• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Tumbuh-tumbuhan yanng digunakan dalam Upacara Adat

16. Kuayant

11. Lejaq Jahe Zingiber officinale

Zingiberacea e

Umbi Dijadikan bumbu dalam pembuatan sesaji upacara

Budidaya Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan perlindungan &

keselamatan 12. Teliant Ulin Eusideroxylon

zwageri

Lauraceae Batang Dijadikan patung dan juga tiang balai dalam upacara adat

Liar Langka Papat, Hajat Penyembuhan, Permintaan akan suatu tujuan kpd alam 13. Ntugaq - - - Batang dan Daun Dijadikan patung dan juga tempat

menggantungkan ancak disetiap sudut balai

Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan perlindungan &

keselamatan 14. Tempera - - Urtiaceae Daun, Batang Dijadikan tali pengikat dalam

pembuaran media upacara, jeak.

Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt. Dll. - 15. Tokongk - Amomum aculeatum Zingiberacea e

Batang dan akar Dijadikan bahan pembuatan Balai, rempah sesaji.

Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan

16. Kuayant Bambu Bambusa arundinacea

Poaceae Batang Dijadikan Balai atau Pantiq Liar Melimpah Upacara Adat Kenu Pentabisan dan perkenalan dengan alam 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Batang Dijadikan Tiang pusat tari

upacara

Budidaya Melimpah Timeq, Gugu Taont Penyembuhan, pemeliharaan hubungan

dengan alam 18. Pangir/Bung

aq

- Morinda sp. Rubiaceae Bunga Media dalam menyampaikan “berkat” upacara kepada objek

upacara

Liar/Budidaya Kurang Semua Upacara Adat

-

19. Pujaq - - Apocynaceae Daun Digunakan sebagai pewarna atribut upacara

Liar/Budidaya Langka Semua Upacara Adat

-

20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Daun Dijadikan Jampiq Liar/Budidaya Langka Papat, Kenu, Banyungk

Penyembuhan, permintaan, perkenalam dengan alam 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Batang Digunakan untuk mengikat dalam

pembuatan balai

Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan

22. Gai pelas Rotan Calamus penicillatus

Roxb

Arecaceae Batang Digunakan untuk menggantungkan subbai

Liar Kurang Melas Pentabisan & perkenalam kpd alam 23. Harump - - Acanthaceae Daun Digantung pada Longan Bayat Liar/Budidaya Kurang Beliant Mantir Penyembuhan 24. Komat Puring hijau Codiaeum

variegatum.

Euphorbiacea e

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

25. Ngkapaq Paku sarang burung

Asplenium nidus Polypodiacea e

Daun Dijadikan anjat dalam upacara adat

Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan

26. Muungk/He mungk

Sembung Blumea balsamifera

Asteraceae Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan

27. Kuncengk Heredong Melastoma affine

Melastomata ceae

Bunga Dijadikan minuman bagi pelaku upacara yang mengalami

kesurupan.

Liar Melimpah Beliant Sentiu Penyembuhan

28. Peridangk Rumput Teki Cyperus rotundus

Cyperaceae Daun Digunakan menjadi jeak Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan 29. Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Daun, Bunga,

Buah, Batang

Digunakan menjadi Kabungk Budidaya, Liar Melimpah Banyungk dan haampir semua upacara adat Suku

Dayak Tunjung

-

30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Daun Muda Kabungk Budiaya, Liar Melimpah Timeq, Beliant Bawo, Semur,

Sentiu

Penyembuhan

31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Daun Bahan pembuatan Jampi Budidaya, Liar Melimpah Hampir semua upacara adat

- 32. Wangunt - - Meliaceae Batang Untuk Rautan (Reff), diletakan

pada Benawingk

Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar 33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Batang Dijadikan patung dengan jenis

kelamin wanita

Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan 34. Pengoq - - Sapindaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara

Adat

- 35. Pengoq peai - - Piperaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara

Adat

- 36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Jantung buah,

Daun, Batang

Batang dijadikan patung, daun dijadikan media penyampaian matra dan pembungkus sesaji, jantung dijadikan alat upacara

Liar Melimpah Beliant Nyenturuh Bukur

Penyembuhan, penebusan atas suatu kesalahan yang dilakukan kepada alam 37. Mawa - - Cannabaceae Daun, Kulit

batang

Daun dijadikan Jeak, Kulit batang dijadikan Ancak

Liar Melimpah Hampir semua Upacara Adat

-

38. Puant Keledang Artocarpus lanceifolius

Roxb

Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Semua Upacara Adat

-

39. Jiee - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara

Adat

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

40. Persiah - - Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat - 41. Paku-paramp - Polypodium vulgare Polypodiacea e

Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat

-

42. Tu-tawa - Costus speciosus Zingiberacea e

Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat

- 43. Memaliq/Sm

eneo

- - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara

Adat

- 44. Gaka

Ngelagit

- - Leguminosae Batang, daun Batang dijadikan patung, Daun dijadikan Jeak

Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar

45. Lempung ngayo

Liana - Rhizophorac eae

Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar

46. Rekep - - Sapindaceae Batang Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Liar Kurang Melas Perkenalan dengan alam sekitar

47. Gai syi‟it Rotan Calamus balingensis

Furtado

Arecaceae Semua organ tumbuhan (utuh)

Wuint awoi( digunakan utuh dari akar sampai daun)

Lair Langka Timeq Penyembuhan

48. Gai sokak Rotan Calamus caesius Arecaceae Batang Dijadikan tali pengikat Budidaya, Liar Melimpah Timeq Penyembuhan 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Daun Daun dijadikan Wuint awooiy Liar Kurang Timeq Penyembuhan 50. Terincingk Nanas Ananas comosus Bromeliaceae Batang, Daun,

Buah

Dijadikan pencawangk Budidaya, Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan 51. Kumar/Lemp

ucant

- Eleiodoxa conferta

Arecaceae Daun dan Batang Digunakan sebagai pencawangk Budidaya, Liar Kurang Ngawat Penyembuhan (diagnosa penyakit) 52. Telasih Selasih Ocimum

basilicum

Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur, Beliant Bawo

Penyembuhan 53. Katapuq - Thymus vulgaris Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur,

Beliant Bawo

Penyembuhan 54. Pegangk Lau Ilalang Imperata

brevifolia

Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq Penyembuhan 55. Bunglew - - Moraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam 56. Deraya - - - Batang Dijadikan patung dengan jenis

kelamin laki-laki

Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan 57. Peringk

Taliq

- Bambusa sp. Poaceae Batang Dijadikan Benakak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam 58. Kuayant - Bambusa Poaceae Batang Digunakan untuk melakukan Lair Melimpah Ritual Kenu, Penyembuhan

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

Kuning vulgaris Schard ritual jika ada kesalahan dalam melakukan upacara.

Beliant Semur

59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Timeq Penyembuhan 60. Lunuk Beringin Ficus benjamina Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq, Beliant

Rantau Perangk, Melas

Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &

lingkungan 61. Raja

Pengalah

Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &

lingkungan 62. Pentar - Ficus carica Moraceae Daun Dijadikan makanan patung

(Kernyamp)

Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan 63. Nggkuduq Mengkudu Morinda

citrifolia

Rubiaceae Daun Dijadikan makanan patung (Kernyamp)

Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan 64. Lancingk

senit

Langusei Ficus minahassae

Moraceae Daun dan Batang Dijadikan jeak (pada batang dijadikan patung)

Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &

lingkungan 65. Mermungk - - - Buah Dijadikan sebagai sumpit dalam

uapcara adat

Lair Kurang Rantau perangk Penyembuhan 66. Engkehuyo - Chromolaena

odorata

Asteraceae Daun Jeak Lair Melimpah Pejeak Menghilangkan aura negatif dari lingkungan 67. Tuq salah Tebu Saccharum

officinarum L

Poaceae Batang dan daun Jeak Budidaya, Lair Kurang Pejeak Menghilangkan aura negatif dari lingkungan 68. geriq Kemiri Aleurites

moluccana

Euphorbiacea e

Buah Buah digunakan sambil membacakan mantra (digunakan dalam tempurung

kelapa)

Budidaya, Liar Melimpah Beliant semur (banci)

Penyembuhan

69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Daum Dijadikan jeak Liar Melimpah Melas, Timeq Penyembuhan, perkenalna dengan alam 70. Akar Liana - Leguminosae Batang Dijadikan sampo dalam ritual

membersihkan diri sebelum upacara

Lair Kurang Semua jenis upacara adat

-

71. Ukor - - Arecaceae Batang, daun, buah

Digunakan sebagai pencawangk Liar Kurang Beliant Ngawat Pencarian jenis penyakit, Penyembuhan 72. Bemant Bemban Donax

canniformis

Marantaceae Batang Dianyam menjadi Kelangkangk burung

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

73. Botoq Ramban Trema orientalis Cannabaceae Batang dan Daun DijadikanTempusoq dan pondasi pada Balai

Liar Melimpah Beliant Rantau Perangk

Penyembuhan

74. Niungk - - Arecaceae Tulang Daun Dijadikan “pancing” dalam uapcara adat

Liar Kurang Timeq Penyembuhan

75. Jauq - - Arecaceae Buah dan Daun Digantung pada Longan Bayat Liar Kurang Nalint taont, timeq Pemeliharaan hubungan dengan alam, Penyembuhan 76. Belayant - Tinospora crispa Menispermac eae

Batang dan Daun Dililitkan mengelilingi Lonngan Liar Melimpah Beliant Nyumangk Penyembuhan

77. Ntrarant - Amomum sp. Zingiberacea e

Batang Dijadikan longan Liar Kurang Beliant Bawo Penyembuhan 78. Biruq

Torungk

- Livistona sp Arecaceae Semua organ tumbuhan secara

utuh

Dijadikan tongkat atau Alu (penumbuk) dalam upacara adat

Liar Kurang Nalint taont Pemeliharaan hubungan dengan alam

Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa Suku Dayak Tunjung memiliki kemampuan untuk mengenali tumbuhan berdasarkan habitat, bentuk dan warna daun, warna dan jenis batang, jenis akar tumbuhan, warna bunga dan juga aroma dari tumbuhan tersebut. Kemampuan mengenali tumbuhan yang dimiliki oleh Suku Dayak Tunjung, lahir dari proses interaksi antara Suku Dayak Tunjung dengan alam dalam kehidupan sehari-hari. Tumbuh-tumbuhan yang telah dikenali kemudian diberi nama, dan nama tersebut diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan.

Penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung didasari oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik morfologi tumbuhan dan habitatnya, selain itu penamaan tumbuhan bisa dipengaruhi oleh fungsi tumbuhan tersebut dan dampak yang ditimbulkan oleh tumbuhan terhadap makhluk hidup atau tumbuhan lain. Selain dua faktor di atas, penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga bisa dipengaruhi oleh faktor kesamaan bentuk tumbuhan tersebut dengan makhluk hidup lain.

Contoh penamaan tumbuhan yang dipengaruhi oleh ciri mofologi salah

satunya adalah pada tumbuhan Gaka ngelagit. Kata „Gaka‟ dalam dalam bahasa

Tunjung adalah sebutan untuk tumbuhan liar, khususnya yang memiliki batang

semu panjang dan lurus dengan ukuran maksimal 20 cm, sedangkan „Ngelagit

berasal dari kata „Agit‟ yang berarti alat pengait. Jadi nama Gaka ngelagit

merupakan penamaan untuk salah satu spesies tumbuhan dengan batang semu yang panjang dan memiliki alat pengait (gambar 4.47).

Contoh penaman tumbuhan berdasarkan fungsi tumbuhan tersebut dan dampak yang ditumbulkan oleh tumbuhan terhadap makhluk hidup atau tumbuhan lain adalah pada penamaan Raja pengalah pada tumbuhan benalu.

Kata „Raja‟ dalam bahasa Dayak Tunjung sama dengan arti kata raja dalam

bahasa Indonesia, yang dapat diartikan memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih dibandingkan dengan yang lain dalam ruang lingkup yang sama dengan dirinya,

sedangkan kata „Pengalah‟ dalam bahasa Indonesia memiliki arti Penakluk.

Berdasarkan penjelasan ini maka spesies tumbuhan dengan nama Raja pengalah menunjuk pada sauatu tumbuhan yang memiliki kemampuan menguasai atau mengalakan tumbuhan lainnya.

Dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung, sering dijumpai penamaan tumbuhan yang identik. Sebagai contoh penamaan tumbuhan Pengoq peay dan Pengoq. Dari pembahasan tumbuhan nomor 34 dan 35 jelas kedua tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang berbeda, penamaan yang identik ini berdasarkan organ tumbuhan yang paling menonjol. Pengoq peay dan pengoq memiliki buah dengan warna dan bentuk morfologi yang hampir sama, hanya saja ukuran buah pengoq peay lebih kecil dari pengoq, hal inilah yang menjadi dasar pemberian nama yang identik terhadap kedua tumbuhan tersebut.

Deskripsi dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung seperti yang terdapat pada tabel 4.1, adalah sebagai berikut : 1. Jojot (Musa sp)

Jojot atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pisang hutan (Musa sp), merupakan jenis pisang yang tumbuh liar dihutan Kalimantan, khususnya di wilayah Kabupaten Kutai Barat.

Daun dan buah: Jojot sekilas mirip seperti pisang pada umumnya, hal yang membedakan adalah buahnya yang berukuran kecil dan banyak terdapat berbiji, pada daun jojot muda teradapat banyak bintik berwarna merah.

Batang: Jojot umumnya tumbuh tegak jika dibandingkan dengan jenis pisang yang ditanam pada umumnya, tinggi dapat mencapat 3,5 meter, dengan diameter batang jojot dewasa berkisar antara 14 sampai 25 centi meter.

Gambar 4.3 Daun Jojot muda (Musa balbisiana)

Penggunaan dalam upacara adat: Dalam segala jenis Upacara adat Suku Dayak Tunjung, jojot merupakan komponen yang selalu ada. Bagian dari tumbuhan yang dimanfaatkan berupa batang, akar, daun dan bahkan tumbuhan ini secara utuh diambil dan gunakan dalam upacara. Batang beserta

akar digunakan sebagai patung yang melambangkan manusia ataupun roh/dewa yang dipuja dalam upacara tersebut. Daun Jojot digunakan sebagai pembungkus sesaji, alas peralatan upacara dan juga dapat digunakan sebagai jampi, yaitu alat untuk menyampaikan mantra kepada subjek upacara adat. Jojot dapat digunakan secara utuh dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, jojot yang digunakan biasanya jojot muda dengan diameter batang 5 hingga 8 cm.

2. Sempat

Sempat merupakan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh disemua tempat dan digolongkan sebagai tanaman liar. Sempat memiliki kemiripan dengan kecombrang, daun dan batang identik dengan kecombarang.  Batang dan akar: Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga

3,5 meter, memiliki batang semu tegak dengan diameter 2 hingga 4 cm. Tumbuhan ini tumbuh bergerombol, dan membentuk akar rimpang yang kemudian berbuah dari akar rimpang tersebut.

Daun: Sempat berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan lebar berkisar antara 40-50 cm, lebar daun berkisar antara 8-10 cm. ujung dan pangkal daun runcing, berwarna hijau.

Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, sempat digunakana sebagai patung, sama halnya dengan batang pisang hutan, di mana bagian dari tumbuhan ini yang digunakan adalah pangkal batang.

Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya

3. Juangk (Cordyline terminalis)

Juangk atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama hanjuang merah (Cordyline terminalis), tanaman ini pertama kali ditemukan di asia timur.

Daun: Juangk dapat dikenali dengan ciri-ciri di mana daun berupa daun tunggal, berbentuk lanset lebar, berwarna merah tua, merah muda ataupun bisa berwarna hijau. Daun Juangk memili panjang antara 15-30 cm, dengan lebar berkisar antara 14-15 cm.

Buanga dan Buah: Bunga berbentuk malai, panjang berkisar antara 25 sampai 30 cm, berwarna hijau keunguan atau kuning muda. Buah berbentuk bola, berwarna merah mengkilat.

Batang: Tumbuhan Juangk memiliki batang semu tidak berkayu, tidak memiliki kambium. Lebar batang antara 2 hingga 8 cm.

Gambar 4.5 Hanjuang merah (Cordyline terminalis L)

Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, Hanjuang merah digunakan sebagai alat penyampaian mantra. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batang.

Tanaman ini sudah dikenal hampir diseluruh wilayah Indonesia, di mana pemanfaatan tanaman ini sebagian besar adalah sebagai tanaman hias, tanaman pagar, dan ada juga yang memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman obat.

4. Jeloq (Musa sp)

Jeloq atau juga yang dikenal nangan nama umum pisang dalam bahasa Indonesia merupakan tumbuhan dari Famili Musaceae. Tumbuhan terna ini menghasilkan buah yang baik untuk konsumsi, sehingga menghasilkan nilai ekonomis dalam perannya bagi kehidupan manusia, sehingga pisang pun dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kutai Barat khususnya.

Gambar 4.6 Pisang (Musa sp)

Pengunaan pisang dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai media penyampaian mantra, pembungkus sesaji dan alas alat-alat upacara dan juga bisa digunakan sebagai atribut upacara. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun, batang, dan tandan beserta buah dan jantung pisang.

5. Nancangk

Nancangk atau yang juga dikenal dengan nama mahang (Macaranga mappa) dalam bahasa Indonesia, merupakan tumbuhan dari keluarga Euphorbiaceae. Daerah penyebaran mahang di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera dan Kalimantan (Kartasujana dan Martawijaya, 1979 dalam Damiri dkk, 2009).

Batang: Mahang dapat tumbuh dengan ketinggian 10 hingga 35 meter, batang bulat dan lurus, berwarna coklat abu-abu hingga keputih-putihan. Mahang muda memiliki batang berongga pada bagian tengah, rongga ini di isi oleh semut.

Daun: Mahang berdaun tunggal berbentuk bulat telur, melebar dan pada bagian ujung bercabang tiga meruncing pada bagian ujung. Permukaan bawah daun putih, berbuku halus dengan urat daun menjari, sedangkan bagian atas daun berwarna hijau.

Gambar 4.7 Pohong mahang muda (Macarangan mappa)

Penggunaan dalam upacara adat: Mahang dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung digunakan dalam pembuatan Balai, Ancak dan pembungkus sesaji, di mana sesaji yang dibungkus biasanya berupa nasi dan daging, atau bisa juga dalam bentuk lainnya. Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas untuk meletakan sesaji pada balai.

Pemanfaatan lebih jauh dari kayu mahang dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung adalah sebagai material untuk membangun pondok.

6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera)

Nyoo atau juga yang kita kenal dengan kelapa merupakan tumbuhan dari famili Arecoideae, yang telah dikenal luas oleh masyarakat dunia.

Batang dan akar: Kelapa memiliki batang tunggal, namun tidak menutup kemungkinan bisa bercabang karena pengaruh lingkungan. Kelapa, yang merupakan tumbuhan monokotil memiliki akar tipe akar serabut.

Daun: Daun kelapa merupakan tipe daun mejemuk menyirip, dengan penampang melintang pipih, unjung daun meruncing dengan panjang daun hingga 110 Cm. Tulang daun sejajar, daging daun tipis dan cukup kaku, permukaan daun licin dan berwarna hijau.

Penggunaan dalam upacara adat: Nyoo atau kelapa digunakan sebagai media upacara, ataupun pembungkus makanan dan atribut upacara. Buah dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dan sebagainya. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung melibatkan organ dari kelapa, baik daun, buah ataupun bunga yang biasa disebut Lancangk.

7. Tabak

Tabak merupakan tumbuhan dari famili Poaceae, dapat dijumpai di daerah yang memiliki kontur tanah kering.

Batang: Batang tumbuhan tabak merupakan batang semu, batang tersusun atas helaian daun.

Daun: Tabak memiliki daun berwarna hijau, dengan tekstur permukaan daun lembut. Tulang daun sejajar, penampang melintang pipih, daging daun tipis. Tumbuhan tabak memiliki daun dengan lebar 2 hingga 3,5 cm, dengan panjang daun berkisar antara 30 sampai 45 cm.

Akar: Tumbuhan tabak memiliki sistem perakaran tipe akar serabut.

Penggunaan dalam upacara adat: Tabak adalah salah satu tumbuhan penting dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, dimana tabak wajib ada dalam setiap proses upacara adat. Bagian dari tumbuhan ini yang dimanfaatkan adalah akarnya, di mana akar tabak yang dibakar menghasilkan aroma khas yang menjadi penghubung dari proses upacara atau pelaku upacara beserta mantranya dengan roh/dewa yang dipuja dalam upacara

tersebut. Sebuah upacra harus dimulai dengan pembakaran akar tabak, jika tidak, dipercaya tujuan dari upacara tersebut tidak akan tercapai dan proses upacara menjadi sia-sia.

8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)

Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp)

Bambu adalah tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan membentuk rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 21 meter.

Batang: Batang bambu berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak 10-45 cm, permukaan batang bambu berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna putih.

Daun: Daun bambu berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular). panjang daun bambu berkisar antara 21 sampai 35 cm dan lebar 5-6 cm, dengan ujung rucing.

Akar: Bambu memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya berada dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang.

Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, bambu digunakan untuk perabotan membuat Balai, Telusuq,

Lemang, Tara, tongkat dan lain-lain. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung melibatkan komponen dari bambu dalam pelaksanaannya. Setelah melaksakan upacara, pihak yang mengadakan upacara, pelaku upacara dan semua yang menerima Burai, tidak dapat menyentuh bambu untuk beberapa hari. Hal ini disebabkan bambu memiliki miang yang terasa gatal apabila terkena kulit, hal ini menyebabkan penurunan makna atau bahkan kegagalan pencapaian tujuan upacara yang dilaksanakan.

9. Gaka malongk

Gaka malongk merupakan tumbuhan jenis tumbuhan merambat yang tumbuh dan merambat pada pohon-pohon besar di dalam hutan, khusunya hutan hujan tropis Kalimantan Timur. Gaka malongk tumbuh dan berkembang diatas pepohonan yang menjadi inang perkembangbiakannya, di mana gaka malongk memiliki dua sumber makanan, pertama adalah dari tumbuhan inangnya dan dari tanah.

Pada gaka malongk tua akan tumbuh batang semu yang merupakan percabangan dari batang utamanya, batang semu ini akan menghasilkan tunas gaka malongk baru. Batang semu gaka malongk akan bertumbuh menuju tanah dari atas pohon inangnnya, di mana pada bagian ujung batang yang telah mencapai tanah akan tumbuh akar, akar yang tumbuh adalah tipe akar serabut yang kemudian digunakan untuk mendapatkan makan.

Batang: Batang semu gaka malongk memiliki panjang yang tidak terbatas, tergantung tinggi pohon inang yang di tempatinya dengan tanah. Batang ini dilapisi oleh kulit batang berwarna coklat, teradapat lapisan kambium pada

batang gaka malongk. Batang gaka malongk tidak tampak lapisan usia, dengan tekstur sangat lentur dan kuat menjadikan batang semu ini cocok dijadikan tali untuk mengikat. Diameter dari batang gaka malongk bervariasi, batang terbesar bisa mencapai 9 cm.

Dokumen terkait