• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional atas dana penelitian yang diberikan melalui Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Batch I (Hibah Penelitian Strategis Nasional) Nomor : 160/SP2H/PP/DP2M/V/2009tanggal 30 Mei 2009

13

3 PERFORMA DAN KUALITAS TELUR PUYUH YANG

DIBERI PAKAN MENGANDUNG STEROL DARI

TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus) DAN

MURBEI (Morus alba)

ABSTRACT

Katuk (Sauropus androgynus) and mulberry (Morus alba) leaves meal contain cholesterol, campesterol, stigmasterol, sitosterol, and 2-4α-methylsterol. These active substances were expected to increase nutrients metabolism in laying poultry including quail. Poultry in layer period have high nutrients requirement and mobilization. Usage katuk and mulberry leaves meal in the diet was expected to increase egg quality. Four dietary treatments, and 5 replications of 15 quails of 6 weeks of age each, were allocated in a completely randomized design. Parameters observed were feed consumption, egg weight, quail day production and egg quality. The results showed that feed consumption and egg weight were not affected by the treatments, while egg production was significantly decreased by feeding the 10% mulberry leaf meal as well as the mixture of 5% katuk and mulberry leaf meal (P<0.05). Feeding 10% katuk leaf meal did not affect the perfomances of the quail, but the egg indicated the highest vitamin A and yolk colour score. It was concluded that 10% katuk leaf meal could be fed to the laying quail to increase the egg quality without decreasing the production.

Keywords: egg, yolk, katuk, quail, mulberry,

ABSTRAK

Tepung daun katuk dan murbei mengandung kolesterol, campesterol, stigmasterol, sitosterol dan 2-4α-methylsterol) Zat aktif tersebut diharapkan dapat meningkatkan metabolisme nutrien pada unggas petelur termasuk puyuh. Unggas periode bertelur memiliki kebutuhan dan mobilisasi nutrien yang tinggi. Penggunaan tepung daun katuk dan murbei dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan kualitas telur dan memperpanjang periode produksi telur. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan, 5 ulangan dengan 15 ekor puyuh berumur 6 minggu per ulangan. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, bobot telur, produksi telur (%QD Productions) dan kualitas telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pakan dan bobot telur tidak dipengaruhi oleh perlakuan, sedangkan produksi telur nyata (P<0.05) menurun dengan penggunaan 10% tepung daun murbei dan campuran 5%tepung daun katuk dan 5%tepung daun murbei. Pemberian 10% tepung daun katuk tidak mempengaruhi performa puyuh, namun menghasilkan vitamin A dan warna kuning telur yang paling tinggi. Kesimpulan penelitian ini adalah tepung daun katuk dapat diberikan sampai 10% dalam pakan puyuh petelur untuk meningkatkan kualitas telur tanpa menurunkan produksi.

14

PENDAHULUAN

Puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang potensial sebagai sumber protein hewani berupa telur dan daging. Kebutuhan dan penggunaan nutrien pada puyuh petelur sangat tinggi. Ketidakseimbangan asupan dan mobilisasi nutrien menyebabkan penurunan produksi dan kualitas telur. Produktivitas puyuh dipengaruhi kandungan nutrien dalam pakan yang diberikan selama pemeliharaan. Nutrien dalam pakan harus seimbang dan memiliki kecernaan yang tinggi.

Tepung daun katuk (Sauropus androgynus) adalah salah satu jenis sayuran yang biasu dikonsumsi oleh penduduk di Asia untuk meningkatkan produksi air susu, obet anti demam, diuretika dan frambusia, juga baik sebagai pewarna makanan. Malik (1997) melaporkan bahwa kauk mengandung minyak volatil, sterol, saponin, flavonoid, asam organik, asam amino, alkaloid, dan tanin. Tepung daun katuk adalah salah satu sumber provitamin A dalam bentuk karoten. Karoten yang penting untuk manusia adalah β-caroten yang memiliki aktivitas tertinggi (Yuliani dan Marwati, 1997). Karoten yang terkandung dalam tepung daun katuk adalah 10.020 µg per 100 g (Azis dan Muktiningsih, 2006). Tepung daun murbei juga mengandung banyak phytokimia, saperti alkaloid, polifenol, flavonoid, anticyanin (Song et al. 2009) and sterol (cholesterol, campesterol, stigmasterol, sitosterol and two 4α-methylsterol) (Zambakhidze et al. 2005).

Tepung daun katuk dan murbei dapat digunakan sebagai sumber senyawa fitokimia yang potensial dalam pakan puyuh. Subekti et al. (2008) melaporkan bahwa penggunaan tepung daun katuk dalam pakan menghasilkan performa reproduksi yang lebih baik pada puyuh. Piliang et al. (2009a) memperlihatkan bahwa penggunaan tepung daun katuk, tepung daun murbei serta campurannya dalam pakan puyuh menghasilkan kandungan vitamin A telur dan daging yang tinggi, tetapi perlakuan tersebut menurunkan kuantitas telur. Penurunan produksi telur tersebut disebabkan kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi performa puyuh dan kualitas telur puyuh yang diberi pakan mengandung tepung daun katuk, atau murbei dan campurannya.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan selama enam bulan (April sampai September 2012) di Laboratorium Nutrisi Unggas, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Laboratorium Nutrisi ternak Perah, fakultas Peternakan dan Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati, Instiut Pertanian Bogor, Bogor.

Materi

Tiga ratus ekor puyuh umur 6 minggu dipelihara selama 11 minggu (6 sampai 17 minggu). Puyuh dipelihara pada kandang baterei. Tempat pakan dari kayu diletakan di depan kandang dan tempat minum ditempatkan pada pinggir kandang. Sebuah kipas angin dipasang pada siang hari untuk menurunkan suhu kandang pada siang hari.

15 Daun katuk dan murbei yang digunakan dalam penelitian ini dikeringkan dengan sinar matahari atau oven dengan suhu 55 °C hinggan kadar airnya 10%- 15%. Daun yang sudah kering digiling menjadi tepung.

Pakan perlakuan diformulasikan berdasarkan rekomendasi dari Lessons dan Summers (2005), dengan energi metabolos 2950 kkal/kg; protein kasar 18%; Ca 3.1%; P tersedia 0.45%; metionina 0.52% dan serat kasar <6%. Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan diperlihatkan pada Tabel 3.2.

Pakan perlakuan diberikan seara bertahap pada puyuh mulai umur 6 minggu. Pakan diberikan ad libitum dan konsumsi pakan dihitung setiap minggu. Air minum diberikan ad libitum. Produksi telur dicatat setiap hari. Kualitas telur diukur selama periode produksi pada 3 hari terakhir setiap minggu pada saat puyuh berumur 13 sampai 17 minggu.

Tabel 3.1. Komposisi nutrien tepung daun katuk (TDK) dan tepung daun murbei (TDM) berdasarkan bahan kering (%BK)

Tepung daun katuk (TDK)

Tepung daun murbei (TDM) Bahan kering (%)1) 88.06 93.86 Abu (%)1) 12.13 12.21 Protein kasar (%)1) 29.15 22.14 Lemak kasar (%)1) 4.62 4.11 Serat kasar (%)1) 8.19 12.28

Energi bruto (kkal kg-1)2) 4014.31 4197.74

Ca (%)3) 2.06 4.34 P total (%)3) 0.30 0.24 Mg (%)3) 8.28 5.10 Zn (ppm)3) 202.38 49.55 Tannin (g 100 g-1)4) 0.46 1.09 Saponin (g 100 g-1)4) 2.84 1.28

Note: 1) Hasil analisa Lab.Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB (2012) 2) Hasil analisa Lab. Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2012) 3)

Hasil analisa Lab. Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, IPB (2012) 4)Hasil analisa Lab. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor (2011)

Metode

Pakan perlakuan terdiri atas P0 = pakan kontrol (tanpa tepung daun katuk dan murbei); P1 = pakan dengan 10% tepung daun katuk (TDM); P2 = Pakan dengan 10% tepung daun murbei (TDM); dan P3 = Pakan dengan 5% TDM dan 5% TDK. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan, lima ulangan dengan 15 ekor puyuh setiap ulangan. Data yang diperoleh dianalisis ragam dan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1995). Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, bobot telur, produksi dan kualitas telur.

Dokumen terkait