• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian pupuk cair daun lamtoro (leucaena leucocephala) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi pakcoy (brasicca chinensis. l).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian pupuk cair daun lamtoro (leucaena leucocephala) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi pakcoy (brasicca chinensis. l)."

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

vii ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

TANAMAN SAWI PAKCOY (Brasicca chinensis L.) Ahmad Alfi Roidi

121434023

Universitas Sanata Dharma

Sawi pakcoy (Brassica chinensis) merupakan jenis tanaman sayuran yang saat ini digemari masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi baik untuk mengembangkan budidaya tanaman sawi pakcoy. Jarangnya budidaya tanaman sawi pakcoy membuat kurang terpenuhinya kebutuhan sawi pakcoy di pasar sehingga menyebaban harga sawi pakcoy di pasar cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi manakah yang paling cepat menumbuhkan tanaman sawi pakcoy, sehingga dapat digunakan untuk mempercepat masa panen dan meningkatkan kualitas tanaman sawi pakcoy. Penelitian ini disusun secara faktorial menggunakan Rancngan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor dan 3 kelompok perlakuan pupuk cair daun lamtoro, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ulangan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi pupuk cair daun lamtoro yang digunakan yaitu 100 ml, 300 ml, dan 500 ml. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan dan produktivitas tanaman Sawi pakcoy yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering. Data yang diperoleh di uii normalitas dan homogenitasnya, bila hasil datanya normal dan homogen maka kemudian dianalisis dengan uji One Way-Anova, jika signifikan dilanjutkan dengan Uji Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk cair daun lamtoro tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman. Tetapi, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi pakcoy yang lain. Konsentrasi Pupuk cair daun lamtoro yang paling cepat menumbuhkan tanaman sawi pakcoy adalah konsentrasi 100 ml. Pengaruh pemberian konsentarsi 10% unggul dalsam variabel dengan penambahan rata-rata Jumlah Daun (10.37 helai), Berat Basah (94.5 gram), dan Berat Kering (26.4 gram).

(2)

viii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GIVING LIQUID FERTILIZER LEAVES (Leucaena leucocephala) ON THE GROWTH AND PRODUCTIVITY OF

MUSTARD PAKCOY (Brasicca chinensis L.) PLANT Ahmad Alfi Roidi

121434023

Sanata Dharma University

Pakcoy mustard(Brasicca chinensis L.) was one of vegetable which was most consumed by Indonesian people. Indonesia was one of country that have good potenstial to develop cultivation pakcoy mustard. Infrequently cultivation of pakcoy mustard not enough to complete pakcoy mustard necessary at market and make price of it pretty high. This research aimed to know the best concentration of leucaena glauca leaf’sliquid fertilizer on the mustard pakcoy growth and productivity plant.

This research use Completely Randomized Design (CRD) withfour treatments there were one as control and three treatment groupsleucaena glauca leaf’sliquid fertilizer, each groups consisted of ten replicates. The independent variable in this research wasthe leucaena glauca leaf’sliquid fertilizer concentrationused 100 ml, 300 ml, and 500 ml. The dependent variable was the growth of pakcoymustardwhich included plant height, leaf number, fresh weight and dry weight. The data analyzed used normalitas test and homogeneity, if get normal data and homogene then analysis used one way-anova test, and if significant continued with duncan test.

The results showed that leucaena glauca leaf’s liquid fertilizer concentration didn’t give any different influence between each treatment of the height. Theapplication of leucaena glauca leaf’sliquid fertilizerconcentration gave different influences on the number of leaves, fresh weight and dry weight significantly.The best of leucaena glauca leaf’sliquid fertilizerconcentration in increasing the growth of mustard pakcoy was 100 ml with average of number leaves (10.37 leaf) , fresh weight (94.5 gram) and dry weight (26.4 gram).

(3)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

TANAMAN SAWI PAKCOY (Brasicca chinensis L.) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Ahmad Alfi Roidi

121434023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

NON SCHOLAE SAD VITAE DISCIMUS

(Belajar bukan hanya mencari nilai atau angka tetapi untuk hidup)

Semua ini saya persembahkan untuk

Tuhan yang maha kuasa

yang tiada henti-hentinya

menyertai perjalanan hidup saya,

hingga menyelesaikan semuanya.

(7)
(8)
(9)

vii ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

TANAMAN SAWI PAKCOY (Brasicca chinensis L.) Ahmad Alfi Roidi

121434023

Universitas Sanata Dharma

Sawi pakcoy (Brassica chinensis) merupakan jenis tanaman sayuran yang saat ini digemari masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi baik untuk mengembangkan budidaya tanaman sawi pakcoy. Jarangnya budidaya tanaman sawi pakcoy membuat kurang terpenuhinya kebutuhan sawi pakcoy di pasar sehingga menyebaban harga sawi pakcoy di pasar cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi manakah yang paling cepat menumbuhkan tanaman sawi pakcoy, sehingga dapat digunakan untuk mempercepat masa panen dan meningkatkan kualitas tanaman sawi pakcoy. Penelitian ini disusun secara faktorial menggunakan Rancngan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor dan 3 kelompok perlakuan pupuk cair daun lamtoro, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ulangan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi pupuk cair daun lamtoro yang digunakan yaitu 100 ml, 300 ml, dan 500 ml. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan dan produktivitas tanaman Sawi pakcoy yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering. Data yang diperoleh di uii normalitas dan homogenitasnya, bila hasil datanya normal dan homogen maka kemudian dianalisis dengan uji One Way-Anova, jika signifikan dilanjutkan dengan Uji Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk cair daun lamtoro tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman. Tetapi, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi pakcoy yang lain. Konsentrasi Pupuk cair daun lamtoro yang paling cepat menumbuhkan tanaman sawi pakcoy adalah konsentrasi 100 ml. Pengaruh pemberian konsentarsi 10% unggul dalsam variabel dengan penambahan rata-rata Jumlah Daun (10.37 helai), Berat Basah (94.5 gram), dan Berat Kering (26.4 gram).

(10)

viii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GIVING LIQUID FERTILIZER LEAVES (Leucaena leucocephala) ON THE GROWTH AND PRODUCTIVITY OF

MUSTARD PAKCOY (Brasicca chinensis L.) PLANT Ahmad Alfi Roidi

121434023

Sanata Dharma University

Pakcoy mustard(Brasicca chinensis L.) was one of vegetable which was most consumed by Indonesian people. Indonesia was one of country that have good potenstial to develop cultivation pakcoy mustard. Infrequently cultivation of pakcoy mustard not enough to complete pakcoy mustard necessary at market and make price of it pretty high. This research aimed to know the best concentration of leucaena glauca leaf’sliquid fertilizer on the mustard pakcoy growth and productivity plant.

This research use Completely Randomized Design (CRD) withfour treatments there were one as control and three treatment groupsleucaena glauca leaf’sliquid fertilizer, each groups consisted of ten replicates. The independent variable in this research wasthe leucaena glauca leaf’sliquid fertilizer concentrationused 100 ml, 300 ml, and 500 ml. The dependent variable was the growth of pakcoymustardwhich included plant height, leaf number, fresh weight and dry weight. The data analyzed used normalitas test and homogeneity, if get normal data and homogene then analysis used one way-anova test, and if significant continued with duncan test.

The results showed that leucaena glauca leaf’s liquid fertilizer concentration didn’t give any different influence between each treatment of the height. Theapplication of leucaena glauca leaf’sliquid fertilizerconcentration gave different influences on the number of leaves, fresh weight and dry weight significantly.The best of leucaena glauca leaf’sliquid fertilizerconcentration in increasing the growth of mustard pakcoy was 100 ml with average of number leaves (10.37 leaf) , fresh weight (94.5 gram) and dry weight (26.4 gram).

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kasih dan karunia Tuhan yang maha Kuasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada program Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Judul yang diajukan adalah “Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Sawi Pakcoy (Brasicca chinensis L.)

Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Rohandi, Ph.D, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd, selaku Kepala Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.Sc selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan selaku dosen pembimbing penulisan skripsi yang selalu menyemangati dan membimbing saya.

5. Mama, Bapak, kakak, adik, keponakan, kakek, nenek serta keluarga yang selalu mendukung, meyemangati, memotivasi dan menyayangi ku.

6. Seluruh dosen Pendidikan Biologi, yang telah mengajar dan membimbing selama penulisan menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma

(12)
(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ...v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ...1

B. RUMUSAN MASALAH ...3

C. BATASAN MASALAH ...4

D. TUJUAN PENELITIAN ...4

E. MANFAAT PENELITIAN ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6

A. SAWI PAKCOY ...6

(14)

xii

2. MORFOLOGI SAWI PAKCOY ...7

3. KANDUNGAN DAN KOMPOSISI SAWI PAKCOY...9

4. MANFAAT TANAMAN SAWI PAKCOY ...9

5. SYARAT TUMBUH ...10

6. HAMA DAN PENYAKIT ...12

B. PERTUMBUHAN ...16

C. PUPUK ORGANIK CAIR...18

1. PENGERTIAN PUPUK ORGANIK...18

2. KANDUNGAN DAN PENGARUHNYA...20

D. EM-4...21

E. AIR CUCIAN BERAS ...23

F. TETES TEBU/MOLASE ...23

G. TANAMAN LAMTORO...24

1. TAKSONOMI DAN MORFOLOGINYA...24

2. MANFAAT TANAMAN...25

H. PENELITIAN YANG RELEVAN ...26

I. KERANGKA BERFIKIR ...27

J. HIPOTESIS...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...29

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN...29

B. VARIABEL PENELITIAN...30

C. BATASAN PENELITIAN ...31

D. TEMPAT PENELITIAN ...33

E. ALAT DAN BAHAN ...33

F. CARA KERJA ...34

1. PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI DAUN LAMTORO ...34

2. PENGOLAHAN LAHAN...35

3. PERSIAPAN MEDIA TANAM...35

4. PEMBIBITAN...35

(15)

xiii

6. PENYULAMAN ...36

7. PERLAKUAN...37

8. PEMELIHARAAN...37

9. PENGAMBILAN DATA...38

G. TABULASI DATA ...39

H. METODE ANALISI DATA...42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...44

A. HASIL DAN ANALISIS ...44

1. TINGGI TANAMAN SAWI PAKCOY...44

2. JUMLAH DAUN SAWI PAKCOY ...48

3. BERAT BASAH SAWI PAKCOY ...51

4. BERAT KERING SAWI PAKCOY ...55

B. PEMBAHASAN ...59

1. TINGGI TANAMAN SAWI PAKCOY...59

2. JUMLAH DAUN SAWI PAKCOY ...65

3. BERAT BASAH SAWI PAKCOY ...68

4. BERAT KERING SAWI PAKCOY ...73

5. KENDALA DAN PENANGANANYA ...76

BAB V IMPLEMENTASI PENELITIAN PEMBELAJARAN...77

BAB VI PENUTUP ...80

A. KESIMPULAN ...80

B. SARAN ...80

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 KANDUNGAN DAN KOMPOSISIS SAWI PAKCOY...9

3.1 DENAH PENELITIAN ...30

3.2 PERLAKUAN PUPUK CAIR DAUN LAMTORO ...32

3.3 TABULASI DATA TINGGI TANAMAN...40

3.4 TABULASI DATA JUMLAH DAUN...40

3.5 TABULASI DATA BERAT BASAH ...41

3.6 TABULASI DATA BERAT KERING...41

4.1 PERTAMBAHAN TINGGI TANAMAN ...45

4.2 PERTAMBAHAN JUMLAH DAUN ...48

4.3 BERAT BASAH ...52

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1: SAWI PAKCOY ...6

2.2. DAUN LAMTORO ...25

4.1. GRAFIK PERTAMBAHAN TINGGI TANAMAN ...47

4.2. GRAFIK PERTAMBAHAN JUMLAH DAUN...50

4.3. GRAFIK BERAT BASAH ...54

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SILABUS MATA PELAJARAN ...85

LAMPIRAN 2 RPP...93

LAMPIRAN 3 DATA HASIL PENELITIAN ...126

LAMPIRAN 4 HITUNGAN STATISTIK ...130

(19)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dilihat dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, selain itu kondisi tanah di Indonesia yang mempunyai kandungan unsur hara yang baik sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman. Salah satu produk hortikultura yang menjadi unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia adalah tanaman sayuran. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu komoditi sayur-sayuran yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat adalahSawi pakcoy.

(20)

pakcoy juga mudah, penanaman bisa dilakukan di lahan, pot, polybag, atau secara hidroponik. Selain itu, menanam Sawi pakcoy bisa dilakukan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan keadaan geografis demikian, petani Indonesia mempunyai peluang besar untuk membudidayakan Sawi pakcoy dan mendapatkan hasil panen yang baik.

Sayuran yang segar dan sehat ditentukan oleh adanya keseimbangan alam dan lingkungan yang tersedia bagi sayuran. Keseimbangan adalah sebuah tujuan akhir dari seluruh perbaikan keberadaan alam dan lingkungan. Keseimbangan dari seluruh siklus kehidupan tanah yang pada akhirnya akan menciptakan kesuburan. Kesuburan berasal dari hara tanah yang merupakan hasil proses metabolisme mikroba dan biota tanah. Kesuburan lahan yang sangat kaya akan hara, akan berguna untuk pertumbuhan dan peningkatan produktivitas model budidaya tanaman pangannya (Murwono, 2013).

(21)

yang ditambahkan oleh para petani adalah pupuk kimia sintesis seperti NPK atau urea. Penggunaan pupuk kimia memang lebih praktis namun berdampak negatif terhadap lingkungan. untuk mengatasi keterbatasan dan tidak berdampak bagi lingkungan adalah dengan menggunakan pupuk organik.

Pupuk yang dapat dimanfaatkan adalah pupuk organik dari daun lamtaro yang akan dibuat menjadi pupuk organik cair dalam aplikasinya. Menurut Budelman dalam Palimbungan (2006) kandungan unsur hara pada daun lamtoro terdiri atas 3.84% N; 0.2% P; 2.06% K; 1.31% Ca; 0.33% Mg. Salah satu penelitian yang telah dilakukan adalah daun lamtoro sebagai pupuk organik cair dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi dan meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman sawit. Oleh karena itu, dilakukan pengujian tentang pengaruh pupuk cair dari daun lamtaro terhadap pertumbuhan Sawi pakcoy.

B. Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh perbedaan konsentrasi pupuk cair dari daun lamtoro terhadap pertumbuhan dan produktivitas Sawi pakcoy ?

(22)

C. Batasan Masalah

Fokus peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pupuk cair dari daun lamtoro terdiri dari 3 konsentrasi, yaitu 10%, 30% dan 50% dengan volume pemupukan 200 ml untuk setiap tanaman dan produktivitas Sawi pakcoy.

2. Daun lamtoro yang digunakan untuk pembuatan pupuk cair adalah daun muda dan tua.

3. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan produktivitas yang diukur adalah bobot basah dan kering Sawi pakcoy.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi pupuk cair dari daun lamtoro terhadap pertumbuhan dan produktivitas Sawi pakcoy.

2. Mengetahui konsentrasi yang paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas Sawi pakcoy.

E. Manfaat 1. Bagi peneliti

(23)

 Memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada melalui data-data yang diperoleh selama penelitian untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas Sawi pakcoy.

2. Bagi Dunia Pendidikan

 Sebagai bahan bacaan bagi para guru untuk dapat dijadikan sebagai panduan praktikum terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan

 Memberi pembelajarann kepada siswa terkait dengan materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan untuk kelas XII.

 Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya 3. Bagi masyarakat

 Mengurangi pemakaian pupuk kimia oleh para petani.

 Memberikan cara pembuatan pupuk yang murah dan cepat dengan menggunakan daun lamtoro

 Mengurangi pengeluaran biaya bagi petani

(24)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sawi Pakcoy (Brassica chinensisL)

1. Deskripsi Tanaman Sawi Pakcoy

Sawi pakcoy merupakan sayuran pendatang dari luar negeri yang sangat populer terutama di kalangan masyarakat keturunan Cina. Di Indonesia, tanaman pakcoy sudah banyak di budidaya dan diusahakan oleh petani, khusunya di daerah Cipanas, Jawa Barat dengan pertumbuhan tanaman sangat baik. Ciri-ciri tanaman ini mempunyai tubuh tegak dan daun kompak, tangkai daun berwarna putih, dan daun berwarna hijau segar, serta tangkai daun lebar dan kokoh (Rukmana, 1994).

Adapun klasifikasi tanaman Sawi pakcoy adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

(25)

2. Morfologi

Karakteristik morfologi tanaman sawi sangat mirip dengan kubis/kol dikarenakan kekerabatan yang sangat dekat. Berikut adalah morfologi tanaman sawi.

a. Akar

Akar tanaman pakcoy berupa akar tunggang, yang membentuk cabang-cabang akar yang menyebar keseluruh arah dengan kedalaman 30-40 cm ke bawah permukaan tanah. Akar tanaman berfungsi untuk menghisap air dan zat-zat makanan dari dalam tanah, untuk menyerap unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, dan untuk memperkuat berdirinya batang tanaman (Rukmana, 1994).

b. Batang

Pakcoy memiliki ukuran batang yang pendek dan beruas-ruas, sehingga batang tanaman tidak terlalu kelihatan. Batang pakcoy termasuk ke dalam jenis batang semu, karena pada tanaman pelepah daun tumbuh berhimpitan, saling melekat dan tersusun rapat secara terartur. Batang tanaman pakcoy memiliki warna hijau muda yang berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun tanaman (Rukmana, 1994).

c. Daun

(26)

bentuk spiral yang rapat, dan melekat pada batang. Tangkai daun tanaman berwarna hijau muda, gemuk, dan berdaging (Rukmana, 1994).

d. Bunga

Struktur bunga pakcoy tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai kelopak daun, empat helai mahkota bunga berwarna kuning-cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002).

e. Buah dan Biji

(27)

3. Kandungan Dan Komposisi Pakcoy

Tabel 2.1 kandungan dan komposisi gizi tanaman Sawi pakcoy tiap 100 gram bahan

No. Kandungan Gizi Kadar/Komposisi

1. Energi 15,0 kkal

2. Protein 1,8 gram

3. Lemak 0,2 gram

4. Karbohidrat 2,5 gram

5. Serat 0,6 gram

6. Fosfor 31,0 gram

7. Zat Besi 7,5 mg

8. Natrium 22,0 mg

9. Kalium 225,0 mg

10. Vitamin A 1555,0 S.I

11. Vitamin C 66,0 mg

12. Kalsium 102,0 mg

Sumber: Angka Nilai Gizi (2010) 4. Manfaat Tanaman Sawi Pakcoy

(28)

biasanya mengeluarkan mukus, yaitu cairan lemak kental yang dikeluarkan sel epitel mukosa, sehingga membantu mencegah terjadinya infeksi. Kandungan vitamin E pada pakcoy dapat berfungsi sebagai antioksidan utama di dalam sel, dan berperan baik untuk mencegah penuaan.

5. Syarat Tumbuh

Sawi pakcoy dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, pada umumnya tanaman sawi pakcoy dibudidayakan di dataran rendah, seperti di pekarangan, di ladang dan lain-lain. Sawi pakcoy termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Sehingga dapat ditanam sepanjang tahun asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman.

Menurut Zulkarnain (2013), untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi dan berkualitas, Sawi pakcoy hendaknya dibudidayakan di lingkungan yang cocok dengan syarat tumbuhnya. Oleh karena itu faktor ekologi yang meliputi tanah dan iklim di mana sawi dibudidayakan perlu mendapatkan perhatian agar pertumbuhan dan produksinya maksimal. a. Tanah

(29)

penghasil sawi berada di ketinggian 100-500 mdpl. Keadaan tanah yang dikehendaki adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus dan drainase baik (Haryanto dkk, 2002).

b. pH

Menurut Haryanto dkk (2002), tanaman sawi dapat tumbuh pada tanah yang subur, gembur, berhumus dan memiliki drainase baik. Tanaman ini tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki tingkat keasaman (pH) antara 6-7. Pada tanah asam (pH<6) dianjurkan untuk melakukan pengapuran, guna menurunkan keasaman atau menaikan pH tanah. Takaran baik kapur maupun pupuk organik yang diberikan sangat tergantung pH awal tanah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengukur pH tanah sebelum penanaman sawi dilaksanakan.

c. Iklim

Menurut Rukmana (2007), sawi menghendaki keadaan udara yang dingin dengan suhu malam 15,60C dang siang harinya 21,10C serta

penyinaran matahari antara 10-13 jam perhari. Suhu di atas 240C dapat

menyebabkan tepi daun terbakar, sedangkan suhu 130C yang terlalu

(30)

menyebabkan tanaman tumbuh pada fase vegetatif. Di daerah tropis dan subtropis, sawi kebanyakan dibudidayakan di dataran rendah. Penanaman pada musim kemarau perlu diiringi oleh penyiraman yang teratur agar tanaman tidak kekeringan. Sebaliknya, penanaman pada musim penghujan perlu disertai oleh pengaturan drainase yang baik, agar air tidak menggenang di sektitar tanaman dan serangan ulat daun dapat diatasi. Meskipun demikian, waktu tanaman yang dianjurkan adalah akhir musim hujan.

6. Hama dan Penyakit

Tumbuhan dapat mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri atau jamur). Menurut Rahmawati (2012), hewan dapat disebut hama karena dapat mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.

Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi merusak tumbuhan dengan mengganggu proses-proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh sebab itu, tumbuhan yang terserang penyakit umumnya bagian tubuhnya utuh akan tetapi aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian (Rahmawati, 2012).

(31)

dengan cepat agar terhindar dari gagal panen. Organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis) dan lalat penggerek daun (Lyriomiza sp.). berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditumbulkan, maka peringkat organisme pengganggu tesebut yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. Binotalis. Hama P. vitata merupakan hama utama dan hama P. xylostella

serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hama C. Binotalis perlu diwaspadai keberadaannya (Mukasan dkk, 2005).

Berikut merupakan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman sawi.

a. Hama

Menurut Rahmawati (2012), hama yang sering menyerang tanaman sawi:

1) Jangkrik

Hama ini menyerang daun, membuat daun menjadi berlubang-lubang sehingga mengganggu perkembangan dan pertumbuhan Sawi pakcoy.

(32)

- Pengendalian: lakukan penyemprotan dengan insektisida organik yang berupa campuran larutan minyak cengkeh, air tembakau, bawang putih dan minyak sereh.

2) Burung

Hama ini menyerang benih Sawi pakcoy yang baru mulai berkecambah.

- Indikasi: seluruh benih Sawi pakcoy habis dimakan burung - Pengendalian: tutup benih menggunakan daun pisang atau

plastik saat petang, saat pagi dibuka agar mendapat sinar matahari yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi.

3) Kutu Daun

Hama kutu ini menyerang daun, membuat daun menjadi layu dan mengering.

- Indikasi: tanaman layu kemudian mengering dan banyak terdapat kutu pada daun.

- Pengendalian: petik daun yang terserang hama, kemudian diberi pestisida organik yang berupa campuran minyak cengkeh, air tembakau, bawang putih dan minyak sereh.

4) Ulat Daun

(33)

- Indikasi: daun berlubang-lubang dan lama-lama daun akan habis. - Pengendalian: petik daun yang sudah berlubang. Kumpulkan ulat

daunnya dan musnahkan dan segera lakukan penyemprotan dengan pestisida organik.

b. Penyakit

Menurut Rahmawati (2012), penyakit yang dapat menyerang tanaman sawi, sebagai berikut:

1) Daun Mozaik

Penyakit ini disebabkan oleh virus mozaik. Virus mulai masuk biasanya ketika tanaman masih berupa bibit. Virus ini menyerang daun tanaman sawi.

- Indikasi: pada daun terdapat corak bergaris-garis atau belang hijau kuning.

- Pengendalian: penyakit yang disebabkan oleh virus belum ada obat yang efektif. Untuk menghindari penularan lebih luas maka tanaman yang terkena penyakit ini harus segera dicabut dan dibakar, dan lakukan penyulaman jika diperlukan.

2) Layu

Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang menyerang akar.

- Indikasi: tanaman terlihar layu pada siang hari, terutama saat terkena sinar matahari. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian tanaman.

(34)

3) Kapang Daun

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cladosporum fulvus cke yang menyerang daun.

- Indikasi: seluruh permukaan daun dipenuhi spora berwarna cokelat.

- Pengendalian: tanaman disemprot secara teratur menggunakan pestisida organik.

4) Bercak Daun

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cercospora carotae yang menyerang daun.

- Indikasi: daun yang diserang memiliki bercak cokelat kehitaman.

- Pengendalian: lakukan penyemprotan secara teratur menggunakan pestisida organik.

B. Pertumbuhan

(35)

Pertumbuhan pada tumbuhan terjadi karena pertambahan ukuran yang disebabkan adanya pertambahan jumlah sel melalui proses pembelahan secara mitosis pada titik tumbuh dan pembesaran dari tiap-tiap sel. Pembelahan sel terutama terjadi di daerah jaringan meristem. Saat pertumbuhan, sel-sel tumbuhan mengalami perkembangan hingga terbentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda-beda (Gardner dkk, 2008).

Menurut Gardner, dkk (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, secara luas dikategorikan sebagai faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (genetik), dikelompokkan sebagai berikut:

a. Faktor Eksternal

1. Iklim: cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan gas (CO2,O2, N2,

SO2, Fl, Cl, dan O3). Gas-gas ini seringkali merupakanpolutan atmosfer

(kecuali untuk tiga gas pertama) dan konsentrasinya dapat cukup tinggi untuk penghambat pertumbuhan.

2. Edafik (tanah): tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukarankation (KTK), pH, kejenuhan basa, dan ketersediaan nutrisi. 3. Biologis: gulma,serangga, organisme penyebab penyakit, nematoda,

macam-macam tipe herbivora, dan mikroorganisme tanah. b. Faktor Internal

1. Ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah, dan biologis

(36)

3. Respirasi yang merupakan pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan (pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida) untuk menunjang proses pertumbuhan.

4. Pembagian hasil asimilasi N: Nitrogen yang telah diserap disalurkan ke bagian tubuh organisme untuk merangsang pertumbuhan akar batang dan daun.

5. Klorofil, karoten, dan kandungan pigmen lainnya yang berperan dalam proses fotosintesis.

6. Tipe dan letak meristem: masing-masing tipe dan letak meristem pada tanaman berpengaruh pada tinggi dan ukuran tanaman.

7. Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan merupakan kemampuan tumbuhan dalam menyimpan makanan dalam bagian tubuhnya yaitu pada akar, daun dan batang.

8. Aktivitas enzim untuk mengontrol reaksi kimia.

9. Pengaruh langsung gen (heterosis, epistasis) yang berperan dalam proses sintesis protein.

10. Diferensiasi: berhubungan dengan proses perubahan jaringan meristem menjadi jaringan yang lebih kompleks.

C. Pupuk Organik Cair

1. Pengertian Pupuk Organik Cair

(37)

organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Salah satu sumber bahan organik dapat berupa pupuk hijau (Nugroho, 2012). Menurut Pracaya dan P.C. Kahono (2010) pupuk hijau, yaitu pupuk alami yang berasal dari sisa tumbuhan terutama polong-polongan/kacang-kacangan, daun, batang, dan akar. Pupuk alami adalah pupuk yang terbentuk melalui proses alamiah. Terbentuk secara alami dalam hal ini berarti proses pembusukan dilakukan oleh mikroorganisme atau makhluk hidup pengurai (detrivor). Mikroorganisme menguraikan bangkai, sampah, atau kotoran hewan menjadi tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya (Nugroho, 2012).

(38)

organik cair 100 persen larut. Sehingga secara cepat mengatasi defesiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara juga mampu menyediakan hara secara cepat.

2. Kandungan Hara dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Sawi pakcoy

(39)

tanaman akan menggunakan (P) secara maksimal saat tanaman dalam masa pembentukan bunga sampai kira-kira 10 hari sebelum biji berkembang penuh.

Menurut Sutedjo (2010) kalium (K) berperan dalam meningkatkan kualitas biji/buah, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, mengaktifkan berbagai enzim, metabolisme nitrogen dan sintesa protein, menetralisasi asam-asam organik yang penting bagi proses fisiologis. Saat pembesaran bunga dan pengisisan biji membutuhkan banyak unsur K (Meirina, 2014). Kalsium (Ca) berperan penting alam pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar, pembuatan protein. Magnesium berperan penting dalam pembentukan klorofil dan membantu pertumbuhan biji (Sutedjo, 2010). Selain itu, fungsi kalsium berguna bagi komponen dinding sel sehingga mencegah terjadinya layu pada tanaman. Magnesium berfungsi sebagai penyusun klorofil (Nugroho, 2012).

D. EM-4 (Effective Microorganism 4)

(40)

campuran mikroorganisme yang menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. EM-4 mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp),

Actinomycetes sp, Streptomicetes sp, dan ragi (yeast) atau yang sering digunakan dalam pembuatan tahu (Utomo, 2007 ). EM-4 mempunyai beberapa manfaat diantaranya:

1. Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah

2. Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanah. 3. Mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan.

4. Membersihkan air limbah dan meningkatkan kualitas air pada perikanan. 5. menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan meningkatkan

produksi tanaman serta menjaga kestabilam produksi (Utomo, 2007). Berikut ini merupakan contoh reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi pupuk cair menurut (Utomo, 2007)

1) Reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi untuk mendapatkan nitrogen :

Protein+energiproteinase ATP+NADP+NH3+Energi

2) Reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi untuk mendapatkan fosfat :

ATP+Glukosapseudomonas ADP+Glukosa 6 fosfat

(41)

E. Air Cucian Beras

Beras merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia. Konsumsi beras tertinggi adalah beras putih. Beras jenis ini diolah menjadi nasi yang merupakan ikon makanan di Indonesia. Beras yang mengalami pengolahan lebih lanjut, akan melalui proses pencucian. Proses pencucian ini menghasilkan limbah berupa air cucian beras.

Air cucian beras mengandung banyak vitamin mineral seperti vitamin B1 (tiamin) dan B 12 (Fatimah, 2008). Menurut Chamsyah Noor dan Adesca (2006), bahwa salah satu bahan yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman adalah air cucian beras. Hal ini karena air cucian beras bisa meningkatkan hasil tanaman karena air cucian beras mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi. Karbohidrat bisa jadi perantara terbentuknya hormon auksin dan giberelin. Dua jenis bahan yang banyak digunakan dalam zat perangsang tumbuh (ZPT) buatan. Auksin bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan pucuk dan kemunculan tunas baru sedangkan giberelin berguna untuk merangsang pertumbuhan akar.

F. Tetes Tebu/Molasses

(42)

fermentasi tanpa perlakuan pendahuluan karena sudah berbentuk gula (Hidayat et al, 2006).

Molasses mengandung nutrisi cukup tinggi untuk kebutuhan mikroorganisme sehingga dapat dijadikan bahan alternatif untuk sumber energi dalam media fermentasi. Sumber energi berguna untuk pertumbuhan sel mikroorganisme (Kusmiati et al, 2007). Menurut Simajuntak (2009), molasses banyak mengandung gula dan asam-asam organik. Huda (2013) mengatakan bahwa kandungan gula molasses terutama sukrosa berkisar 48-55%, sehingga cukup potensial untuk fermentasi asam asetat yang merupakan sumber glukosa utama bagi bakteri.

G. Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala)

Tanaman lamtoro berasal dari Amerika Latin, sudah sejak lama diimpor ke Indonesia. Tanaman Leucaena termasuk tanaman Leguminoseae dan tergolong subfamily Mimosaceae, merupakan tanaman multiguna karena seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan baik untuk kepentingan manusia atau pun hewan. Tanaman Leguminoseae adalah tanaman polong-polongan dengan sistem perakaran yang mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium dan membentuk bintil akar yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara (Purwanto, 2007).

1. Taksonomi dan Morfologi

(43)

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Genus : Leucaena Nugroho, 2012

Species : Leucaena leucocephala Gambar 2.2 Daun Lamtoro 2. Manfaat Tanaman

Menurut Purwanto (2007) pertumbuhan tanaman Leucaena ini cepat dan kemampuan produksi hijauannya tinggi. Beberapa keunggulan tanaman Leucaena sebagai tanaman penghijauan antara lain:

a. Meningkatkan kesuburan tanah, karena kemampuannya sebagai pengikat nitrogen dan banyak menghasilkan daun sebagai sumber bahan organik.

b. Penanamannya mudah, dapat ditanam langsung dengan biji. c. Pertumbuhan tegak lurus ke atas.

d. Mampu beradaptasi dengan kondisi iklim setempat.

e. Mempunyai sistem perakaran dalam dan menyebar secara horizontal sehingga cocok bagi tanaman pelindung dan penguat teras, tanaman pagar ladang dan pagar pekarangan.

(44)

hingga mampu menghasilkan hijauan makanan ternak dan menghasilkan makanan yang dapat diolah (Purwanto, 2007). Menurut Budelman dalam Palimbungan (2006) kandungan unsur hara pada daun lamtoro terdiri atas 3.84% N; 0.2% P; 2.06% K; 1.31% Ca; 0.33% Mg.

Sebagai bahan pupuk cair organik, daun lamtoro salah satu tanaman legume mengandung unsur hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan tanaman lainnya dan juga relatif lebih mudah terkomposisi sehingga penyediaan haranya lebih cepat (Nugroho, 2012). Menurut Palimbungan (2006) daun lamtoro dihancurkan sampai halus terlebih dahulu agar kandungan hara di dalamnya pecah dan mudah terurai dalam pembuatan pupuk cair.

H. Hasil Penelitian yang Relevan

(45)

pertumbuhan tanaman terpacu secara optimal. Aplikasi dosis kurang dari pada dosis 200cc/1 kurang/tidak memberikan pengaruh nyata.

Selain itu, pupuk organik cair daun lamtoro memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah polong tanaman kedelai. Pemberian pupuk cair lamtoro dengan berbagai konsentrasi, yaitu konsentrasi 100, 200, 300, 400 dan 500 ml/tanaman. Menurut hasil Penelitian Monica (2015) dengan judul “Pengaruh Pemberian pupuk cair Lamtoro Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas tanaman kedelai (glycine max) var grobogan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kosentrasi 100 ml/tanaman pada pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah polong juga memberikan pengaruh yang paling baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas hasil tanaman kedelai.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lia (2015) menunjukkan bahwa pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi pakcoy dipengaruhi oleh pemberian zat pengatur tumbuh, yaitu sitokinin dengan rata-rata tinggi tanaman (25,58 cm), lebar daun (9,26 cm), jumlah daun (96 helai), berat basah (4,53 gram) dan warna daun.

I. Kerangka Berpikir

(46)

dalam jumlah banyak untuk pertumbuhannya serta merangsang pembentukan akar. Tanaman Sawi pakcoy merupakan tanaman yang mampu melakukan fiksasi nitrogen bebas di udara dan mengubahnya menjadi nitrat sehingga dapat digunakan oleh tanaman untuk proses pertumbuhannya. Bila penggunaan pupuk nitrogen terlalu banyak akan mengurangi keefektifan pengikatan nitrogen dari atmosfer. Oleh karena itu, dilakukan pengujian pemberian pupuk organik tambahan berupa pupuk cair dari daun lamtoro dengan berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Sawi pakcoy.

J. Hipotesis

1. Pupuk cair dari daun lamtoro dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Sawi pakcoy.

(47)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen yaitu mengujikan beberapa konsentrasi pupuk cair daun lamtoro pada satu varietas tanaman sawi yang diamati pertumbuhan dan produktivitas Sawi pakcoy yang dihasilkan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor.

(48)

Tabel. 3.1 Denah Penelitian

8 K 7 P1 2 P3 10 P2

8 P1 9 P2 6 P1 3 K

5 P2 9 K 10 P3 7 K

7 P2 1 P1 3 P2 4 P1

3 P1 4 K 2 P2 5 K

5 P1 9 P1 2 P1 4 P3

10 P1 5 P3 3 P3 1 P2

4 P2 1 P3 2 K 10 K

9 P3 1 K 6 K 8 P3

6 P2 7 P3 8 P2 6 P3

Keterangan :

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 : Pengulangan

P1 : Perlakuan konsetrasi 100 ml+900 ml Air (10%) P2 : Perlakuan konsetrasi 300 ml+700 ml Air (30%) P3 : Perlakuan konsentrasi 500 ml+500 ml Air (50%) K : Kontrol ( Mengunanakan air biasa)

B. Variabel Penilitian

(49)

Tabel 3.2 Perlakuan Pupuk Cair Daun Lamtoro

Kode Perlakuan

P1 Pupuk cair daun lamtoro 100 ml+900 ml Air 10% P2 Pupuk cair daun lamtoro 300 ml+700 ml Air 30% P3 Pupuk cair daun lamtoro 500 ml+500 ml Air 50% K Tanpa perlakuan (Menggunkan air biasa)

2. Variabel terikat : Pertumbuhan dan produktivitas Sawi pakcoy

3. Variabel kontrol: Varietas tanaman, umur tanaman, media tanam, waktu dan volume penyiraman dan pemberian pupuk.

C. Batasan penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah Sawi pakcoy. 2. Objek penelitian

 Pupuk cair daun lamtoro 100 ml+900 ml Air 10%

 Pupuk cair daun lamtoro 300 ml+700 ml Air 30%

 Pupuk cair daun lamtoro 500 ml+500 ml Air 50%  Kontrol ( Menggunakan air biasa)

3. Parameter a) Pertumbuhan

1) Tinggi tanaman (cm)

(50)

tanaman dilakukan 2 kali satu minggu, sampai 8 kali pengambilan data. Tinggi tanaman diukur mulai dari Roset akar hingga ujung daun.

2) Jumlah daun (helai)

Penghitungan jumlah daun mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu. Pengamatan pertumbuhan jumlah daun tanaman dilakukan 2 kali satu minggu sampai 8 kali pengambilan data. Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna. Jika terserang hama, daun yang hanya berlubang kecil tetap dihitung 1 daun, namun jika hanya tersisa ¼ dari daun, maka tidak dihitung. b) Produktivitas

I. Penimbangan Berat Basah

Setelah selesai panen maka Sawi pakcoy ditimbang menggunakan timbangan analitik. Penimbangan dilakukan pada setiap masing-masing perlakuan kemudian dicatat hasilnya kedalam tabel.

II. Berat Kering Tanaman

(51)

bertujuan untuk memudahkan pada saat penimbangan dan pendataan. Setelah 48 jam, tanaman Sawi pakcoy diangkat dan kemudian ditimbang pada timbangan analitik. Penimbangan ini dilakukan sampai berat sawi konstan.

D. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 - Juli 2016, mulai dari persiapaan sampai pengambilan data selesai di Kebun percobaan Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma, Dusun Krodan, Paingan,

E. Alat dan Bahan 1. Alat:

a) Toples besar ukuran 5 liter b) Pisau

c) Cetok

d) Polibag ukuran 40 x 40 cm e) Gayung

f) Timbangan analitik Ohauss g) Drigen 5 L

(52)

l) Ember m) Bambu n) Plastic o) Paranet p) Paku q) Palu 2. Bahan:

a) Tanah kebun percobaan biologi b) Benih tanaman Sawi pakcoy c) Daun Lamtaro

d) Air e) EM-4 f) Tetesan tebu g) Air cucian beras h) Pestisida Organik i) Fungisida kimia

F. Cara Kerja

1. Pembuatan pupuk cair dari daun lamtaro.

(53)

1 liter : 1 liter. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam ember dan ditutup rapat. Fermentasi dilakukan selama kurun waktu 1 bulan. Setelah itu, pupuk siap dipakai dengan cara disaring. Sebelum diaplikasikan, pupuk cair tersebut diukur pHnya.

2. Pengelohan lahan

Pengelohan lahan diawali dengan dibersihkan areal dari gulma dan tanaman yang telah mati dan yang masih hidup. Kemudian lahan tersebut dibuat ukuran 4m x 3m dan dibuat juga rumaha-rumahan untuk tempat penanaman yang terbuat dari bambu.

3. Persiapan media tanam

Media yang digunakan dalam penanaman sawi adalah dengan polibag yang berukuran 40 x 40 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah kebun percobaan Prodi Pendidikan Biologi Dusun Krodan, Paingan, Maguoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Media tanam yang dimasukin kedalam polibeg sebanyak 7 kg dan setelah itu dilakukan pengukuran pH tanah.

4. Pembibitan

(54)

permukaannya ditutupi dengan media tanam. Penyiraman dilakukan setiap sore. Benih akan tumbuh menjadi bibit sawi pakcoy dengan kurun waktu 1 minggu. Tetapi biasanya pada hari ke-3 bibit sudah mulai berkecambah, dalam penelitian ini waktu yang diperlukan untuk memindahkan bibit Sawi pakcoy ke dalam polibag berumur 1 minggu 5. Penanaman

Pada saat tanaman berumur 1 minggu dilakukan pemindahan bibit sawi pakcoy ke media tanam polibag yang ukuran 40x40 cm. penanaman bibit dilakukan pada sore hari kedalam polibag dengan ukuran 40x40 cm dengan volume tanah 6,5 kg. Setelah bibit sawi pakcoy dipindahkan kepolibag ukuran 40x40 cm, kemudian dilakukan penyiraman dengan air biasa secukupnya, selanjutnya tanaman yang sudah dilakukan penanaman dan penyiraman di letakkan pada tempat yang mendapatkan sinar cahaya matahari cukup.

6. Penyulaman

Jika ada bibit yang gagal tumbuh atau pertumbuhan abnormal kira-kira umur 1 minggu dari penanaman, maka dilakukan penyulaman dengan digantikan pada cadangan tanaman yang masih hidup.

7. Perlakuan

a) Pembuatan konsentrasi larutan

(55)

konsentrasi, yaitu 10%, 30%, 50%, dan kontrol. Pembuatan konsentrasi dilakukan dengan cara berikut:

 Perlakuan Konsentrasi 10% : 100 ml pupuk cair daun lamtoro + 900 ml air

 Perlakuan Konsentrasi 30% : 300 ml pupuk cair daun lamtoro + 700 ml air

 Perlakuan Konsentrasi 50% : 500 ml pupuk cair pupuk cair daun lamtoro + 500 ml air

 Perlakuan kontrol hanya disiram dengan air saja sebanyak 200 ml tanpa ada campuran pupuk cair daun lamtoro.

b) Pemupukan

Pemberian pupuk dilakukan pada sore hari setiap 1 minggu sekali, dengan volume penyiraman 200 ml. Pemberian pupuk dimulai saat tanaman sawi pakcoy berumur 2 minggu hingga tanaman siap dipanen.

8. Pemeliharaan a) Penyiraman

(56)

b) Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan sabit untuk gulma yang tumbuh di luar polibag. Penyiangan juga dilakukan dengan membersihkan gulma yang tumbuh bersama dengan tanaman Sawi pakcoy.

c) Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan pestisida organik dengan bahan-bahan (Buah gadung, cerai, bawang putih, lengkuas dan tembakau) dan pengendalian penyakit dengan cara menyemprotkan fungisida kimia menggunakan obat daun dengan dosis 1 ml 1 liter air dengan interval 1 minggu sekali. Pestisida organik tersebut dilakukan penyemprotan dengan dosis 10 sendok makan dengan 1 liter air yang dengan interval 1 minggu sekali sebagai tindakan pencegahan.

9. Pengambilan data

(57)

sampai bagian ujung daun tanaman. Pengukuran dilakukan seminggu 2 kali.

Untuk mengetahui jumlah daun dengan menghitung jumlah daun dari daun pertama sampai daun yang telah membuka secara sempurna. Untuk mengetahui berat basah tanaman ditimbang setelah pengukuran tinggi tanaman dan perhitungan jumlah daun selesai yaitu dilakukan diakhir penelitian. Tanaman dibersihkan kemudian ditimbang sebelum lalu, penimbangan berat basah tanaman dilakukan dengan menimbang semua tanaman berdasarkan perlakuan dan memberikan label (tanda) agar memudahkan dalam penimbangan, Sedangkan untuk berat kering, tanaman dikeringkan selama 2 hari dibawah sinar matahari. Kemudian, dilakukan pengovenan pada tanaman Sawi pakcoy. Sebelum dioven, tanaman Sawi pakcoy dibungkus terlebih dahulu dengan menggunakan alumunium foil setiap perlakuan dan berikan label pada masing-masing perlakuan. Tanaman sawi yang telah dioven, kemudian ditimbang sampai berat tanaman konstan.

G. Tabulasi Data

(58)

Tabel 3.3 Tabulasi Data Tinggi Tanaman Sawi Pakcoy

Tinggi Tanaman sawi pakcoy (Cm)

Tabel 3.4 Tabulasi Data Jumlah Daun Tanaman Sawi Pakcoy Pengma

tan Ke

Perlaku

(59)

Tabel 3.5 Tabulasi Data Berat Basah Sawi Pakcoy

pengulangan Perlakuan (gram)

10% 30% 50% Control

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata

Tabel 3.6 Tabulasi Data Berat Kering Sawi Pakcoy

Pengulangan Perlakuan (gram)

10% 30% 50% Control

(60)

H. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh pada hasil pengamatan kemudiaan di rata-ratakan dengan 10 kali pengulangan. Pada penelitiaan ini menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan uji anova satu arah atau One Way

Analysis of Variance.

Untuk melakukan uji Anova, harus dipenuhi beberapa asumsi, yaitu: Sampel berasal dari kelompok yang independen, variansi antar kelompok harus homogen atau memiliki varians yang sama dan data masing-masing kelompok berdistribusi normal. Uji normalitas dengan program SPSS versi 16.0 digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.

Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Dalam penelitian ini digunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data

(61)

keputusan uji statistik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah

 Jika nilai signifikansi < 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama.

 Jika nilai signifikansi > 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama.

Pada penelitian ini digunakan uji Anova satu jalur (One way

anova) yang dilakukan untuk menguji ada tidaknya perbedaan mean pada

masing-masing kelompok. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat nilai F hitung < F table untuk α0,05 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna sehingga tidak perlu diuji lanjut dengan Post Hoc (Suparno,2011). Jika ada perbedaan yang bermakna, data homogen maka dilanjutkan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan uji Duncan dengan cara klik Post Hoc dan klik Duncan pada Equal Variances

Assumed untuk mengetahui ada tidaknya beda nyata antara rata-rata dan

perlakuan lalu klik Continue dan OK. Pada halaman output akan ditampilkan tabelPost Hoc Testdengan uji Duncan.

- Uji Post Hoc-Duncan

(62)

44 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat 40 polybag tanaman sawi pakcoy (Brassica chinensis L) yang diberi perlakuan pemberian pupuk cair dari daun lamtoro dengan konsentrasi yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan tanaman sawi pakcoy dengan parameter pertumbuhan dan produktivitas yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun serta berat basah dan berat kering tanaman sawi pakcoy.

1. Tinggi Batang Tanaman Sawi Pakcoy

(63)

Tabel 4.1 Pertambahan Tinggi Tanaman Sawi Pakcoy

Ulangan Perlakuan (cm)

P1 (10%) P2 (30%) P3 (50%) Kontrol (Air)

1 12.3 12 12.9 10.8

2 11.4 12.3 11 12

3 11.9 12.4 12.7 12.3

4 12.4 10.6 11.1 10.8

5 12.8 11.9 11.2 11.4

6 10.9 12 12 12.5

7 12.5 11.1 13.4 12.5

8 12.2 11.7 11.7 12.6

9 12.7 12.4 13.3 13.3

10 14.3 11.5 13.5 13.2

Rata-Rata 12.34 11.79 12.28 12.14

Pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi tanaman sawi pakcoy yang tertinggi adalah perlakuan 10% dengan rata-rata tinggi tanaman 12.34 cm, sedangkan tinggi tanaman yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 11.79 cm.

Sebelum dilakukan pengujian dengan uji Anova, perlu dilakukan dengan menggunakan uji Normalitas dan Homogenitas. Uji Normalitas bertujuan untuk memperlihatakan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Tabel hitungan uji normalitas pertambahan tinggi tanaman sawi pakcoy dengan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

(64)

berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan taraf signifikan >0.05, dimana pada kontrol (Air) memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200> 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data di ambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada konsentrasi 10 % memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima, bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan 30% memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima, bahwa data yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada konsentrasi 50% memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima dan (Hi) ditolak, bahwa data yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah dilakukan dengan uji normalitas, maka dilanjutkan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan uji Homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki varians yang sama (homogen). Maka dilakukan Test of Homogenity of Variances. Tabel hitungan uji Homogenitas dengan menggunakan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

(65)

tersebut mempunyai selisih tinggi tanaman yang sama atau tidak. Tabel hitungan uji Anova menggunakan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4

Hasil yang diperoleh pada uji Anova dengan taraf signifikan 0.05 menunjukkan bahwa dimana nilai signifikan = 0.232 > 0.05 jadi hipotesis nol (Ho) diterima dan (Hi) ditolak. Maka pemberian perlakuan pupuk cair daun lamtoro tidak signifikan terhadap pertambahan tinggi tanaman sawi pakcoy. Berikut adalah grafik Pertambahan tinggi tanaman.

Gambar 4.1 Grafik Tinggi Tanaman Sawi Pakcoy

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk cair organik daun lamtoro konsentrasi 10% lebih unggul dalam pertambahan tinggi tanaman sawi pakcoy. Semakin tinggi konsentrasi pupuk cair organik daun lamtoro mengakibatkan tidak ada pertambahan tinggi tanmanan sawi pakcoy. Akan tetapi, pada uji anova pemberian konsentrasi pupuk cair daun lamtoro terhadap pertambahan tinggi tanaman sawi pakcoy tidak signifikan.

0

(66)

2. Jumlah Daun Tanaman Sawi pakcoy

Pengukuran pada pertambahan jumlah daun tanaman sawi pakcoy dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman yaitu dilakukan setiap 3 hari sekali, dimulai pada tanggal 18 Mei-8 juni 2016. Pengukuran pada jumlah daun dilakukan pada saat berumur 1 minggu dari pembibitan hingga panen. Pertambahan jumlah daun Sawi pakcoy ditampilkan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Sawi Pakcoy

Ulangan Perlakuan (Helaian)

P1 (10%) P2 (30%) P3 (50%) Kontrol (Air)

1 13 11 11 11

2 10 12 10 10

3 13 10 8 9

4 10 12 10 12

5 14 10 12 9

6 12 10 10 10

7 12 11 11 9

8 13 11 8 10

9 11 11 10 10

10 12 11 12 11

Rata-Rata 12 10.9 10.2 10.1

(67)

Sebelum dilakukan pengujian dengan uji Anova, perlu dilakukan dengan menggunakan uji Normalitas dan Homogenitas. Uji Normalitas bertujuan untuk memperlihatakan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Tabel hitungan uji normalitas jumlah daun tanaman pakcoy dengan menggunakan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

Berdasarkan hasil yang diperoleh menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan uji Normalitas menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan taraf signifikan >0.05, dimana pada kontrol (Air) memiliki nilai ρ value (sig) = 0.107 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data di ambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan pupuk cair organik daun lamtoro 10 % memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima, bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan 30% memiliki nilai ρ value (sig) = 0.067 > 0.05 sehingga Ho diterima, bahwa data yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan 50% memiliki nilai ρ value (sigs) = 0.097 > 0.05 sehingga Ho diterima dan (Hi) ditolak, bahwa data yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji normalitas, maka dilanjutkan dengan melakukan uji Homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki varians yang sama (homogen). Tabel hitungan uji Homogenitas Jumlah daun tanaman sawi pakcoy dengan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran.

(68)

maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho) diterima dan (Hi) ditolak, yang berarti asumsi bahwa keempat varian populasi adalah sama (homogen) dapat diterima. yang berarti asumsi bahwa keempat varian populasi adalah sama (homogen) dapat diterima. Setelah keempat perlakuan terbukti sama, maka dilanjutkan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan uji Anova, untuk menguji apakah keempat perlakuan tersebut mempunyai perbedaan pertambahan jumlah daun yang sama. Tabel hitungn uji Anova dengan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

Hasil yang diperoleh pada uji Anova dengan taraf siginifikan 0.05 menunjukkan bahwa dimana nilai signifikan= 0.002 < 0.05 jadi hipotesis nol (Ho) ditolak dan (Hi) diterima. Maka pemberian perlakuan pupuk cair daun lamtoro signifikan terhadap pertambahan jumlah daun tanaman sawi pakcoy. Berikut adalah grafik pertambahan jumlah daun tanaman sawi pakcoy.

Gambar 4.2 Grafik Jumlah Daun Tanaman Sawi Pakcoy 0

(69)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk cair organik daun lamtoro konsentrasi 10% lebih unggul dalam pertumbuhan Jumlah daun tanaman sawi pakcoy.

Setelah uji anova maka dilakukan uji Duncan yang digunakan untuk mengetahui apakah data berbeda secara statistik atau tidak yang diberikan pupuk cair lamtoro. Dalam hal ini, perlakuan mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap jumlah daun tanaman sawi pakcoy. Tabel hitungan hitungan uji Duncan jumlah daun dengan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

Berdasarkan dari menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan uji Duncan dapat disimpulkan bahwa kelompok yang paling baik secara statistik untuk meningkatkan pertambahan jumlah daun tanaman sawi pakcoy adalah menggunakan pupuk cair organik daun lamtoro 10%, Sedangkan kelompok yang kurang baik dalam meningkatkan pertambahan Jumlah daun tanaman sawi pakcoy adalah kontrol. Berikut adalah urutan kelompok yang paling baik dalam meningkatkan jumlah daun, yaitu perlakuan dengan 10%, 30%, 50%, dan kontrol (Air).

3. Berat Basah Tanaman Sawi Pakcoy

(70)

sawi pakcoy akan kehilangan banyak air. Berat basah tanaman sawi pakcoy ditampilkan pada tabel 4.3 :

Table 4.3 Berat Basah Tanaman sawi Pakcoy

Pengulangan Perlakuaan (gr)

P1 (10%) P2 (30%) P3 (50%) Kontrol (Air)

1 85 92 85 84

2 102 86 87 82

3 96 92 92 94

4 95 85 78 89

5 97 78 95 82

6 83 76 95 79

7 112 96 87 86

8 89 85 78 92

9 97 102 89 76

10 89 86 79 89

Rata-rata 94.5 87.8 86.5 85.3

Pada tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata berat basah sawi pakcoy yang tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk cair organik daun lamtoro 10% yaitu 94.5 gram. Sedangkan berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol (85.3 gram).

(71)

yang berdistribusi normal atau tidak. Tabel hitungan uji normalitas berat basah tanaman sawi pakcoy dengan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

Hasil yang diperoleh menggunakan program SPSS versi 16.0 melalui uji Normalitas yang menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan taraf signifikan >0.05, dimana pada kontrol (Air) memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data di ambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan 10 % memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima, bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan 30% memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima, bahwa data yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan 50% memiliki nilai ρ value (sigs) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima dan Hi ditolak, bahwa data yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji normalitas, maka dilanjutkan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan melakukan uji Homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki varians yang sama (homogen) diterima. Tabel hitungan uji Homogenitas berat basah sawi pakcoy dengan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

(72)

yang berarti asumsi bahwa keempat varian populasi adalah sama (homogen) dapat diterima, yang berarti asumsi bahwa keempat varian populasi adalah sama dapat diterima. Setelah keempat perlakuan terbukti sama, maka dilanjutkan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan uji Anova, untuk menguji apakah keempat perlakuan tersebut mempunya rata-rata yang sama. Tabel hitungan uji Anova menggunakan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada uji Anova dengan taraf siginifikan 0.05 menunjukkan bahwa dimana nilai signifikan = 0.035<0.05 maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan (Hi) diterima. Maka pemberian perlakuan pupuk cair daun lamtoro signifikan terhadap pertambahan berat basah tanaman sawi pakcoy. Berikut adalah grafik pertambahan berat basah sawi pakcoy.

Gambar 4.3 Grafik Berat Basah Tanaman Sawi Pakcoy Keterngan :

P1 : Perlakuan konsentrasi 100 ml mol lamtoro+900 ml Air (10%) P2 : Perlakuan konsentrasi 300 ml mol lamtoro+700 ml Air (30%) P3 : Perlakuan konsentrasi 500 ml mol lamtoro+500 ml Air (50%) Kontrol : Menggunakan Air Biasa

94.5

P1 P2 P3 Kontrol

Berat Basah Tanaman Sawi Pakcoy

(73)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk cair organik daun lamtoro konsentrasi 10% lebih unggul dalam pertambahan berat basah tanaman sawi pakcoy.

Setelah uji anova maka dilakukan uji Duncan yang digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan yang tidak berbeda, atau dalam hal ini, perlakuan mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap berat basah tanaman sawi pakcoy. Tabel hitungan uji Duncan berat basah tanaman sawi pakcoy dengan menggunakan SPSS versi 16.0 ada pada lmpiran 4.

Berdasarkan hasil dari menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan uji Duncan dapat disimpulkan bahwa kelompok yang paling baik secara statistik untuk meningkatkan produktivitas pertambahan berat basah tanaman sawi pakcoy adalah perlakuan 10%, Sedangkan kelompok yang kurang baik dalam meningkatkan berat basah tanaman sawi pakcoy adalah kontrol. Berikut adalah urutan kelompok yang paling baik dalam meningkatkan berat basah tanaman sawi pakcoy, yaitu perlakuan 10%, 30%, 50%, dan kontrol.

4. Berat Kering Tanaman Sawi Pakcoy

(74)

sawi pakcoy tersebut ditimbang untuk mendapatkan berat keringnya. Berat kering tanaman sawi pakcoy ditampilkan pada tabel 4.4:

Table 4.4 Berat kering Tanaman sawi Pakcoy

Pengulangan Perlakuaan (gr)

P1 (10%) P2 (30%) P3 (50%) Kontrol (Air)

1 26 24 21 21

2 27 21 24 24

3 29 23 26 18

4 26 26 21 29

5 28 24 24 24

6 23 26 28 21

7 32 22 24 22

8 29 21 23 24

9 23 23 24 25

10 21 24 21 23

Rata-rata 26.4 23.6 23.4 23.1

Pada di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan berat kering sawi pakcoy yang tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk cair organik daun lamtoro 10% yaitu 26.4 gram. Sedangkan pertambahan berat kering yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol (Air) 23.1 gram.

(75)

berdistribusi normal atau tidak. Berikut adalah hitungan uji normalitas berat kering tanaman sawi pakcoy dengan menggunakan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

Berdasarkan hasil yang diperoleh menggunakan program SPSS versi 16.0 melalui uji Normalitas yang menggunakan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan taraf signifikan >0.05, dimana pada kontrol (Air) memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data di ambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan pupuk cair organik daun lamtoro 10 % memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima, bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan 30% memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima, bahwa data yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan 50% memiliki nilai ρ value (sigs) = 0.134 > 0.05 sehingga Ho diterima dan Hi ditolak, bahwa data yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji normalitas, maka dilanjutkan dengan melakukan uji Homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki varians yang sama (homogen). Tabel hitungan uji Homogenitas berat kering tanaman sawi pakcoy menggunakan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

(76)

yang berarti asumsi bahwa keempat varian populasi adalah sama (homogen). Setelah keempat perlakuan terbukti sama, maka dilanjutkan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan uji Anova, untuk menguji apakah keempat perlakuan tersebut mempunya rata-rata yang sama. Tabel hitungan uji Anova menggunakan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada uji Anova dengan taraf signifikan 0.05 menunjukkan bahwa dimana nilai signifikan = 0.030 < 0.05 jadi hipotesis nol Ho ditolak dan Hi ditolak. Maka pemberian perlakuan pupuk cair daun lamtoro signifikan terhadap pertambahan berat kering tanaman sawi pakcoy. Berikut adalah grafik berat kering sawi pakcoy.

Gambar 4.4 Grafik Berat kering Tanaman Sawi Pakcoy

Keterangan

P1 : Perlakuan konsentrasi 100 ml mol lamtoro+900 ml Air (10%) P2 : Perlakuan konsentrasi 300 ml mol lamtoro+700 ml Air (30%) P3 : Perlakuan konsentrasi 500 ml mol lamtoro+500 ml Air (50%) Kontrol : Menggunakan Air Biasa

26.4

P1 P2 P3 Kontrol

Berat Kering Tanaman Sawi Pakcoy

(77)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk cair organik daun lamtoro konsentrasi 10% lebih unggul dalam pertambahan berat kering tanaman sawi pakcoy.

Setelah uji anova maka dilakukan uji Duncan yang digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap berat basah tanaman sawi pakcoy. Berikut adalah hitungan uji Duncan berat basah dengan menggunakan SPSS versi 16.0 ada pada lampiran 4.

Berdasarkan dari uji Duncan dapat disimpulkan bahwa kelompok yang paling baik secara statistik untuk meningkatkan produktivitas pertambahan berat kering tanaman sawi pakcoy adalah perlakuan 10%, Sedangkan kelompok yang kurang baik dalam meningkatkan produktivitas berat kering tanaman sawi pakcoy adalah air biasa. Berikut adalah urutan kelompok yang paling baik dalam meningkatkan jumlah daun tanaman sawi pakcoy, yaitu perlakuan 10%, 50%, 30%, dan kontrol (Air).

B. Pembahasan

1. Tinggi Tanaman Sawi Pakcoy

Gambar

Gambar 2.1 Sawi Pakcoy
Tabel 2.1 kandungan dan komposisi gizi tanaman Sawi pakcoy tiap
Gambar 2.2 Daun Lamtoro
Tabel. 3.1 Denah Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh perlakuan pemberian pupuk organik cair daun lamtoro dan pupuk nitrogen pada jumlah daun tanaman jagung manis.. umur 3 dan 7 minggu setelah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair dan pupuk fosfor berbeda nyata pada parameter pengamatan jumlah daun tanaman sawi yaitu dengan

Pengaruh Ekstra Daun Lamtoro Sebagai Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Rumput gajah Pennisetum purpureum.. Pertumbuhan Tanaman Rumput Setaria ( S

Perlakuan aplikasi pupuk organik cair kotoran sapi dengan dosis yang berbeda- beda memberikan pengaruh terhadap para- meter pertumbuhan dan produksi tanaman sawi

Hasil penelitian ini berupa data mengenai pengaruh pemberian pupuk organik cair daun petai cina terhadap pertumbuhan tanaman caisim ( Brassica juncea L.) yang

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman pakcoy dengan penggunaan Pupuk Organik Cair ekstrak daun lamtoro lebih baik

Dibimbing oleh Meriyanto dan Ridwan Hanan Penelitian ini bertujuan mengkaji respon pertumbuhan dan hasil tanaman Sawi pakcoy terhadap pemberian berbagai konsentrasi pupuk organik cair

Pemberian pupuk organik cair POC limbah cair tahu dengan perlakuan 160 ml merupakan hasil terbaik pada semua parameter tinggi tanaman, laju pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, laju