Mahasiswa diharapkan dapat menjawab dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :
1. Diskusikan, apa pentingnya dari pengawasan ketenagakerjaan 2. Diskusikan fungsi dari pengawasan ketenagakerjaan
3. Diskusikan, apa yang dimaksud dengan pengawasan terpadu 4. Ceritakan dasar pelaksanaan pengawasan
Literatur :
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1948 jo. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Anonim, 1978, Simposium Hukum Perburuhan, Cet.I, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Penerbit Bina Cipta,Jakarta.
Khakim, Abdul, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 tahun 2003 (edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti,Bandung
Manulang, Sendjun H., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Cet.II, Penerbit Rineka Cipta,Jakarta.
Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum KetenagakerjaanIndonesia(Edisi Revisi), PT.aja Grafindo Persada,Jakarta
Asikin, Zainal (ed.), 1993, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja grafindo Persada,Jakarta. Djumadi, 1995, Kedudukan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dalam Hubungan Industrial Pancasila (HIP), Cet.I , PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Namun di duia internasional lebih lazim atau lazim menggunakan kata buruh. Misalnnya badan dunia PBB mempunyai organ buruh sedunia atau ILO ((International Labour Organization), badan dunia menggunakan kata “Labor” bukan “worker”. Dengan demiki an dapat dikatakan kata buruh, tenaga kerja atau karyawan pada hahekatnya tidak ada per
bedaan, sama-sama sebagai pekerja. Sebagaimana telah dijelaskan tersebut di atas bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan antara buruh tenaga kerja atau karyawan, perbedaan itu lebih didasari oleh kultur bangsa indonesia. Tentu ada yang melatar belakangi sehingga bangsa indonesia mempunyai kultur seperti itu. Apa yang melatar belakangi nya sehingga terjadi demikian ? Kultur di indonesia terbangun sejak jaman kerajaan dimana ketika itu masyarakat terbagi dalam tiga kelompok yaitu kaum ningrat yaitu kaum kerabat kerajaan, kaum borjuis yakni kaum bangsawan kelompok masyarakat yang kaya menguasai sumber-sumber ekonomi terutama tanah. Dan rakyat jelata, rakyat jelata banyak yang bekerja dengan kaum borjuis, Dimana kaum borjuis sebagai pengendali ekonomi ketika itu. Rakyat jelata yang bekerja itu terkadang diperlakukan tidak manusiawi, mereka diperlakukan sebagai kasta terbawah, sejak itulah tertanam istilah buruh sebagai pekerja kasar yang dapat dikendalikan sesuai dengan kemauan si majikan. Situasi ini terus berlanjut hingga masa penjajahan. Pada masa penjajahan pun rakyat jelata terus dipekerjakan sebagai buruh kasar yang hampir-hampir tidak mempunyai akses dalam bidang perekonomian. Dari sejarah perburuhan dapat dicatat bahwa jaman feodal istilah buruh hanya digunakan untuk orang yang melakukan pekerjaan kasar seperti kuli, tukang, dan sejenisnya yang lebih dikenal dengan sebutan black collar job, sedangkan orang yang melakukan pekerjaan halus terutama yang mempunyai pangkat, dan sejenisnya dinamakan dirinya pegawai yang berkedudukan sebagai priyayi yang dikenal sebagai sebutanwhite collar job.
Bagaimana keadaan buruh setelah merdeka ?
Pada masa kemerdekaan terutama pada masa Sukarno merupakan masa transisi, kondisi buruh semakin membaik. Namun tentu saja untuk menghilangkan tradisi lama tidak mudah. Hal ini untuk melakukan perubahan terhadap kondisi buruh tidak semata-mata adanya political will dari penguasa, akan tetapi sikap metal kaum borjuis yang berprilaku piodalisme dan kaum proletar yang bermental buruh. Mental masing peran telah terbentuk sejak lama dan terjadi secara turun menurun. dan juga kondisi ini terus berlangsung, kendatipun situasinya tidak seperti pada era kerajaan dan era penjajahan, namun secara kultur tetap berjalan.
Pada era Sukarno atau yang lazim disebut era orla, kaum buruh dimanfaatkan Sukarno untuk melawan imprialis dan melawan kontra revolusi
Hukum Ketenagakerjaan~ Dalam segi apapun dan bidang manapun hukum selalu ikut berperan aktif. Selain hukum sebagai aturan, hukum juga berperan sebagai perlindungan. Di dalam pemahaman hukum ketenagakerjaan yang ada dapat diketahui adanya unsur-unsur hukum ketenagakerjaan, meliputi :
1. Serangkaian aturan yang berkembang kedalam bentuk lisan mauun tulisan 2. Mengatur hubungan antara pekerja dan pemilik perusahaan.
3. Adanya tingkatan pekerjaan, yang pada akhirnya akan diperolah balas jasa.
4. Mengatur perlindungan pekerja/ buruh, meliputi masalah keadaan sakit, haid, hamil, melahirkan, keberadaan organisasi pekerja/ buruh dsb
Dari uraian di atas perlu diketahui bahwa beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian dari hukum ketenagakerjaan meliputi:
1. Menurut Molenaar, hukum perburuhan adalah bagian hukum yang berlaku, yang
pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dan tenaga kerja.
2. Menurut Mok, hukum perburuan adalah hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh swapekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab dan risiko sendiri.
3. Menurut Soetikno, hukum perburuhan adalah keseluruhan peraturan hukum mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara pribadi ditempatkan dibawah perintah/pimpinan orang lain dan mengenai keadaan-keadaan penghidupan yang langsung bersangkutpaut dengan hubungan kerja tersebut.
4. Menurut Imam Sopomo, hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berkenaan dengan kejadian saat seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
5. Menurut M.G. Levenbach, hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, yakni pekerja di bawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bersangkutpaut dengan hubungan kerja itu.
6. Menurut N.E.H. Van Esveld, hukum perburuhan adalah tidak hanya meliputi hubungan kerja dengan pekerjaan dilakukan di bawah pimpinan, tetapi juga meliputi pekerjaan yang dilakukan oleh swapekerja atas tanggung jawab dan risiko sendiri.
7. Menurut Halim, hukum perburuhan adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan kerja yang harus diindahkan oleh semua pihak, baik pihak buruh/pekerja maupun pihak majikan.
8. Menurut Daliyo, hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur hubungan kerja antara buruh dan majikan dengan mendapat upah sebagai balas jasa.
9. Menurut Syahrani, hukum perburuhan adalah keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hubungan-hubungan perburuhan, yaitu hubungan antara buruh dan majikan dengan perintah (penguasa).
Setelah mengungat kembali bahwa hukum tenaga kerja memiliki arti dan makna yang sangat luas dan sebagai upaya untuk menghindari kesalahan persepsi terhadapa penggunanan istilah yang ada, oleh karenanya dalam artikel kali ini akan digunakan istilah yaitu istilah hukum perburuan sebagai pengganti istilah hukum ketenagakerjaan.
Menurut Logemann, ruang lingkup suatu hukum perburuan ialah suatu keadaan dimana berlakunya hukum itu sendiri. Menurut teori yang dijelaskan beliau ada empat ruang lingkup yang dapat dijabarkan dibawah ini, meliputi :
1. Lingkup Laku Pribadi (Personengebied)
Dalam lingkup laku pribadi memiliki kaitannya dengan siapa atau dengan apa kaidah hukum tersebut berlaku. Siapa-siapa saja yang dibatasi oleh hukum tersebut, meliputi :
Buruh/ Pekerja Pengusaha/ Majikan Penguasa (Pemerintah)
2. Lingkup Laku Menurut Waktu (Tijdsgebied)
Disini ditunjukkan kapan sutu peristiwa tertentu diatur oleh suatu hukum yang berlaku. 3. Lingkup Laku Menurut Wilayah (Ruimtegebied)
Lingkup laku menurut wilayah berkaitan dengan terjadinya suatu peristiwa hukum yang di beri batas – batas / dibatasi oleh kaedah hukum.
4. Lingkup Waktu Menurut Hal Ikhwal
Lingkup Laku menurut Hal Ikwal di sini berkaitan dengan hal – hal apa saja yang menjadi objek pengaturan dari suatu kaedah.
Demikian artikel yang membahas mengenai Hukum Ketenagakerjaan, Unsur Hukum Ketenagakerjaan, Ruang Lingkup Hukum Ketenagakerjaan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan refrensi anda.