• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh persepsi pada kualitas layanan kesehatan terhadap loyalitas pasien : studi kasus pada pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh persepsi pada kualitas layanan kesehatan terhadap loyalitas pasien : studi kasus pada pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PERSEPSI PADA KUALITAS LAYANAN KESEHATAN TERHADAP LOYALITAS PASIEN

Studi Kasus pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Progam Studi Manajemen

Oleh:

Yunike Listianingsih Haryono NIM: 092214032

PROGAM STUDI MANAJEMEN JURUSUN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO dan PERSEMBAHAN

MOTTO:

Suka duka adalah berkat karena hidup adalah

mujizat

Penulis

“…Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun

aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku”

Mikha 7:8b

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Yesus Kristus Sang Juru

Selamat

Almarhum Papa

Mamaku tercinta

Kakak-kakakku tersayang

Kakak iparku Eko Warsono

(5)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN PROGAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

PENGARUH PERSEPSI PADA KUALITAS LAYANAN KESEHATAN TERHADAP LOYALITAS PASIEN

Studi Kasus pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan

dan diajukan untuk diuji pada tanggal,26 Juli 2013 adalah hasil karya saya.

Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meriru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya,

(6)
(7)
(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah atas karunia dan rahmaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Persepsi pada Kualitas Layanan Kesehatan terhadap Loyalitas Pasien: Studi Kasus pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Progam Studi Manajemen, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas limpahan kasih dan berkatnya.

2. Rama Dr. Ir. Paulus Wiryono P., S.J., selaku Rektor Universitas Sanata telah mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis dengan kesungguhan hati.

6. Bapak Drs. Hendra Poerwanto G., M.Si., selaku dosen pembimbing II, yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

7. Segenap dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak pengarahan dan bimbingan dalam menuntut ilmu di Perguruan Tinggi ini.

8. Segenap staf dan karyawan kesekretariatan Fakultas Ekonomi yang banyak memberikan bantuan dalam pengurusan segala sesuatu tentang perkuliahan. 9. Tim Litbang Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang

yang telah memfasilitasi dalam penelitian penulis.

10. Seluruh pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang

11. Almarhum papa yang membuat penulis selalu bersemangat.

12. Mamaku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasehat, kebahagian, dan memberikan penghidupan yang layak bagiku. 13. Ke-3 kakak-kakakku ko Irawan, ko Harry, ci Christin yang selalu

(9)

ix

14. Sahabat-sahabatku terkasih (Prita, Benny, Vincent, Defvy, Kori, Vida) terimakasih buat semua dukungan, masukan, kebersamaan, dan selalu memberikan semangat. I love you guys.

15. Teman-temanku Manajemen 2009 (Sr Klarensia, Tere, Bram, Indar, Andro, Nadia, Nio, Gabby, Christian, Putri, Lau, Agustin, dkk) terima kasih untuk semua masukan, dukungan dan juga ejekannya.

16. Temanku Yohanes Gabriel Aris Widana Putra yang memberi masukan dalam penulisan skripsi.

17. Teman-temanku di Muntilan (Lala, Ricky, Kristian) terima kasih selalu memberikan semangat.

18. Buat semua pria yang pernah singgah di hatiku “Biarlah maaf tak pernah terucap dan cinta tak pernah terungkap....!”

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR... viii

HALAMAN DAFTAR ISI... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xv

HALAMAN ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

(11)

xi

1. Pemasaran ... 7

2. Manajemen Pemasaran... 8

3. Jasa ... 8

4. Kualitas Pelayanan ... 11

5. Loyalitas Pelanggan ... 14

6. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan... 18

7. Rumah Sakit ... 19

8. Persepsi ... 21

B. Penelitian Sebelumnya ... 22

C. Kerangka Konseptual ... 24

D. Hipotesis Penelitian... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian... 27

B. Subjek dan Objek Penelitisn ... 27

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 28

D. Variabel Penelitian ... 28

E. Definisi Operasional... 36

F. Polulasi dan Sampel ... 38

G. Teknik Pengambilan Sampel... 39

H. Sumber Data... 40

I. Teknik Pengumpulan Data... 40

J. Teknik Pengujian Instrument ... 41

K. Uji Asumsi Klasik Model Regresi Berganda ... 43

L. Teknik Analsisi Data... 48

M. Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 51

(12)

xii

B. Visi dan Misi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang ... 53

C. Tugas dan Fungsi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang... 54

D. Struktur Organisasi ... 54

E. Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan... 57

F. Bidang Penunjang Medis dan Non Medis... 59

G. Ketenagakerjaan RSUD Muntilan Kabupaten Magelang ... 60

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Analisis Data ... 63

1. Hasil Uji Validitas... 63

2. Analisis Reliabilitas ... 66

3. Karakteristik Resonden ... 67

4. Uji Asumsi Klasik ... 69

5. Uji Regresi Linear Berganda... 75

B. Pembahasan... 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran... 87

C. Keterbatasan Penelitian... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

V.1 Hasil Analisis Validitas Kualitas Layanan Kesehatan ... 63

V.2 Hasil Analisis Validitas Loyalitas Pasien ... 63

V.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik ... 68

V.4 Hasil Uji Multikolinearitas Persepsi padaKualitas Layanan Kesehatan ... 70

V.5 Hasil Analisis Durbin Waston Kualitas Layanan Kesehatan ... 75

V.6 Hasil Uji Pengaruh Persepsi pada Kualitas Layanan Kesehatan terhadap Loyalitas Pasien di RSUD Muntilan ... 77

V.7 Uji Hipotesis Model Regresi ... 78

V.8 Hasil Koefesien Determinasi (R2) ... 79

V.9 Hasil Pengukuran Variabel ... 80

V10 Pengukuran Variabel Persepsi pada Kualitas Layanan Kesehatan ... 81

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Pengaruh Dimensi Kualitas terhadap Loyalitas Pelanggan ... 19

II.2 Kerangka Konseptual ... 24

V.1 Hasil Uji HeterokedasitasPersepsi pada Kualitas Layanan Kesehatan ... 72

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran JudulHalaman

Lampiran 1 Data Penelitian ... 92

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian... 99

Lampiran 3 Uji Validas dan Reliabitas ... 104

Lampiran 4 Karakteristik Responden ... 109

Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik ... 111

Lampiran 6 Uji Regresi Berganda ... 117

(16)

xvi ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI PADA KUALITAS LAYANAN KESEHATAN TERHADAP LOYALITAS PASIEN

Studi Kasus pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan

Yunike Listianingsih Haryono Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

(17)

xvii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PERCEPTION ON THE QUALITY OF HEALTHCARE SERVICES TOWARDS THE PATIENT’S LOYALTY

Case study of outpatients at Regional General Hospital of Muntilan

Yunike Listianingsih Haryono Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

upaya dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik

dalam menghadapi dan menangani masalah medis untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik. Hakikat dasar dari penyelenggaraan

pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pemenuhan kebutuhan dan tuntutan

dari para pemakai jasa pelayanan kesehatan (pasien) di mana pasien

mengharapkan suatu penyelesaian dari masalah kesehatannya pada rumah

sakit. Oleh karena itu pasien memandang bahwa rumah sakit harus lebih

mampu dalam pemberian pelayanan medis dalam upaya penyembuhan dan

pemulihan yang berkualitas, cepat tanggap atas keluhan serta penyedia layanan

kesehatan yang nyaman.

Dalam perkembangannya saat ini, rumah sakit harus melakukan suatu

upaya untuk tetap bertahan dan berkembang mengingat besarnya biaya

operasional rumah sakit yang disertai meningkatnya kompetisi kualitas

pelayanan jasa rumah sakit. Pasien merupakan sumber pendapatan dari rumah

(19)

sakit perlu mempertahankan dan meningkatkan kunjungan pasien dengan

menampilkan dan memberikan kualitas pelayanan yang baik.

Pada kenyataan, sering bermunculan berita mengenai opini dari sebagaian

masyarakat yang meragukan kualitas pelayanan medis yang diberikan rumah

sakit, yang disebabkan pelayanan kesehatan yang diberikan tidak sesuai dengan

yang pasien harapkan. Hal tersebut sangat disayangkan, mengingat pasien

merupakan sumber pendapatan dari rumah sakit. Artinya sebuah sakit tidak

akan ada artinya tanpa adanya pasien.

Persaingan yang semakin ketat akhir-akhir ini menuntut sebuah lembaga

penyedia jasa atau layanan untuk selalu memanjakan konsumen atau pelanggan

dengan memberikan pelayanan terbaik. Para pelanggan akan mencari produk

berupa barang atau jasa dari perusahaan yang memberikan jasa terbaik

kepadanya.

Pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang sangat puas dengan produk

atau jasa tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya

kepada siapapun yang dikenal (Griffin, 2006:28) Loyalitas pasien dapat

diartikan sebagai kesetiaan seseorang atas suatu produk atau jasa tertentu yang

merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan pasien dalam

menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit

serta untuk tetap menjadi pelanggan rumah sakit tersebut. Loyalitas menjadi

(20)

mempunyai kekuatan dan sikap positif terhadap rumah sakit. Karakteristik dari

loyalitas didasarkan pada keterkaitan pelanggan terhadap rumah sakit yang

diklasifikasi silang dengan pola pembelian ulang. Sedangkan eksistensi

konsumen yang loyal, tidak hanya bersedia membeli ulang produk atau jasa,

tetapi juga kesediaanya untuk merekomendasikan produk atau jasa tersebut

kepada teman, anggota keluarga dan kolega mereka.

Loyalitas pasien terjadi ketika dimensi kualitas layanan kesehatan terpenuhi

seperti kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan

(assurance), empati (empathy) dan bukti fisik (tangibles).

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan tersebut, penulis tertarik untuk

mengambil judul penelitian Pengaruh Persepsi pada Kualitas Layanan Kesehatan Terhadap Loyalitas Pasien.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh persepsi pada kualitas layanan kesehatan terhadap

loyalitas pasien?

C. Pembatasan Masalah

Dimensi kualitas yang diteliti adalah

a. Kehandalan (reliability)

(21)

c. Jaminan (assurance)

d. Empati (empathy)

e. Bukti fisik (tangible)

Dimensi lain yang berhubungan dengan kualitas layanan tidak akan dibahas.

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh persepsi pada kualitas layanan

kesehatan terhadap loyalitas pasien.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pihak Rumah Sakit

Rumah sakit diharapkan dapat melihat bagaimana persepsi pada kualitas

layanan kesehatan berpengaruh terhadap loyalitas pasien. Dengan

mengetahui pengaruh ini, maka rumah sakit dapat memakai hasil

penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan arah dan

strategi yang ditempuh guna memberikan pelayanan yang baik bagi

pasien. Hal tersebut penting karena apabila pasien merasa puas dengan

layanan yang diberikan membuat pasien loyal.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian

(22)

bacaan ilmiah bagi civitas akademik, sehingga dapat menambah fungsi

universitas sebagai wahana menggali ilmu pengetahuan.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh di

bangku kuliah dan diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan

bagi penulis.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan permasalahan,

pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi mengenai landasan teori, hasil penelitian

sebelumnya, kerangka konseptual penelitian dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai jenis penelitian, subjek dan objek, waktu

dan lokasi, variabel, definisi operasional, populasi dan sampel,

teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrument, teknik

(23)

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menjelaskan mengenai subjek penelitian yaitu sejarah

perusahaan, bidang usaha, struktur organisasi, dan profil

perusahaan.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi dua hal pokok. Pertama paparan atau deskripsi

mengenai temuan yang diperoleh dan analisisnya, baik secara

kualitatif (data dalam tabel atau grafik) maupun secara kualitatif.

Kedua memuat hasil uji statistik.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap masalah yang

(24)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu faktor kegiatan penting perusahaan

dalam mencapai tujuan perusahaan diantaranya mencari laba dan

bertahan hidup. Apabila pemasar dilakukan secara tepat, maka

perusahaan dapat terus mempertahankan bahkan meningkatkan

eksistensinya dengan cara mengembangkan barang dan jasa yang

menawarkan nilai lebih kepada konsumen.

Definisi pemasaran menurut Kotler (2005:6) adalah suatu proses

sosial antara individu dan kelompok dengan proses mendapatkan apa

yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan produk atau

jasa yang bernilai tinggi.

Sedangkan definisi pemasaran menurut Kotler dan Amstrong

(2008:10) adalah proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi

pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan

sebagai imbalannya.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa

(25)

yang memiliki hubungan dengan pasar yaitu untuk memenuhi kebutuhan

dan keinginan mereka.

2. Manajemen Pemasaran

Dalam setiap kegiatan pemasaran, perusahaan berusaha untuk

menghasilkan laba dari setiap penjualan barang dan jasa yang diproduksi.

Agar target penjualan perusahaan tercapai, maka diperlukan suatu

manajemen untuk memilih dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang

disebut dengan manajemen pemasaran.

Menurut Kotler (2002:3) manajemen pemasaran adalah proses

perencanaan dan pelaksanan pemikiran, penetapan harga, promosi serta

penyaluran gagasan barang atau jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memuaskan tujuan dan organisasi.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisis,

perencanaan, pengkoordinasian, pengendalian barang dan jasa melalui

pertukaran yang menghasilkan keputusan bagi pihak-pihak yang terlibat.

3. Jasa

a. Pengertian Jasa

Menurut Kotler (dalam Lupiyoadi 2001:6) jasa adalah setiap

tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada

(26)

kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berkaitan dengan produk

fisik atau sebaliknya.

Sementara perusahaan yang memberikan operasi jasa adalah

perusahaan yang memberikan konsumen produk jasa baik yang

berwujud atau tidak, seperti transportasi, hiburan, restoran,

pendidikan dan kesehatan. Dari definisi di atas, tampak bahwa di

dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan

pihak produsen (jasa), meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak

selalu menyadari. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses

atau aktivitas yang tidak berwujud.

b. Karakteristik Jasa

Menurut Tjiptono (2007:34), jasa memiliki empat karakteristik

yaitu:

1) Jasa Tidak Berwujud (intangibility)

Jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud. Tidak seperti

poduk fisik, jasa tidak bisa dilihat, dirasa, diraba, didengar

atau dicium sebelum jasa itu dibeli.

2) Jasa Dapat Dipisahkan (inseparability)

Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara berasamaan.

Tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam

(27)

kemudian baru dikonsumsi. Jika jasa itu dilakukan oleh orang,

maka penyedianya adalah bagian dari jasa.

3) Variabilitas (variability)

Jasa sangat bervariasi, karena tergantung pada siapa yang

menyediakan dan kapan serta di mana jasa itu dilakakukan.

Langkah-langkah untuk menuju ke kontrol kualitas yaitu:

investasi dalam seleksi dan pelatihan karyawan yang baik,

menstandardisasi proses pelaksanaan jasa di seluruh

organisasi, memonitor kepuasan pelanggan lewat sistem saran

dan keluhan, survei pelanggan dan belanja perbandingan,

sehingga pelayanan yang kurang dapat didekteksi dan

diperbaiki.

4) Tidak Tahan Lama (perishability)

Jasa tidak dapat disimpan. Tidak tahan lamanya jasa tidak

menjadi masalah bila permintaan tetap karena mudah

mengatur staf untuk melakukan jasa tersebut, tetapi akan sulit

(28)

4. Kualitas Pelayanan

a. Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, proses, manusia dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2004:51)

Kualitas pelayanan jasa adalah ukuran seberapa bagus tingkat

layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspetasi pelanggan

Lewis dan Booms (dalam Tjiptono 2005:121)

Para ahli melihat kualitas pelayanan, berpengaruh pada kinerja

dan kegiatan organisasi dalam mencari keuntungan, untuk

menjadikan pelanggan setia dan menerima apa yang ditawarkan

sehingga mereka puas Lovelock (dalam Tjiptono 2004:8) Kualitas

pelayanan merupakan hal prima dan keharusan, bila organisasi

ingin maju. Keliru bahwa orang mengatakan bahwa suksesnya

organisasi hanya tergantung dari kerja keras tanpa kualitas.

Sebenarnya yang terjadi adalah penyedia jasa memberikan kualitas

pelayanan maksimal kepada pelanggan potensial, sehingga mereka

dipuaskan. Betapapun baiknya kerja karyawan bila kualitas layanan

buruk, organisasi akan ditinggalkan pelanggannya. Sebab peran

pelanggan merupakan orang yang menentukan baik tidaknya suatu

(29)

pelayanan kepada pelanggan adalah kontak personal. Itulah yang

menentukan andilnya sukses organisasi.

Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas dapat

disimpulkan bahwa kualitas layanan yang baik atau bermutu sangat

penting dilakukan dalam perusahaan karena dengan kualitas yang

baik konsumen akan terpuaskan dan melakukan pembelian ulang.

Oleh karena itu, baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada

kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan

secara konsisiten.

b. Dimensi Kualitas Jasa

Menurut Pasasuraman, Zeithaml, Berry (dalam Tjiptono 1998)

terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat

kepentingan relatifnya sebagai berikut:

1) Reliabilitas (reliability)

Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan

layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat

kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya dengan waktu

yang disepakati.

2) Daya Tanggap (responsiveness)

Daya tanggap berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan

(30)

permintaan mereka, serta mengimformasikan kapan jasa akan

diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.

3) Jaminan (Assurance)

Jaminan berkenaan dengan perilaku karyawan mampu

menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan

dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para

pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan

selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap

pertanyaan atau masalah pelanggan.

4) Empati (empathy)

Empati berarti bahwa perusahaan memahami masalah para

pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada

pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.

5) Bukti Fisik (tangibles)

Berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan

material yang digunakan perusahaan, serta penampilan

(31)

5. Loyalitas Pelanggan

a. Pengertian Loyalitas

Loyalitas pelanggan adalah kunci utama dari perusahaan untuk

menang dalam persaingan, baik perusahaan jasa maupun perusahaan

barang (Tjiptono, 2004:24) Loyalitas itu tergantung dari puas atau

tidaknya pelanggan dalam menerima kinerja suatu produk dan

harapan-harapan yang dicarinya (Kotler, 1997:36-37). Loyalitas

berlanjut manakala pelanggan merasa dipuaskan, dan sebaliknya

jika produk dan jasa yang diterima tidak seperti yang diharapkan,

maka pelanggan tidak loyal. Hal ini terkait dengan harapan yang

didasarkan pengalaman masa lalu pelanggan, opini kawan atau

komitmen janji pemasar jasa (Kotler and Amstrong, 2001:298).

Loyalitas pelanggan tercipta karena adanya hubungan yang

harmonis antara pelanggan dengan perusahaan dan hubungan

harmonis itu tercipta karena adanya kepuasan dari pihak pelanggan

yang nantinya akan menimbulkan loyalitas dari konsumen kepada

tempat belanja tersebut.

Loyalitas pelanggan adalah pembelian kembali karena ada

komitmen untuk yakin terhadap suatu merk atau perusahaan.

(32)

pengambilan keputusan dan tindakan pembelian yang dilakukan, di

mana hal tersebut memiliki kaitan dengan proses pembelajaran.

Loyalitas pelanggan secara umum dapat diartikan sebagi suatu

kesetiaan seseorang yaitu konsumen atas suatu produk, baik barang

maupun jasa tertentu, dengan kata lain loyalitas adalah perilaku

pembelian kembali produk yang sama, dengan berdasarkan

keyakinan dan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan.

Loyalitas merupakan suatu bukti bahwa konsumen yang selalu

menjadi pelanggan yang memiliki kekuatan dan sifat positif

terhadap perusahaan tersebut.

Berbeda dari kepuasan, yang merupakan sikap, loyalitas dapat

didefinisikan berdasarkan perilaku membeli. Pelanggan yang loyal

adalah orang yang melakukan pembelian ulang secara teratur,

membeli antar lini produk atau jasa, mereferensikan kepada orang

lain dan menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing

(Griffin, 2002:31)

b. Jenis – Jenis Loyalitas

Menurut Griffin (2002:20-24) dua faktor sangat penting bila

ingin mengembangkan loyalitas: pertama, keterikatan (attachment)

(33)

terhadap produk atau jasa pesaing potensial, dan pembelian yang

berulang. Faktor kedua adalah pembelian berulang.

Griffin membagi loyalitas dalam empat jenis yaitu:

1) Tanpa loyalitas

Yaitu beberapa konsumen yang tidak mengembangkan

loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu karena

beranggapan tidak ada perbedaan tempat penyedia barang atau

jasa tertentu.

2) Loyalitas yang lemah

Yaitu keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian

ulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah.

Konsumen ini membeli karena kebiasaan.

3) Loyalitas tersembunyi

Yaitu tingkat preferensi yang tinggi digabung dengan tingkat

pembelian berulang yang rendah. Menunjukan loyalitas

tersembunyi.

4) Loyalitas premium

Yaitu terjadi apabila ada tingkat keterikatan yang tinggi dan

(34)

c. Ciri-Ciri Loyalitas

Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2001:189) pelanggan yang

loyal menunjukan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Repeat: Apabila konsumen membutuhkan produk atau jasa

akan membeli produk tersebut pada perusahaan tersebut.

2) Retention: Konsumen tidak berperngaruh kepada pelayanan

yang ditawarkan oleh pihak lain.

3) Reffeal: Jika produk atau jasa baik, konsumen akan

mempromosikan kepada orang lain, jika buruk konsumen

diam dan memberitahukannya kepada perusahaan.

d. Cara Mengukur Loyalitas Pelanggan

Menurut Strom dan Thiry (dalam Griffin 2003:31) pelanggan

yang loyal:

1) Frekuensi melakukan pembelian atau kunjungan berulang

secara teratur dalam periode tertentu.

2) Membeli lini barang atau jasa.

3) Merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan

barang atau jasa.

(35)

6. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan adalah

melakukan segala sesuatu secara benar sejak awal. Bila itu tercapai maka

akan mewujudkan loyalitas pelanggan.

Kualitas pelayanan mempunyai hubungan yang erat dengan loyalitas

pelayanan hal ini dikemukakan dalam penelitian Bloemer (1999:1088)

“Service Quality is positively across different types of service industries”.

Selanjutnya (Zeithanml 1996) mengemukakan “Report a strong

association between overall service quality and service loyalty across

multiple companies” terdapat hubungan yang erat diantara keseluruhan

dimensi dari kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan dari beberapa

perusahaan. Yang dimaksud dengan Overall service quality adalah

dimensi kualitas pelayanan yang terdiri dari (1) Reliability, (2)

Responsiveness, (3) Assurance (4) Empathy, (5) Tangibles. Sedangkan

yang dimaksud Overall service loyalty adalah dimensi dari loyalitas

pelayanan yang terdiri dari (1) Word of mouth comunications, (2)

Purchase intention, (3) Price sensivity, (4) Complaining behavior.

Kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang erat dan

(36)

Gambar II.1

Pengaruh Dimensi Kualitas terhadap Loyalitas Pelanggan

7. Rumah Sakit

a. Pengertian Rumah Sakit

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No159b/Men.Kes/PER/II/1998, mencakup pengertian Rumah Sakit

sebagai berikut:

1) Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan untuk

menyelenggarakan kegiatan kesehatan serta dapat

dimamfaatkan untuk pendidikan tenaga kerja dalam bidang

(37)

2) Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan rumah sakit semua jenis penyakit dan

yang bersifat dasar sampai dengan yang bersubspesialistik.

3) Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis

penyakit tertentu.

4) Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit umum yang

dipakai untuk tempat pendidikan tenaga medik tingkat S1, S2

dan S3.

b. Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit memiliki arti dan fungsi yang sangat penting

karena rumah sakit merupakan lembaga sosial yang berperan aktif

dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat dan lingkungan.

Berikut fungsi rumah sakit menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No159b/Men.Kes/PER/II/1998 :

1) Fungsi pelayanan intramural, yaitu segala kegiatan pelayanan

medis dan penunjangnya dan kesemuanya dilakukan dalam

batas tembok rumah sakit seperti pelayanan, pengobatan, dan

(38)

rawat jalan dan penyelenggaraan pendidikan bagi para tenaga

medik.

2) Fungsi pelayanan ekstramural, yaitu kegiatan dibidang

kesehatan dimasyarakat dan penyelenggaraannya dapat secara

hospital based/di luar batas rumah sakit seperti pelayanan

terpadu yang menyangkut progam keluarga berencana, gizi,

penyuluhan kesehatan pada masyarakat, rehabilitasi preventif

dan pelayanan suportif yaitu rumah sakit berusaha terlibat

langsung dengan masyarakat sehingga mengetahui kebutuhan

nyata masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya.

8. Persepsi

Orang yang termotivasi siap bertindak. Bagaimana ia bertindak

dipengaruhi oleh pandangannya tentang situasi. Dalam pemasaran,

persepsi lebih penting daripada realitas, karena persepsi konsumen

mempengaruhi perilaku aktual konsumen. Persepsi (perception) adalah

proses di mana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan

informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. Poin

utamanya adalah bahwa persepsi tidak hanya tergatung pada ransangan

fisik, tetapi juga pada hubungan ransangan terhadap bidang yang

(39)

lebih penting daripada realitas, karena persepsi yang mempengaruhi

perilaku aktual konsumen (Kotler, 2009:180).

B. Penelitian Sebelumnya

Sonny Hartanto. 2008. Pengaruh Kepuasan Konsumen tentang Kualitas

Pelayanan Jasa Medis Terhadap Terciptanya Word of Mouth.

Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi apakah kepuasan konsumen

tentang loyalitas pelayanan medis yang meliputi reliability, responsiveness,

assurance, empathy, dan tangible berpengaruh terhadap terciptanya word of

mouth.

Jenis penelitian penulis adalah studi kasus yang dilaksanakan di BPK RSU

Kabupaten Magelang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat

inap di BPK RSU Kabupaten Magelang. Sampel yang digunakan sebanyak 100

orang pasien rawat inap. Teknik sampling yang dipakai penulis adalah

purposive sampling. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

kuesioner yang bertujuan untuk mendapatkan data mengenai kepuasan

konsumen dan terciptanya word of mouth. Teknik dokumentasi dilakukan

untuk mngumpulkan data di BPK RSU Kabupaten Magelang yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam menganalisis data yang

diperoleh, penulis menggunakan model IKP (Indeks Kepuasan Pelanggan) dan

(40)

digunakan uji F, dan untuk mengatuhui pengaruh secara parsial menggunakan

uji T.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara simultan maupun parsial

kepuasan konsumen tentang kualitas pelayanan jasa medis meliputi reliability,

responsiveness, assurance, empathy, dan tangible berpengaruh terhadap

terciptanya word of mouth. Hasil penelitian menunjukan secara umum pasien

puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh BPK RSU Kabupaten Magelang.

Meskipun demikian masih ada beberapa responden (pasien) yang tidak puas

terhadap pelayanan rumah sakit tersebut. Berdasarkan analisis penelusuran

terhadap kepuasan konsumen masing-masing item pertanyaan ditemukan

sejumlah pelayanan belum mampu memuaskan pasien oleh karena iu peneliti

ingin memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada penelitian

sebelumnya seperti :

1. Pada dimensi reliability, kinerja yang diperlukan adalah ketelitian dokter

dan perawat dalam memeriksa dan mengobati pasien.

2. Pada dimensi responsiveness, kinerja yang perlu ditingkatan adalah

kecepatan dokter dan perawat dalam menangani keluhan sakit pasien.

3. Pada dimensi assurance, kinerja yang perlu ditingkatkan adalah ketepatan

dokter dalam mendiagnosa penyakit pasien.

4. Pada dimensi empathy, kinerja yang perlu ditingkatkan adalah kesabaran

(41)

5. Pada dimensi tangible, kinerja yang perlu ditingkatkan adalah kebersihan

dan kenyamanan kamar inap.

C. Kerangka Konseptual

Untuk memudahkan dalam memahami hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen dalam penelitian ini, maka disusunlah

kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar II.2

Kerangka Konseptual

Pada landasan teori tertulis bahwa dimensi kualitas pelayanan jasa

mempunyai hubungan yang erat dengan loyalitas. Dari teori tersebut penulis

berasumsi bahwa dimensi kualitas yaitu reliability, assurance, responsiveness,

empathy, dan tangibleakan menciptakan loyalitas pasien. Kualitas

Layanan

(42)

D. Hipotesis Penelitian

Penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi pada Kualitas Pelayanan

Kesehatan Terhadap Loyalitas Pasien” mempunyai hipotesis berdasarkan

literature sebagai berikut:

Pengaruh antara seluruh dimensi kualitas pelayanan dan dimensi kesetiaan

pelayanan diselidiki secara empiris oleh Boulding (1997) hasilnya “found

positive relationship between service quality and repurchase intention and

willingness to recommend” ditemukan hubungan-hubungan positif antara

kualitas pelayanan dengan maksud-maksud pembelian dan kemauan untuk

memberikan kejujuran. Kesetian harga premi dan tetap setia bahkan bila harga

naik.

Selanjutnya Zeithalm (1990) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan,

“reported a positive relationship between service quality and two

aforementioned loyality dimensions”, hasil penelitian tersebut menyatakan

adanya pengaruh positif antara kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan,

khususnya dalam kesetiaan mau membayar atau membeli walaupun

harga-harga naik, kemudian parasuraman (1998) menyatakan “Argue that reliability

is considered as the most important dimension in regard to customer quality”

pendapat ini menekankan bahwa yang paling kuat mempengaruhi loyalitas

(43)

Kualitas pelayanan mempunyai hubungan yang erat dengan loyalitas

pelayanan hal ini dikemukakan dalam penelitian Bloemer (1999:1088)

“Service Quality is positively across different types of service industries”.

Selanjutnya (Zeithanml 1996) mengemukakan “Report a strong association

between overall service quality and service loyalty across multiple companies”

terdapat hubungan yang erat diantara keseluruhan dimensi dari kualitas

pelayanan dengan loyalitas pelanggan dari beberapa perusahaan. Yang

dimaksud dengan Overall service quality adalah dimensi kualitas pelayanan

yang terdiri dari (1) Reliability, (2) Responsiveness, (3) Assurance (4)

Empathy, (5) Tangibles. Sedangkan yang dimaksud Overall service loyalty

adalah dimensi dari loyalitas pelayanan yang terdiri dari (1) Word of mouth

comunications, (2) Purchase intention, (3) Price sensivity, (4) Complaining

behavior(Laksana, 2008:185)

Berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan di atas, penulis

merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Persepsi pada kualitas layanan kesehatan berpengaruh terhadap loyalitas

(44)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan cakupan populasi dan kesimpulan yang diharapkan, maka

penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Studi kasus adalah suatu

penelitian yang terinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurung waktu

tertentu termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya dengan cukup

menyeluruh.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang akan memberikan informasi

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada kasus ini, yang

menjadi subjek adalah pasien rawat jalan berumur 15 tahun – 60 tahun

yang sedang menjalani pengobatan atau perawatan kesehatan di RSUD

Muntilan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian yaitu data atau informasi yang menjadi perhatian pokok

dalam penelitian. Objek penelitian ini adalah:

(45)

b. Loyalitas pasien.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dijadikan obyek penelitian atau

faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti dalam

penelitian.

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas layanan

yang dirinci menjadi 5 variabel, yaitu:

X1Persepsi pada Kehandalan (Reliability)

Berkaitan dengan cara pandang seseorang pada kemampuan

perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali

tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai

(46)

Indikator:

- Prosedur penerimaan pasien yang mudah atau cepat

- Pelayanan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan yang cepat

- Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit

- Dokter dan perawat datang sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Pada kuesioner tercantum pada nomor 1 – 4

X2Persepsi pada Daya Tanggap (Responsiveness)

berkenaan dengan cara pandang seseorang pada kesediaan dan

kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan

merespon permintaan mereka, serta mengimformasikan kapan jasa

akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.

Indikator:

- Dokter menanyakan keluhan penyakit yang diderita pasien

- Kemampuan dokter dan perawat untuk cepat tanggap

menyelesaikan keluhan pasien

- Dokter dan perawat memberikan informasi yang jelas, mudah

dimengerti

- Dokter dan perawat menjalin komunikasi dengan pasien.

(47)

X3Persepsi pada Jaminan (Assurance)

Berkenaan dengan cara penilaian seseorang pada perilaku karyawan

mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap peruasahaan

dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya.

Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan

menguasai pengetahuaan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk

menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.

Indikator:

- Ketepatan dan ketelitian dokter dalam mendiagnosis penyakit

pasien

- Dokter yang selalu ada guna memberikan jaminan kepercayaan

bagi pasien

- Dokter dan perawat yang terampil merawat pasien

- Dokter dan perawat bersikap ramah.

Pada kuesioner tercantum pada nomor 9 – 12

X4Persepsi pada Empati (Empathy)

Berkenaan dengan cara pandang seseorang pada ketika memahami

masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan

pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada pelanggan

dan memiliki jam operasi yang nyaman.

(48)

- Dokter dan perawat memberikan perhatian khusus kepada setiap

pasien

- Dokter dan perawat memahami kebutuhan pasien

- Memberikan pelayanan yang baik kepada semua pasien tanpa

memandang status sosial

- Dokter dan perawat penuh kesabaran dalam menangani keluhan

pasien.

Pada kuesioner tercantum pada nomor 13 - 16

X5Persepsi pada Bukti Fisik (Tangibles)

Berkenaan dengan cara pada seseorang pada daya tarik fasilitas fisik,

perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta

penampilan karyawan.

Indikator:

- Rumah sakit menjaga dan memperhatikan kebersihan dan

lingkungan perawatan

- Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan medis

- Kerapian dan kebersihan penampilan petugas

- Tersedia tempat parkir yang luas, tempat ibadah dan toilet yang

bersih.

(49)

2. Variabel dependen (Y)

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah

loyalitas pasien.

Indikator:

- Pasien akan menggunakan jasa RSUD Muntilan pada saat

mengalami gangguan kesehatan

- Kesediaan pasien untuk menyampaikan kualitas pelayanan RSUD

Muntilan yang bagus kepada orang lain

- Pasien akan tetap menggunakan jasa RSUD Muntilan meskipun

pernah dikecewakan

- Pasien bersedia menganjurkan kepada saudara dan teman untuk

menggunakan jasa RSUD Muntilan.

Pada kuesioner tercantum pada nomor 1 – 4

Pengukuran Variabel

Data untuk variabel independen dan dipenden dikuantitatifkan dengan

memberi bobot untuk masing-masing variabel dengan menggunakan

skala Likert’s (Suliyanto, 2006:82) Setiap pertanyaan kuesioner akan diberikan lima pilihan jawaban dan akan diberi skor satu sampai lima.

(50)

 Pendapat Pasien tentang Kualitas Layanan Kesehatan

Pada variabel dependen, diberikan bobot skor sebagai berikut:

 Untuk kesediaan dimasa yang akan datang

(51)

Untuk mendapatkan skor, dari setiap jawaban responden setiap

pertanyaan mempunyai lima alternatif jawaban yang berurutan dan

berjenjang dari jawaban yang terbaik hingga terburuk. Dengan

menggunakan interval kelas yang ditunjukan:

1. Pertanyaan untuk pengukuran persepsi pada kualitas layanan

kesehatan terdiri dari 20 pertanyaan dengan skor 1, 2, 3, 4, 5 antara

lain:

SB (Sangat Baik) : Skor 5 x 20 = 100

B (Baik) : Skor 4 x 20 = 80

RR (Ragu-Ragu) : Skor 3 x 20 = 60

TB (Tidak Baik) : Skor 2 x 20 = 40

STB (Sangat Tidak Baik) : Skor 1 x 20 = 20

Skor terendah adalah 20

Skor tertinggi adalah 100

Dalam menentukan interval yang digunakan untuk membentuk

keakuratan informasi adalah digunakan rumus struges:

Interval kelas :

(52)

Dengan interval kelas seperti ini dapat dikelompokan tingkatan

sebagai berikut:

Skor 20 – 46,7 : dikatakan persepsi pada kualitas layanan rendah

Skor 46,8 – 73,5 : dikatakan persepsi pada kualitas layanan sedang

Skor > 73,6 : dikatakan persepsi pada kualitas layanan tinggi

2. Pertanyaan untuk loyalitas terdiri dari 4 pertanyaan dengan skor 1,

2, 3, 4, 5 antara lain:

SB (Sangat Bersedia) : Skor 5 x 4 = 20

B (Bersedia) : Skor 4 x 4 = 16

RR (Ragu-Ragu) : Skor 3 x 4 = 12

TB (Tidak Bersedia) : Skor 2 x 4 = 8

STB (Sangat Tidak Bersedia) : Skor 1 x 4 = 4

Skor terendah adalah 4

Skor tertinggi adalah 20

Interval kelas :

Dengan demikian skala loyalitas, sebagai berikut:

Skor 4 – 9,33 : loyalitas rendah

(53)

Skor > 14,68 : loyalitas tinggi

E. Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Pelayanan medis adalah pelayanan yang diberikan para ahli pelayanan

medik yaitu dokter dan perawat terhadap pasien rumah sakit.

2. Pelayanan klinik adalah pelayanan yang disediakan pihak rumah sakit

berupa fasilitas kamar praktik dan penunjangnya untuk membantu

mencegah penyakit, meningkatkan dan memulihkan kesehatan pasien.

3. Pelayanan farmasi adalah pelayanan yang menyediakan obat-obatan

sesuai dengan resep dokter dan kebutuhan pasien.

4. Pasien rawat jalan adalah seseorang yang menjalani penyembuhan suatu

penyakit di suatu rumah sakit tanpa perlu menginap di sana.

5. Kualitas pelayanan RSUD Muntilan mencakup 5 dimensi kualitas jasa

a. Kehandalan (Reliablity)

1) pelayanan yang tepat waktu

2) pelayanan simpatik

3) pelayanan diandalkan

(54)

b. Daya Tahan (Responsiveness)

1) Pelayanan dalam menanggapi setiap keinginan pasien tepat

waktu

2) Memberikan pelayanan jasa secara cepat

c. Jaminan (Assurance)

1) Pelayanan dalam menanggapi setiap keinginan pasien tepat

waktu

2) Memberikan pelayanan jasa secara cepat

d. Empati (Empathy)

1) Pelayanan memenuhi keinganan pasien

2) Pelayanan mudah dihubungi

3) Manajemen mendengarkan pendapat pasien

4) Komunikasi dalam pelayanan dengan pasien

5) Manajemen mengerti dan memahami kebutuhan pasien

e. Bukti Fisik (Tangibles)

1) Fasilitas fisik

2) Penampilan pegawai

(55)

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang dalam

keadaan sadar dan mampu untuk diminta data di RSUD Muntilan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang pasien rawat jalan

RSUD Muntilan. 100 orang pasien rawat jalan RSUD Muntilan dianggap

mewakili populasi. Dengan perhitungan sebagai berikut:

n > pa (Za/2/e)2 n > 0.25 (1.96/0.10)2

n > 0.25 (384.16)

n > 96.04

Keterangan:

n : Jumlah sampel

Za/2 : nilai uji dengan tingkat signifikan 5% ( Za= 1.96)

e : tingkat kesalahan yang ditolelir

p : proporsi populasi yang dinginkan mempunyai karakteristik

(56)

q : (1-q) = proporsi yang diingkan mempunyai karakteristik

tertentu

Jika p dan q tidak sama, maka dapat digantikan dengan 0.25 sebagai

perkalian 0.5 x 0.5. Untuk memudahkan penelitian, maka jumlah

sampel yang diambil adalah 100 responden.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah non random sampling di mana tidak semua individu dalam populasi, diberi peluang yang sama menjadi

anggota sampel. Peneliti memilih sampel dengan cara mendatangi pasien di

RSUD Muntilan. Teknik yang dipakai adalah purposive sampling. Yang disebut purposive sampling adalah metode penetapan sampel dengan didasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria tersebut bertujuan

memberikan informasi-informasi yang maksimal. Pertimbangan yang peneliti

gunakan adalah:

Responden adalah pasien rawat jalan yang telah menjalani pemeriksaan dan

(57)

H. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengguna jasa rumah sakit

mengenai kelima dimensi kualitas jasa medis dan data loyalitas pasien.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari RSUD Muntilan mengenai profil rumah sakit

sebagai tempat penelitian. Profil ini berisikan sejarah berdirinya atau latar

belakang, struktur organisasi, dan fasilitas rumah sakit.

I. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Teknik ini merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk

mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada

responden agar responden tersebut memberikan jawabannya (Suliyanto,

2006:140) Yang dimaksud responden dalam hal ini adalah pasien rawat

jalan di RSUD Muntilan. Sedangkan data kuesioner mengenai dimensi

kualitas jasa dan terciptanya loyalitas pasien.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh

dari buku-buku yang berkaitan dalam penelitian yang sesuai dengan

(58)

menggunakan dokumen atau catatan yang ada di rumah sakit sebagai

tambahan data penelitian.

J. Teknik Pengujian Instrumen

Sebelum data dianalisis perlu terlebih dahulu diadakan pengujian validitas dan

reliabilitas dari kuesioner sebagai alat pengukur untuk mengetahui apakah

pertanyaan yang disebarkan sudah layak digunakan atau belum.

1. Uji Validitas

Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat

ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Paling tidak

yang dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas suatu instrumen

pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data

yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran (Umar,

2007:58). Untuk mengukur validitas kuesioner yang dibagikan kepada

responden yang dibagikan kepada responden digunakan rumus Product Moment.

Keterangan:

(59)

N = jumlah sampel

x = nilai dari variabel

y = nilai dari total variabel

Jika

rhitung≥ rtabelmaka instrumen dikatakan valid rhitung< rtabelmaka instrument dikatakan tidak valid

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang

ditunjukan oleh instrumen pengukuran (Umar, 2007:57) Rumus yang

dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu instrumen adalah

rumus Spearman Brownsebagai berikut:

Keterangan:

r11 = nilai reliabilitas

(60)

K. Uji Asumsi Klasik Model Regresi Berganda

1. Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas

Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda

yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas/independent variable (x1,

x2, x3, x4, …, xn), dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan)

hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran

koefisien korelasi ( r ). Dikatakan terjadi multikolonieritas, jika koefisien

korelasi antar variabel bebas (x1 dan x2, x2 dan x3, x3 dan x4, dan

seterusnya) lebih besar dari 0,60 (pendapat lain: 0,50 dan 0,90).

Dikatakan tidak terjadi multikolinearitas jika koefisien korelasi antar

variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60). (Sunyoto,

2007:89-90)

Atau dalam menentukan ada tidaknya multikolinearitas dapat

digunakan cara lain yaitu dengan:

a. Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan

secara statistik ( α )

b. Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi

penyimpangan baku kuadrat

Nilai tolerance (α) dan variance inflation factor (VIF) dapat dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut sebagaian berikut:

(61)

α = 1/VIF

- Besar nilai variance inflation factor(VIF):

VIF = 1/α

Variabel bebas mengalami multikolinearitas jika: α hitung < α dan

VIF hitung > VIF

Variabel bebas tidak mengalami multikolinearitas jika: α hitung > α

dan VIF hitung < VIF

Cara mengatasi multikolinieritas:

1) Menghilangkan salah satu atau lebih variabel bebas yang

mempunyai koefisien korelasi tinggi atau menyebabkan

multikolinearitas.

2) Jika tidak dihilangkan (nomor1) hanya digunakan untuk

membantu memprediksi dan tidak untuk diinterprestasikan.

3) Mengurangi hubungan linear antar variabel bebas dengan

mengunakan logaritma natural (ln).

4) Menggunakan metode lain misalnya metode regresi Bayesian, dengan metode regresi ridge.

2. Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama

atau tidak varians dari residual observasi yang satu dengan observasi lain.

(62)

Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama/berbeda disebut terjadi

Heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi

Heteroskedastisitas.

Analisis uji asumsi Heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui

grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel

bebas (sumbu X= Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID)

merupakan variabel terikat (sumbu Y= Y prediksi – Yriil).

Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah maupun

di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola

yang teratur.

Heteroskedastisitas terjadi jika scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun

bergelombang-gelombang.

3. Uji Asumsi Klasik Normalitas

Selain uji asumsi klasik multikolinearitas dan heteroskedasitas, uji

asumsi klasik yang lain adalah uji normalitas, dimana akan menguji data

variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi

yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.

(63)

a. Cara Statistik

Dalam menguji data variabel bebas dan data variabel terikat

berdisribusi normal atau tidak pada cara statistik ini melalui nilai

kemiringan kurva (skewness = α3) atau nilai keruncingan kurva

(kurtosis = α4) diperbandingkan dengan nilai Z tabel.

Rumus nilai Z untuk kemiringan kurva (skewness):

Z skewness = skewness/ √6/ N atau Zα3 = α3/√6/N

Rumus nilai Z untuk keruncingan kurva (kurtosis):

Z kurtosis = kurtosis / √24/N atau Zα4 = α4/√24/N

Ketentuan analisis:

1) Variabel (bebas atau terikat) berdistribusi normal jika Z hitung

(Zα3 atau Zα4) < Z tabel

Misal diketahui Z ]5%= 1,96 (Ztabel) lebih besar dari Z hitung

atau dengan kata lain Z hitung lebih kecil dari Z tabel (1,96),

dapat dituliskan Z hitung < 1,96

2) Variabel berdistribusi tidak normal jika Z hitung (Zα3 atau

Zα4) > Z tabel.

Misal nomor (a), dapat ditulis Z hitung > 1,96

b. Cara Grafik Histogram dan Normal Probability Plots

Cara grafik histogram dalam menentukan suatu data berdistribusi

(64)

dengan garis kurva yang terbentuk, apakah mendekati normal atau

memang normal sama sekali. Jika data riil membentuk garis kurva

cenderung tidak simetri terhadap mean (U), maka dapat dikatakan

data berdistribusi tidak normal dan sebaliknya. Cara grafik

histogram lebih sesuai untuk data yang relative banyak, dan tidak

cocok untuk banyak data yang sedikit, karena interprestasinya dapat

menyesatkan.

4. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah

autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi

tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru

timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu

periode t-1 (sebelumnya)

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah

autokorelasi dengan uji Durbin-Waston (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2)

b. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2

atau -2 ≤ DW ≤ + 2

(65)

L. Teknik Analisis Data

Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk meramalkan keadaan (naik

turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel

independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi. Jadi analisis regresi

berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2

(Sugiyono, 2005:210)

Keterangan:

Y = loyalitas pasien

a = nilai konstan

b = angka arah atau koefisien regresi yang semua menunjukan

angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang

didasarkan pada variabel independen

X1 = persepsi pada reliability X2 = persepsi pada responsiveness

X3 = persepsi pada assurance

X4 = persepsi pada empathy

(66)

M. Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak, maka

diadakan uji signifikansi dengan statistika uji F yaitu:

Keterangan:

F regresi : harga F garis regresi yang dicari (F hitung) n : banyaknya subjek yang terlibat

m : banyaknya prediktor

R2 : koefisien korelasi ganda

Uji Hipotesis menggunakan Uji F

Hipotesis: Persepsi pada kualitas layanan kesehatan berpengaruh terhadap

loyalitas pasien.

Hipotesis nol (Ho) : b1, b2 ≤ 0

Hipotesis alternatif (Ha) : b1, b2 > 0

Untuk menguji signifikansi korelasi RY (1,2) tersebut digunakan taraf

(67)

Kriteria penerimaan atau penolakan Ho

(68)

51

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan

Pada tahun 1925 Pastor Vanlith bersama para suster mendirikan balai

pengobatan di daerah Muntilan. Balai pengobatan tersebut dipimpin oleh

seorang biarawati bernama Sr. Alfrida Smulder Fransisca. Kemudian tanggal 1

Juni 1946 status balai pengobatan tersebut dikelola oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Magelang. Tenaga medis dan dokter satu-satunya pada saat itu

adalah Dr. Gondo Sumekto. Selanjutnya perkembangan balai pengobatan

tersebut semakin lama semakin maju. Kemudian pada tahun 1976 balai

pengobatan tersebut berkembang menjadi rumah sakit.

Pada tanggal 3 Februari 1977 Pemerintah Kabupaten Magelang dengan

bupatinya bapak Ahmad membeli rumah sakit tersebut untuk dijadikan rumah

sakit umum. Melalui keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

No.105/Menkes/SK/1988 menjadi Rumah Sakit Tipe C. Perkembangan

selanjutnya adalah melalui Peraturan Daerah Nomor 14 tahun 2002 tentang

pembentukan Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Kabupaten

Magelang yang mengatur pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi,

(69)

Kemudian Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor : 30 tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kelola Lembaga Teknis Daerah dan satuan Polisi

pamong Praja, Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Kabupaten Magelang

menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang.

Melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.07.06/III/525/08

tentang: pemberian ijin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah dan

Keputusan Bupati Magelang Nomor: 185.45/451/KEP/02/011 tentang

Penerapan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

(PKK-BLU) pada Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang.

Selanjutnya Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.01.10/III/504/2011

tentang : pemberian sertifikat akreditasi RS dengan status: penuh tingkat lanjut.

Nama : RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Lokasi : Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang

Kelas/Tipe : C Non Pendidikan

Alamat : Jl. Kartini No.13 Muntilan Kabupaten Magelang

Telpon/Fax : (0293) 587004-587017 / (0293) 587017

(70)

B. Visi dan Misi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

1. Visi

“Menjadi Rumah Sakit Rujukan Terpercaya dengan Pelayanan

Profesional dan Manusiawi”

2. Misi

 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

terjangkau

 Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya rumah sakit secara

profesional

 Menyelenggarakan peningkatan ilmu dan keterampilan tenaga

rumah sakit

 Memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan

 Menjalin kerjasama yang saling memberi mamfaat dengan mitra

kerja.

C. Tugas dan Fungsi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang mempunyai

tugas dan fungsi membantu Bupati Magelang dalam pemerintah di bidang:

1. Pelaksanaan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

(71)

secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan, pencegahan dan

rujukan.

2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai standar pelayanan

Rumah Sakit.

Dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

RSUD Muntilan didukung oleh Komite Medik dan Komite Keperawatan yang

tertampung dalam wadah kelompok jabatan fungsional yang ditetapkan dengan

Perda Kabupaten Magelang dan Keputusan Kepala RSUD Muntilan Kabupaten

Magelang.

D. Struktur Organisasi

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Magelang adalah rumah sakit milik

Pemerintah Kabupaten Magelang yang diklasifiksikan sebagai rumah sakit

Tipe C yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialistik dan

merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Kabupaten Magelang dan

sekitarnya.

RSUD Mutilan Kabupaten Magelang merupakan peningkatan status dari

RSUD Muntilan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor

14 tahun 2002 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi,

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

(72)

tahun 1995. RSUD Muntilan Kabupaten Magelang dipimpin oleh seorang

Kepala Badan yang merupakan jabatan struktura eselon II. Dalam

menjalalankan tugasnya Kepala Badan dibantu oleh Kepala Sekretariat eselon

III a, 3 (tiga) orang Kepala Bidang eselon, 3 (tiga) orang Kepala Sub Bagian

eselon IV a, dan 6 (enam) orang Kepala Sub Bidang eselon IV a. Selain itu

didukung oleh Kelompok Jabatan Fungsional yang mempunyai tugas

melaksanakan kegiatan sesuai bidang keahlian masing-masing. Dalam

melaksanakan fungsinya Pejabat Fungsional dikelompokkan dalam

instalasi-instalasi yang dikoordinir oleh Kepala Bidang bersangkutan.

Struktur organisasi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang sesuai Peraturan

(73)
(74)

E. Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan

Kegiatan pelayanan bidang medis dan keperawatan di RSUD Muntilan

Kabupaten Magelang membawahi 7 instalasi:

1. Instalasi Rawat Jalan

Pelayanan kesehatan rawat jalan dilaksanakan di klinik Umum dan klinik

Spesialis, antara lain:

a. Klinik penyakit dalam

b. Klinik penyakit bedah

c. Klinik anak

d. Klinik penyakit kandungan

e. Klinik penyakit kulit dan kelamin

f. Klinik penyakit syaraf

g. Klinik penyakit THT

h. Klinik penyakit mata

(75)

2. Instalasi Rawat Inap

Pelayanan kesehatan rawat inap dilaksanakan di ruang/bangsal

a. Ruang Flamboyan

b. Ruang Seruni

c. Ruang Gladiol

d. Ruang Kenanga

e. Ruang Mawar

f. Ruang Melati

g. Ruang Menur

h. Ruang Aster

i. Ruang Dahlia

j. Ruang Anggrek

3. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

4. Instalasi Bedah Sentral

5. Instalasi Intensif Care Unit (ICU)

(76)

7. Instalasi Rujukan dan Rujukan

F. Bidang Penunjang Medis dan Non Medis

1. Penunjang Medis

a. Instalasi Farmasi

b. Instalasi Radiologi

c. Instalasi Laboratorium

d. Instalasi Gizi

2. Penunjang Non Medis

a. Instalasi Laundry

b. Instalasi Kesehatan Lingkungan

c. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

d. Instalasi Penunjang Non Medis

e. Instalasi Pemulasaraan Jenazah

Gambar

Tabel Judul                                                                                                    Halaman
Gambar Judul      Halaman
Gambar II.1Pengaruh Dimensi Kualitas terhadap Loyalitas Pelanggan
Gambar II.2Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Agar lebih optimal penggunaan saringan, saringan lebih awet dan kualitas air baku tetap terjaga dengan baik, maka proses penyaringan ini perlu disempurnakan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh permainan target terhadap peningkatan ketepatan pukulan servis pendek siswa peserta ekstrakurikuler

Salah satu penelitian yang telah dilakukan adalah daun lamtoro sebagai pupuk organik cair dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi dan

Berdasarkan hasil pengukuran serta analisa dan perbandingan dengan standart yang berlaku maka dapat dismpulkan bahwa fasilitas bagi penyandang disabilitas di stasiun

Berdasarkan hal tersebut di atas, telah dilakukan suatu penelitian untuk melihat pengaruh penggunaan bungkil kelapa yang difermentasi dengan ragi tape dan tanpa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tehnik Stand-up Komedi dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas XI IPA 5 SMA N 1 Kayen Pati Tahun

KP 2.1.27:Indikator dan pengukuran yang digunakan dalam epidemiologi penyakit kronik dan degeneratif dan faktor yang mempengaruhi akurasi (bias

mewajibkan penjual menanggung pajak pertambahan nilai yang dikenakan pada barang impor di negara tujuan. Bersamaa