• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

4. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya)

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Waston (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2) b. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2

atau -2 ≤ DW ≤ + 2

L. Teknik Analisis Data Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk meramalkan keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2 (Sugiyono, 2005:210)

Keterangan:

Y = loyalitas pasien a = nilai konstan

b = angka arah atau koefisien regresi yang semua menunjukan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen

X1 = persepsi pada reliability X2 = persepsi pada responsiveness X3 = persepsi pada assurance X4 = persepsi pada empathy X5 = persepsi pada tangible

M. Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak, maka diadakan uji signifikansi dengan statistika uji F yaitu:

Keterangan:

F regresi : harga F garis regresi yang dicari (F hitung) n : banyaknya subjek yang terlibat

m : banyaknya prediktor R2 : koefisien korelasi ganda

Uji Hipotesis menggunakan Uji F

Hipotesis: Persepsi pada kualitas layanan kesehatan berpengaruh terhadap loyalitas pasien.

Hipotesis nol (Ho) : b1, b2 ≤ 0 Hipotesis alternatif (Ha) : b1, b2 > 0

Untuk menguji signifikansi korelasi RY (1,2) tersebut digunakan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (n-3).

Kriteria penerimaan atau penolakan Ho

Jika: Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak Fhitung> Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

51

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan

Pada tahun 1925 Pastor Vanlith bersama para suster mendirikan balai pengobatan di daerah Muntilan. Balai pengobatan tersebut dipimpin oleh seorang biarawati bernama Sr. Alfrida Smulder Fransisca. Kemudian tanggal 1 Juni 1946 status balai pengobatan tersebut dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang. Tenaga medis dan dokter satu-satunya pada saat itu adalah Dr. Gondo Sumekto. Selanjutnya perkembangan balai pengobatan tersebut semakin lama semakin maju. Kemudian pada tahun 1976 balai pengobatan tersebut berkembang menjadi rumah sakit.

Pada tanggal 3 Februari 1977 Pemerintah Kabupaten Magelang dengan bupatinya bapak Ahmad membeli rumah sakit tersebut untuk dijadikan rumah

sakit umum. Melalui keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

No.105/Menkes/SK/1988 menjadi Rumah Sakit Tipe C. Perkembangan selanjutnya adalah melalui Peraturan Daerah Nomor 14 tahun 2002 tentang pembentukan Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Kabupaten Magelang yang mengatur pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi, struktur organisasi dan tata kerja BPK RSU Kabupaten Magelang.

Kemudian Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor : 30 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kelola Lembaga Teknis Daerah dan satuan Polisi pamong Praja, Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Kabupaten Magelang menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang.

Melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.07.06/III/525/08 tentang: pemberian ijin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah dan Keputusan Bupati Magelang Nomor: 185.45/451/KEP/02/011 tentang Penerapan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PKK-BLU) pada Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang. Selanjutnya Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.01.10/III/504/2011 tentang : pemberian sertifikat akreditasi RS dengan status: penuh tingkat lanjut.

Nama : RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Lokasi : Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang

Kelas/Tipe : C Non Pendidikan

Alamat : Jl. Kartini No.13 Muntilan Kabupaten Magelang

Telpon/Fax : (0293) 587004-587017 / (0293) 587017

B. Visi dan Misi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang 1. Visi

“Menjadi Rumah Sakit Rujukan Terpercaya dengan Pelayanan Profesional dan Manusiawi”

2. Misi

 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

 Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya rumah sakit secara profesional

 Menyelenggarakan peningkatan ilmu dan keterampilan tenaga

rumah sakit

 Memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan

 Menjalin kerjasama yang saling memberi mamfaat dengan mitra

kerja.

C. Tugas dan Fungsi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang mempunyai tugas dan fungsi membantu Bupati Magelang dalam pemerintah di bidang: 1. Pelaksanaan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan, pencegahan dan rujukan.

2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai standar pelayanan Rumah Sakit.

Dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan kepada masyarakat, RSUD Muntilan didukung oleh Komite Medik dan Komite Keperawatan yang tertampung dalam wadah kelompok jabatan fungsional yang ditetapkan dengan Perda Kabupaten Magelang dan Keputusan Kepala RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.

D. Struktur Organisasi

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Magelang adalah rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Magelang yang diklasifiksikan sebagai rumah sakit Tipe C yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialistik dan merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Kabupaten Magelang dan sekitarnya.

RSUD Mutilan Kabupaten Magelang merupakan peningkatan status dari RSUD Muntilan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 14 tahun 2002 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Kabupaten Magelang sebagai pengganti Peraturan Daerah Nomor 20

tahun 1995. RSUD Muntilan Kabupaten Magelang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang merupakan jabatan struktura eselon II. Dalam menjalalankan tugasnya Kepala Badan dibantu oleh Kepala Sekretariat eselon III a, 3 (tiga) orang Kepala Bidang eselon, 3 (tiga) orang Kepala Sub Bagian eselon IV a, dan 6 (enam) orang Kepala Sub Bidang eselon IV a. Selain itu didukung oleh Kelompok Jabatan Fungsional yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan sesuai bidang keahlian masing-masing. Dalam melaksanakan fungsinya Pejabat Fungsional dikelompokkan dalam instalasi-instalasi yang dikoordinir oleh Kepala Bidang bersangkutan.

Struktur organisasi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 14 tahun 2002 sebagai berikut:

Bagan VI.1 Struktur Organisasi DIREKTUR KEL. JABATAN FUNGSIONAL KABAG TU KASIUBAG UMUM KASUBAG KEPEG & DIKLAT KASUBAG REKAM MEDIS BIDANG PENUNJANG MEDIS & NON MEDIS BIDANG

KEUANGAN BID. YANMED DAN

KEPERAWATAN KASUBAG YANMED KASUBAG PROGAM & ANGGARAN KASUBAG PENUNJANG MEDIS KASUBAG KEPERAWATAN KASI PEMBUKUAN & VERIFIKASI KASUBAG PENUNJANG NON MEDIS

E. Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan

Kegiatan pelayanan bidang medis dan keperawatan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang membawahi 7 instalasi:

1. Instalasi Rawat Jalan

Pelayanan kesehatan rawat jalan dilaksanakan di klinik Umum dan klinik Spesialis, antara lain:

a. Klinik penyakit dalam

b. Klinik penyakit bedah

c. Klinik anak

d. Klinik penyakit kandungan

e. Klinik penyakit kulit dan kelamin

f. Klinik penyakit syaraf

g. Klinik penyakit THT

h. Klinik penyakit mata

2. Instalasi Rawat Inap

Pelayanan kesehatan rawat inap dilaksanakan di ruang/bangsal

a. Ruang Flamboyan b. Ruang Seruni c. Ruang Gladiol d. Ruang Kenanga e. Ruang Mawar f. Ruang Melati g. Ruang Menur h. Ruang Aster i. Ruang Dahlia j. Ruang Anggrek

3. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

4. Instalasi Bedah Sentral

5. Instalasi Intensif Care Unit (ICU)

7. Instalasi Rujukan dan Rujukan

F. Bidang Penunjang Medis dan Non Medis

1. Penunjang Medis

a. Instalasi Farmasi

b. Instalasi Radiologi

c. Instalasi Laboratorium

d. Instalasi Gizi

2. Penunjang Non Medis

a. Instalasi Laundry

b. Instalasi Kesehatan Lingkungan

c. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

d. Instalasi Penunjang Non Medis

e. Instalasi Pemulasaraan Jenazah

G. Ketenagakerjaan RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Secara umum jumlah tenaga RSUD Muntilan Kabupaten Magelang sebanyak 479 orang yang terdiri dari tenaga medis, keperawatan, penunjang medis dan non medis, keuangan serta administrasi. Data ketenagaan RSUD Muntilan secara rinci sebagai berikut:

1. Jabatan Struktural : 14 orang

2. Jabatan Fungsional Khusus

a. Dokter Spesialis : 19 orang

b. Tenaga Medis : 13 orang

c. Psikolog : 1 orang

d. Tenaga Keperawatan : 225 orang

e. Kefarmasian : 22 orang

f. Tenaga Kesmas : 7 orang

g. Tenaga Gizi : 9 orang

h. Tenaga Keterapian Fisik : 3 orang

i. Tenaga Keteknisi Medis : 26 orang

62

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat persepsi pada kualitas layanan kesehatan terhadap loyalitas pasien. Untuk itu digunakan analisis regresi berganda.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang. Yang menjadi responden penelitian ini adalah pasien rawat jalan RSUD Muntilan. Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini sebanyak 100 orang pasien rawat jalan.

Sebelum kuesioner disebarkan kepada 100 orang pasien rawat jalan, terlebih dahulu diujicobakan pada 30 orang pasien rawat jalan untuk menguji apakah butir pertanyaan tersebut telah valid dan reliabel dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Penyebaran 100 kuesioner dilakukan dengan cara mendatangi langsung pasien yang sedang melakukan rawat jalan di RSUD Muntilan di bawah pengawasan tim Litbang.

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan serta kepentingan pengujian hipotesis maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis deskriptif merupakan

analisis yang menjelaskan gejala-gejala yang terjadi pada variabel-variabel penelitian yang berpedoman pada hasil statistik. Analisis statistik merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer melalui program Statistical Product and Service Solutions (SPSS).

A. Analisis Data

1. Hasil Uji Validitas

Analisis validitas digunakan untuk memilih item-item pernyataan yang relevan untuk dianalisis, yang digunakan dengan melihat korelasi antara nilai masing-masing butir pernyataan dengan nilai total (nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan semua nilai pernyataan). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson, dengan rumus sebagai berikut: } ) ( { } ) ( {n x2 x 2 n y2 y 2 y x xy n Rxy           

Dimana Rxy = korelasi korelasi product moment x = nilai butir dari variabel

y = nilai total variabel n = jumlah sampel

Analisis validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada 30 pasien rawat jalan RSUD Muntilan. Analisis validitas pertama dilakukan terhadap kuesioner tentang persepsi pada kualitas layanan kesehatan yang terdiri dari kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/ assurance, empati/empathy, dan bukti fisik/tangible. Analisis validitas kedua dilakukan terhadap kuesioner tentang loyalitas pasien. Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for Window release 16. Hasil perhitungan analisis validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

Hasil validitas kuesioner baik untuk persepsi pada kualitas layanan kesehatan maupun loyalitas pasien dapat dikatakan valid karena tidak ada satu butir pernyataan pun yang memiliki nilai kurang dari r tabel sehingga semua butir pernyataan dapat diikutsertakan dalam proses selanjutnya. Hasil dapat dilihat pada tabel V.1

Tabel V.1

Hasil Analisis Validitas Persepsi pada Kualitas Layanan Kesehatan

Pernyataan Koefisien Korelasi r tabel Status

b1 0,686 0,2390 Valid b2 0,563 0,2390 Valid b3 0,435 0,2390 Valid b4 0,897 0,2390 Valid b5 0,654 0,2390 Valid b6 0,422 0,2390 Valid b7 0,421 0,2390 Valid b8 0,343 0,2390 Valid b9 0,355 0,2390 Valid b10 0,422 0,2390 Valid b11 0,897 0,2390 Valid b12 0,750 0,2390 Valid b13 0,672 0,2390 Valid b14 0,698 0,2390 Valid b15 0,725 0,2390 Valid b16 0,602 0,2390 Valid b17 0,413 0,2390 Valid b18 0,301 0,2390 Valid b19 0,897 0,2390 Valid b20 0,750 0,2390 Valid Tabel V.2

Hasil Analisis Validitas Loyalitas Pasien

Pernyataan Koefisien Korelasi r tabel Status

C1 0,661 0,2390 Valid

C2 0,613 0,2390 Valid

C3 0,500 0,2390 Valid

2. Analisis Reliabilitas

Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Analisis reliabilitas hanya dapat dilakukan pada pernyataan-pernyataan yang valid. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan koefisien dengan pertimbangan bahwa kuesioner yang dipakai adalah non dikotomi dan koefisien  merupakan formula dasar dalam pendekatan konsistensi internal dan merupakan estimasi yang baik terhadap reliabilitas pada banyak situasi pengukuran (Azwar, 2000:75-77).

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for window release 16. Hasil analisis reliabilitas terhadap kuesioner tentang persepsi pada kualitas layanan kesehatan menghasilkan angka standardized item alpha sebesar 0,906, sedangkan analisis reliabilitas terhadap kuesioner tentang loyalitas pasien menghasilkan angka standardized item alpha sebesar 0,759 (lihat pada lampiran 3).

Penentuan reliabilitas alat ukur di reliabel apabila nilai r Alpha > r tabel dengan arah positif. Nilai r tabel didapatkan dari df = 30-2 = 28, tingkat signifikansi 5%, didapatkan r tabel 0,239 (lampiran 3). Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai r Alpha untuk persepsi pada kualitas layanan kesehatan 0,906 dan loyalitas pasien 0,759. Dari hasil uji

reliabilitas dapat ditarik kesimpulan bahwa pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang diajukan adalah reliabel atau memiliki sifat konsistensi sebagai alat ukur karena mempunyai nilai r alpha> r tabel yaitu 0,906 > 0,239 dan 0,759 > 0,239.

3. Karakteristik Responden

Responden penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang berobat di RSUD Muntilan pada bulan Maret 2013 yang berjumlah 100 pasien. Karakteristik responden tersebut disajikan pada tabel V.3 berikut ini:

Tabel V.3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Umur 15-18 tahun 19-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-60 tahun 7 21 22 34 16 7,0 21,0 22,0 34,0 16,0 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 51 49 51,0 49,0 Pengalaman menjadi pasien 1 x 2 x 3 x 37 38 25 37,0 38,0 25,0 Sumber: lampiran 4

Berdasarkan tabel V.3 di atas ditinjau aspek usia, sebagian responden berusia antara 36 sampai 45 tahun yaitu ada 34 orang (34%). Sedangkan

responden yang paling sedikit adalah responden berusia antara 15 sampai 18 tahun yaitu ada 7 orang.

Bila ditinjau dari jenis kelamin sebagian besar responden adalah laki-laki yaitu ada 51 orang (51%). Sedangkan banyaknya responden perempuan ada 49 orang(49%). Data ini menunjukan reponden yang berobat di RSUD Muntilan pada bulan Maret sebagian besar adalah laki-laki.

Adapun ditinjau dari pengalaman menjadi pasien di RSUD Muntilan, sebagian besar responden 2 kali menjadi pasien yaitu ada 38 orang (38%) sedangkan responden yang paling sedikit adalah responden yang pernah 3 kali menjadi pasien di rumah sakit tersebut yaitu ada 25 orang (25%). Data ini menunjukan responden yang berobat di RSUD Muntilan sebagian besar 2 kali pernah menjadi pasien di rumah sakit tersebut.

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Asumsi Multikolinearitas

Uji asumsi multikolinearitas merupakan uji asumsi regresi berganda dengan pendekatan uji regresi linear. Uji asumsi ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen, dimana dalam penelitian ini adalah variabel persepsi pada kualitas layanan kesehatan yang terdiri dari dimensi reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible. Untuk

mendeteksi suatu variabel yang bebas multikolinearitas menggunakan pedoman apabila nilai VIF (variance inflation factor) di sekitar angka 1, mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1, dan koefisien korelasi antara variabel independen (p < 0,05). Hasil uji multikolinearitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel V.4 (data selengkapnya ada pada lampiran 5).

Tabel V.4

Hasil Uji Multikolinearitas Persepsi pada Kualitas Layanan Kesehatan

Variabel Bebas Nilai Tolerance Nilai VIF P X1 X2 X3 X4 X5 Reliability(X1) 0,852 1,173 -0,250 -0,136 -0,121 -0,093 Responsiveness (X2) 0,737 1,357 -0,250 -0,395 -0,278 0,005 Assurance(X3) 0,737 1,357 -0,136 -0,395 -0,309 -0,019 Empathy(X4) 0,861 1,161 -0,121 -0,278 -0,309 -0,044 Tangible (X5) 0,989 1,012 -0,093 0,005 -0,019 -0,044

Berdasarkan analisis pada tabel V.4 terlihat bahwa persepsi pada kualitas layanan kesehatan dari kelima dimensi mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1, mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1, dan koefisien korelasi dengan nilai p < 0,05, maka prasyarat

untuk uji multikolinearitas terpenuhi. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa persepsi pada kualitas layanan kesehatan yang terdiri dari reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible tidak terdapat masalah yang berhubungan dengan multikolinearitas, sehingga layak untuk dilakukan uji lanjut regresi berganda.

b. Uji Asumsi Heterokedastitas

Uji asumsi heterokedastisitas merupakan uji asumsi regresi berganda dengan pendekatan uji regresi linear. Uji asumsi ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variansi dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, namun jika variansi berbeda, maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik apabila tidak terjadi heterokedastisitas.

Untuk mendeteksi suatu variabel terjadi atau tidak terjadi heterokedastisitas dengan melihat sebaran data pada gambar grafik scatterplot. Pengambilan keputusan data tidak terjadi heterokedastisitas apabila tidak ada pola sebaran yang jelas,

titik-titik penyebaran di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, namun data terjadi heterokedastisitas apabila sebaran data atau titik-titik penyebaran membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian menyempit). Hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar grafik V.1 berikut:

Gambar V.1

Hasil Uji Heterokedastisitas Persepsi pada Kualitas Layanan Kesehatan

Dari gambar V.1 di atas data menyebar secara acak sehingga disimpulkan model regresi memenuhi asumsi homoskedastisitas dan tidak terjadi heterokedastisitas.

c. Uji Asumsi Normalitas

Uji normalitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data variabel bebas dan variabel terikat tergantung normal atau tidak. Model regresi yang baik apabila mempunyai sebaran data terdistribusi normal atau mendekati normal.

Pedoman yang digunakan untuk mengetahui normalitas data adalah apabila nilai signifikansi dari uji Kolmogorov Smirnov (KS-Z) dengan nilai p  0,050 maka sebaran data mengikuti distribusi normal, sedangkan apabila nilai p < 0,050 maka sebaran data tidak mengikuti distribusi normal.

Berdasarkan kaidah tersebut nilai signifikansi dari uji Kolmogorov Smirnov (KS-Z) untuk kualitas layanan kesehatan mempunyai nilai KS-Z sebesar 0,867 dengan nilai p > 0,050, maka sebaran data persepsi pada kualitas layanan kesehatan mengikuti distribusi normal. Adapun untuk loyalitas pasien mempunyai nilai uji Kolmogorov Smirnov (KS-Z) sebesar 1,385 p < 0,050, maka sebaran data loyalitas pasien tidak mengikuti distribusi normal (data secara keseluruh terdapat pada lampiran 5). Normalitas data juga dapat dilihat dari gambar grafik berikut:

Gambar V.2

Hasil Uji Normalitas Persepsi pada Kualitas Layanan Kesehatan

Normalitas data juga dapat dilihat dari sebaran data (gambar V.2) yang berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

d. Uji Asumsi Autokorelasi

Ukuran yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dinilai dengan menggunakan analisis Durbin-Watson. Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel V.5 berikut:

Tabel V.5

Hasil Analisis Durbin-WatsonPersepsi pada Kualitas Layanan Kesehatan

Variabel Bebas Koefisien

korelasi (r) Durbin-Watson Nilai p Persepsi pada reliability(X1) 0,431 1,595 0,001 Persepsi pada responsiveness(X2) 0,438 1,619 0,001 Persepsi pada assurance(X3) 0,658 1,772 0,001 Persepsi pada empathy(X4) 0,577 1,873 0,001 Persepsi pada tangible(X5) 0,502 1,742 0,001

Analisis pada tabel V.5 menunjukkan bahwa Durbin-Watson (DW) mempunyai nilai sebesar 1,595; 1,619; 1,772; 1,873; dan 1,742. Berdasarkan hasil statistik ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi, hal ini karena nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 ≤ DW ≤ + 2 (hasil uji selengkapnya terlihat pada lampiran 5).

Dokumen terkait