi dengan jalur pemandu dan papan informasi dalam huruf braile. Hal ini bertentangan dengan prinsip

universal design no.1 (dapat digunakan oleh semua jenis pengguna),

prinsip universal design no.2 (fleksibel dalam penggunaan) dan prinsip universal design no.4 (informasi yang memadai)

2. Tuna Rungu

a. Dari hasil kajian pada 8 (N=8) jalur pedestrian, terdapat 6 (6/N=8) jalur pedestrian yang aksesibel, 1 (1/N=8) jalur pedestrian kurang aksesibel dan 1 (1/N=1) jalur pedestrian tidak akses sama sekali untuk diakses oleh tuna rungu. Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah :

I. Terdapat jalur pedestrian yang tidak terdefinisi. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.6 (mengurangi usaha fisik)

II. Perletakan lubang kontrol drainase terbuka pada jalur pedestrian. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.5 (toleransi kesalahan)

b. Dari hasil kajian pada 2 (N=2) ramp, adalah aksesibel untuk diakses oleh tuna rungu

c. Dari hasil kajian pada 2 (N=2) tangga, adalah aksesibel untuk diakses oleh tuna rungu

d. Dari hasil kajian pada 2 (N=2) gerbang masuk, keduanya (N=2) aksesibel untuk diakses oleh tuna rungu.

e. Dari hasil kajian pada 1(N=1) toilet umum adalah aksesibel untuk diakses oleh tuna rungu.

f. Dari hasil kajian pada 1 (N=1) telepon umum, adalah tidak aksesibel untuk diakses oleh tuna rungu. Hal yang menjadi permasalahan adalah :

I. Fasilitas telepon umum yang ada tidak mengakomodasi telepon dalam bentuk text. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 1 (dapat digunakan oleh semua jenis pengguna)

g. Dari hasil kajian pada bangunan Stasiun Kereta Api yang terdapat 7 (N=7) elemen aksesibilitas, terdapat 1 (1/N=7) akses ke bangunan yang aksesibel , 1(1/N=7) loket yang aksesibel, 1(1/N=7) area informasi yang aksesibel, 1(1/N=7) tangga yang aksesibel, 1 (1/N=2) telepon umum yang tidak

aksesibel, 1(1/N=7) toilet umum yang aksesibel dan 1(1/N=7) kantin yang aksesibel untuk diakses oleh tuna rungu. Hal yang menjadi permasalahan adalah :

I. Fasilitas telepon umum yang ada tidak mengakomodasi telepon dalam bentuk text. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 1 (dapat digunakan oleh semua jenis pengguna)

3. Tuna Daksa Pengguna Kruk

a. Dari hasil kajian pada 8 (N=8) jalur pedestrian, terdapat 2 (3/N=8) jalur pedestrian yang aksesibel, 3 (3/N=8) jalur pedestrian yang aksesibel sebagian dan 3 (3/N=8) jalur pedestrian tidak akses sama sekali untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kruk. Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah :

I. Terdapat jalur pedestrian yang terlalu tinggi untuk dijangkau. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 6 (mengurangi usaha fisik)

II. Terdapat jalur pedestrian yang tidak terdefinisi. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.6 (mengurangi usaha fisik)

III. Perletakan lubang kontrol drainase terbuka pada jalur pedestrian. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.5 (toleransi kesalahan)

b. Dari hasil kajian pada 2 (N=2) ramp, terdapat 1 (1/N=2) ramp yang aksesibel dan 1 (1/N=2) ramp tidak aksesibel untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kruk. Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah:

I. Sudut kemiringan ramp yang terlalu curam. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.7 (ukuran ruang untuk penggunaan yang tepat) c. Dari hasil kajian pada 3 (N=3) tangga, terdapat 2 (2/N=3) tangga yang

aksesibel sebagian dan 1 (1/N=3) tangga tidak aksesibel untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kruk. Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah:

I. Tidak adanya pegangan tangga. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.6 (mengurangi usaha fisik)

II. Terdapat anak tangga yang terlalu tinggi. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.6 (mengurangi usaha fisik)

d. Dari hasil kajian pada 3 (N=3) gerbang masuk, keduanya (N=3) aksesibel untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kruk.

e. Dari hasil kajian pada 1 (N=1) toilet umum, adalah tidak aksesibel untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kruk.

I. Ukuran pintu toilet yang tidak memadai. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.7 (ukuran ruang untuk penggunaan yang tepat)

f. Dari hasil kajian pada 1 telepon umum, adalah kurang aksesibel untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kruk. Hal yang menjadi permasalahan adalah :

I. Posisi telepon umum yang apabila ingin mengakses harus melewati jalur pedestrian yang rusak. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 6 (mengurangi usaha fisik)

g. Dari hasil kajian pada bangunan Stasiun Kereta Api yang terdapat 7 (N=7) elemen aksesibilitas, terdapat 1 (1/N=7) akses ke bangunan yang aksesibel sebagian , 1(1/N=7) loket yang tidak aksesibel, 1(1/N=7) area informasi yang aksesibel, 1(1/N=7) tangga yang aksesibel sebagian, 1 (1/N=2) telepon umum yang aksesibel, 1(1/N=7) toilet umum yang tidak aksesibel dan 1(1/N=7) kantin yang aksesibel sebagian untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kruk.

4. Tuna Daksa Pengguna Kursi Roda

a. Dari hasil kajian pada 8 (N=8) jalur pedestrian, terdapat 2 (2/N=8) jalur pedestrian yang aksesibel dan 6 (6/N=25) jalur pedestrian tidak aksesibel untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kursi roda.

Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah :

I. Jalur pedestrian yang tidak terjangkau kursi roda. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 6 (mengurangi usaha fisik) dan prinsip universal design no. 7 (ukuran ruang untuk penggunaan yang tepat)

II. Kondisi jalur pedestrian yang rusak sebagian. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 5 (toleransi kesalahan) dan prinsip universal design no. 6 (mengurangi usaha fisik)

b. Dari hasil kajian pada 2 (N=2) ramp, terdapat 1 (1/N=2) ramp yang aksesibel dan 1 (1/N=2) ramp tidak aksesibel untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kursi roda. Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah:

I. Sudut kemiringan ramp yang terlalu curam. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no.7 (ukuran ruang untuk penggunaan yang tepat) c. Dari hasil kajian pada 2 (N=2) gerbang masuk, terdapat 1 (1/N=2)

gerbang masuk yang aksesibel sebagian dan terdapat 1 (1/N=2) yang tidak akses sama sekali untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kruk.

Hal-hal yang menjadi permasalahan adalah :

I. Perbedaan ketinggian landing space dan gerbang masuk tidak dilengkapi dengan kerb ramp. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 6 (mengurangi usaha fisik)

d. Dari hasil kajian pada 1 (N=1) toilet umum, adalah tidak aksesibel untuk diakses olehtuna daksa pengguna kursi roda.

e. Dari hasil kajian pada 1 (N=1) tempat ibadah adalah kurang aksesibel untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kursi roda.

f. Dari hasil kajian pada 1 (N=1) telepon umum, adalah tidak aksesibel untuk diakses oleh tuna daksa pengguna kursi roda.

g. Dari hasil kajian pada bangunan Stasiun Kereta Api yang terdapat 7 (N=7) elemen aksesibilitas, terdapat 1 (1/N=7) akses ke bangunan yang aksesibel sebagian , 1(1/N=7) loket yang tidak aksesibel, 1(1/N=7) area informasi yang aksesibel, 1(1/N=7) tangga yang tidak aksesibel, 1 (1/N=2) telepon umum yang tidak aksesibel, 1(1/N=7) toilet umum yang tidak aksesibel dan 1(1/N=7) kantin yang aksesibel sebagian untuk diakses oleh tuna tuna daksa pengguna kursi roda. Hal yang menjadi permasalahan adalah :

I. Pada area kantin terdapat meja kasir yang terlalu tinggi untuk dicapai. Hal ini bertentangan dengan prinsip universal design no. 6 (mengurangi usaha fisik)

7.3 Kesimpulan

Dari kajian tentang aksesibilitas difabel pada ruang terbuka sebagai ruang publik kota didapatkan kesimpulan :

1. Dari hasil kajian pada 25 elemen aksesibilitas yang ada di kawasan Lapangan Merdeka hanya 5 elemen aksesibilitas (20%) yang dapat diakses oleh kaum difabel. Dapat disimpulkan bahwa kawasan Lapangan Merdeka belum aksesibel untuk diakses oleh kaum difabel.

2. Permasalahan aksesibilitas fisik yang menghalangi aksesibilitas kaum difabel dikarenakan elemen aksesibilitas yang ada di kawasan Lapangan Merdeka tidak memenuhi asas aksesbilitas seperti yang tecantum pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 30/PRT/M/2006 yang secara detail dijelaskan pada prinsip-prinsip universal design tentang kemudahan, kegunaan, keselamatan dan kemandirian.

BAB VIII

Dokumen terkait