• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR KULIT PEPAYA DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR KULIT PEPAYA DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) SKRIPSI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR

KULIT PEPAYA DAN PUPUK KOTORAN KAMBING

TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI

(Brassica juncea L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Triyanto NIM : 101434029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PEPAYA DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI

(Brassica juncea L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Triyanto NIM : 101434029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

MOTTO

ميحرلا نمحرلا الله مسب

1. Kebahagiaan hanya dimiliki oleh orang yang selalu mencintai

Tuhannya. Cinta sejati hanya untuk Tuhan YME.

2. Hidup merupakan suatu perjuangan karena hidup tidak selamanya

bahagia.

3. Jangan melihat masa lalu dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran (James Thurber)

4. Hidup itu suatu pilihan

Kupersembahkan Karyaku Ini Untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang memberikan dukungan

kepada penulis

2. Ibu Ch. Retno Herani Setyati, M.Biotech yang

memberikan dukungan dan motivasi

3. Pendidikan Biologi angkatan 2010 teman seperjuangan dan kebersamaan tidak akan kulupakan

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Oktober 2014 Penulis

(7)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Triyanto

Nomor Mahasiswa : 101434029

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR KULIT

PEPAYA DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang telah saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 1 Oktober 2014

Yang Menyatakan,

(8)

vii

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada Rosulluloh Muhammad SAW dan para pengikutnya.

Skripsi yang berjudul "Perbandingan Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Kulit Pepaya dan Pupuk Kotoran Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)" ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam, Program Studi Pendidikan Biologi.

Kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam penelitian ini, mulai dari persiapan hingga selesainya penelitian, terutama kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc, Ph.D. selaku rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.Sc selaku ketua program studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Ibu Ch. Retno Herani Setyati, M.Biotech, selaku Dosen pembimbing skripsi. 5. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis. 6. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi Angkatan 2010 yang selalu

memberikan semangat.

7. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

Harapan penulisan semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, dan khusus calon-calon guru biologi sebagai referensi tambahan dalam penulisan skripsi.

(9)

viii

ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR KULIT PEPAYA DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

Triyanto, 101434029 Universitas Sanata Dharma

2014

Konsumsi buah pepaya yang tinggi meningkatkan jumlah limbah organik. Upaya pemanfaatan limbah organik dari kulit pepaya dapat dilakukan dengan pembuat pupuk cair EM4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk cair organik EM4 dari kulit pepaya pada pertumbuhan sawi dan mengetahui perbedaan pertumbuhan tanaman sawi yang diberi pupuk cair EM4 dari kulit pepaya dengan pupuk kandang.

Penelitian dilaksanakan di RT.15 RW.8 Sidowarno Brajan Prambanan Klaten pada tanggal 01 Februari 2014 sampai dengan 30 April 2014. Penelitian dimulai dari pembuatan pupuk, pembibitan dan penanaman sawi sampai dengan pengambilan dan pengolahan data. Desain penelitian ini menggunakan design eksperimental dengan satu kontrol dan dua perlakuan yaitu penggunaan pupuk cair kulit pepaya dan pupuk kotoran kambing. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Pengambilan data dilakukan setiap tiga hari sekali sampai panen. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji anova.

Hasil analisis uji statistik menunjukan bahwa rata-rata tinggi batang pada perlakuan EM4 3,461 cm, sedangkan pupuk kotoran kambing 2,573 cm dan untuk jumlah daun pada perlakuan EM4 5,548 cm, sedangkan pupuk kotoran kambing 3,696 cm. Uji varians kedua perlakuan menunjukkan probabilitas < 0,05, sehingga Ho ditolak, maka ada perbedaan antara kedua perlakuan. Berdasarkan analisis anova pemberian EM4 kulit pepaya terhadap tanaman sawi signifikan. Kesimpulan penelitian ini adalah perlakuan EM4 yang diujikan terhadap tanaman sawi memberikan hasil optimal dibandingkan pupuk kotoran kambing sesuai parameter yang diamati.

(10)

ix ABSTRACT

COMPARISON THE IMPACT OF GRANTING FERTILIZER LIQUID THE PAPAYA SKIN AND FERTILIZER GOAT POO ON THE GROWTH OF

PLANT MUSTARD (Brassica juncea L.)

Triyanto, 101434029 Sanata Dharma University

2014

High consumption fruit pepaya increasing amount organic waste. Utilization eforts organic waste of leather pepaya can be done with maker fertilizer liquid em4.The purpose of this study is aimed to know the influence of fertilizer liquid organic em4 of leather pepaya to the growth of mustard and mustard knows the difference of growth in plants which given fertilizer liquid em4 of leather pepaya with manure.

The research was carried out on RT. 15 RW 8 Sidowarno Brajan Prambanan Klaten on 01 February 2014 until April 30, 2014. Research begins from the manufacture of fertilizer, the nursery and planting mustard greens up to retrieval and data processing. Design this research using design experimental with one control and two treatment namely the use of fertilizers liquid skin pepaya and fertilizer goat poo.The observed parameters include a high number of plants and leaves. The taking of data was undertaken once every three days to harvest. Data is retrieved analysis with using anova test.

The result analysis test statistics show that the average a tall stems of em4 3,461 cm, on treatment while fertilizer goat poo 2,573 centimeters and for the number of leaves on treatment em4 5,548 cm, while fertilizer goat poo 3,696 cm. A test of the variance both treatment show probability < 0.05, so as to ho rejected, then there is a difference between the two treatment. By virtue of analysis anova granting em4 the skin pepaya to plant mustard significant. The conclusion of research is treatment em4 tested against results than plant mustard optimal fertilizer goat poo in accordance in parameter that observed.

(11)

x

Daftar Isi

Halaman

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………..… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… vi

KATA PENGANTAR ………. vii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………

B. Rumusan Masalah ………..

C. Tujuan Penelitian ………...

D. Manfaat Penelitian ………. E. Ruang Lingkup Penelitian/ Batasan Masalah ………

F. Hipotesis ………

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

(12)

xi

E. Aplikasi Teknologi EM4 ………...

F. Aplikasi Pupuk Kotoran kambing ……….

G. Sawi (Brassica juncea L.) ………..

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… B. Jenis Penelitian ……….. C. Populasi dan Sampel ……….. D. Desain Penelitian ………... E. Metode Penelitian ……….. F. Teknik Pengumpulan Data ……… G. Cara Analisis Data ……….

H. Kerangka Berfikir Penelitian ……….

24

BAB IV: DATA DAN PEMBAHASAN ………

A. Tinggi Batang ………..………..

B. Jumlah Daun ………..

36 36 40

BAB V: IMPLEMENTASI TERHADAP PEMBELAJARAN …….. 46

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

xii

Daftar Tabel

(14)

xiii

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Pohon Pepaya ……… 6

Gambar 2.2 Tanaman Sawi ………... 19

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Tinggi Batang ………. 36

(15)

xiv

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Batang Tanaman Sawi (Brassica

juncea L.) ………... 53

Lampiran 2. Analisis Data Tinggi Batang Tanaman ………... 54

Lampiran 3. Data Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)……….. 55

Lampiran 4. Analisis Data Jumlah Daun Tanaman ………. 56

Lampiran 5. Grafik pengaruh pupuk cair EM4 terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman sawi (Brassica juncea L.) …………. 57

Lampiran 6. Diagram pengaruh pupuk cair EM4 terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman sawi (Brassica juncea L.) ………. 58

Lampiran 7. Uji Analisis Group Statistik ……… 59

Lampiran 8. Uji Statistik Independent Sample Test ……… 60

Lampiran 9. Urutan Pembuatan Pupuk Cair Tahap 1 ……….. 61

Lampiran 10. Urutan Pembuatan Pupuk Cair Tahap 2 ……… 62

Lampiran 11. Urutan Pembuatan Pupuk Cair Tahap 3 ……… 63

Lampiran 12. Urutan Pembuatan Pupuk Cair Tahap 4 ……… 64

Lampiran 13. Urutan Pembenihan ………... 65

Lampiran 14. Urutan Pembibitan ………. 66

Lampiran 15. Data Pengukuran Suhu Udara dan pH Tanah ……… 67

Lampiran 16. Dokumentasi Pengamatan ………. 68

Lampiran 17. Silabus ………..…. 71

Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 78

Lampiran 19. Lembar Penilaian Portofolio ………. 85

Lampiran 20. Lembar Penilaian Sikap ………. 87

Lampiran 21. Lembar Penilaian Diskusi ………. 90

Lampiran 22. Lembar Penilaian Produk ……….. 92

Lampiran 23. Lembar Penilaian Proyek ……….. 94

(16)

xv

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pupuk kimia dan pestisida apabila digunakan secara terus menerus dapat merusak biota tanah, menyebabkan hama menjadi resisten, memicu timbulnya penyakit, serta dapat mengubah kandungan vitamin dan mineral beberapa komoditi pertanian. Bahan kimia sering digunakan dengan alasan meningkatkan produktivitas tanaman. Namun hal ini justru lebih banyak menimbulkan dampak negatif baik bagi kesehatan manusia maupun bagi lingkungan sekitar.

(18)

sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik, sehingga bisa lebih bermanfaat bagi lingkungan.

Pupuk organik merupakan hasil pembusukan dari bahan-bahan organik yang berasal dari tanaman, kotoran hewan dan manusia. Salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk cair EM4. Effective microorganisms 4 atau yang lebih dikenal EM4 merupakan salah satu contoh produk bioteknologi yang berisi sejumlah mikroorganisme antara lain: Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa.

Mikroorganisme tersebut bekerja secara efektif untuk memperbaiki kondisi tanah dan menekan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan penyakit.

Kelebihan EM4 bukan saja dalam bidang pertanian tapi juga dalam bidang peternakan, perikanan dan pengolahan limbah. Penggunaan EM4 di bidang pertanian dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk buatan atau kimia. Contohnya pemberian dosis kombinasi pupuk kimia (NPK 75%) dan penambahan EM4 baik diterapkan oleh petani sawi (Ryan, 2010).

(19)

yang dilaksanakan oleh Ryan pada tahun 2010 di lahan pertanian Kampung Bumi Wonorejo, diperoleh hasil bahwa respon tanaman sawi akibat pemberian variasi dosis pupuk NPK dan EM4 memberikan pengaruh terhadap penambahan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman sawi. Efektivitas pemberian pupuk cair EM4 terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.) diketahui dengan cara dibandingkan dengan pupuk

kandang berupa kotoran kambing. Kotoran kambing digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini karena hampir semua masyarakat tempat tinggal penulis memelihara ternak kambing. Kotoran kambing yang dihasilkan dari kambing belum banyak dimanfaatkan secara benar oleh masyarakat.

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kedua limbah tersebut dapat diolah dan diaplikasikan untuk tanaman. Sehingga mengurangi penumpukan limbah rumah tangga yang awalnya dianggap tidak bermanfaat. Dengan demikian limbah dari kulit pepaya dan kotoran kambing dapat bermanfaat bagi masyarakat dan alam sekitar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pupuk cair EM4 dari kulit pepaya terhadap

pertumbuhan sawi (Brassica juncea L.)?

(20)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh pupuk cair organik EM4 dari kulit pepaya pada

pertumbuhan sawi (Brassica juncea L.)

2. Mengetahui perbedaan pertumbuhan tanaman sawi yang diberi pupuk cair

EM4 dari kulit pepaya dengan pupuk kandang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petani

Petani dapat memanfaatkan limbah kulit pepaya untuk dijadikan pupuk cair organik EM4 dengan metode yang sederhana. Selain itu bisa menambah nilai ekonomis bagi petani karena lebih hemat biaya untuk membeli pupuk kimia.

2. Bagi masyarakat

Masyarakat khususnya konsumen pepaya dapat memanfaatkan kulitnya untuk pupuk tanaman di rumahnya sebagai pupuk alternatif.

3. Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan tentang pengaruh pupuk organik EM4 dari kulit pepaya terhadap pertumbuhan tanaman sawi.

E. Ruang lingkup penelitian/ batasan masalah

(21)

1. Subyek penelitian ini adalah pupuk EM4 dari kulit pepaya dan pupuk kandang dari kotoran kambing.

2. Obyek penelitian ini adalah tanaman sawi (Brassica juncea L.).

3. Ruang lingkup penelitian ini meliputi : pengaruh pemberian pupuk EM4

kulit pepaya dan pupuk kotoran kambing terhadap pertumbuhan tanaman sawi yang meliputi parameter pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun.

F. Hipotesis

1. Pupuk cair organik EM4 dari kulit pepaya berpengaruh terhadap pertumbuhan sawi (Brassica juncea L.)

2. Ada perbedaan pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.) yang

(22)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kulit Pepaya

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herbal famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daerah tropis maupun sub tropis. Di daerah basah dan kering atau di daerah dataran dan pegunungan sampai ketinggian 1000 m. Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi (Prihatman, 2000).

Dalam sistematika tumbuhan pepaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Pohon Pepaya

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyte Class : Dicotyledonae Ordo : Cistales Family : Caricaceae Genus : Carica

Spesies : Carica pepaya L. Nama Lokal : Pepaya

(23)

Tingkat konsumsi buah di masyarakat cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan penumpukan sampah yang berasal dari kulit buah. Tingginya konsumsi buah pepaya disebabkan karena buah pepaya sangat baik untuk melancarkan pencernaan. Salah satu contoh sampah kulit buah adalah kulit buah pepaya. Sampah kulit pepaya dapat digunakan sebagai pupuk karena kandungan papain yang bagus dalam penguraian limbah organik. Enzim papain merupakan enzim protease yang berperan untuk menghidrolisis protein. Enzim protease ini mampu memecah ikatan peptide sehingga dapat membantu proses fermentasi (Mohjoni, 2013).

(24)

B. Pupuk

Produksi pangan dunia ditentukan oleh sumbangan unsur hara yang didapat dari tanah dan pupuk-pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah. Saat ini pupuk sangat diperlukan untuk menjamin kecukupan produksi pangan dan mencegah penurunan produktivitas tanah akibat pengurangan unsur hara. Peningkatan populasi dunia yang cepat mengakibatkan meningkatnya konsumsi yang menjadikan pupuk-pupuk menjadi bagian integral dalam suplai pangan (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

(25)

efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional (Yuwono, 2007).

Menurut Pinus dan Marsono (2013) pupuk organik berdasarkan asal bahan terbentuknya dibagi menjadi enam yaitu:

1. Pupuk kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine). Pupuk kandang digunakan untuk memperbaiki unsur hara dalam tanah. Kelebihan pupuk ini di antaranya kandungan unsur hara yang tinggi, pembuatannya yang murah dan cepat tercampur dengan tanah. Contoh pupuk kandang: kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran kerbau, kotoran babi.

2. Kompos

Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota dan lain sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Kelebihan pupuk ini antara lain murah, mengurangi penumpukan sampah dan kotoran dan memperbaiki kondisi tanah. Contoh pupuk kompos: kompos daun, kompos kotoran ternak. 3. Pupuk hijau

(26)

pupuk ini memberikan pengaruh baik terhadap kehidupan jasad renik tanah, memperkaya tanah dengan humus, mengembalikan unsur hara, menekan pertumbuhan rumput, mencegah erosi dan melindungi tanah dari guyuran air hujan.

4. Humus

Humus adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang dan batang yang sudah membusuk secara alami lewat bantuan mikroorganisme di dalam tanah dan cuaca di atas tanah. Kelebihan pupuk ini adalah mudah mengikat dan merembeskan air serta gembur.

5. Pupuk guano

Pupuk guano merupakan pupuk yang berasal dari kotoran berbagai burung liar bukan burung peliharaan. Kelebihan pupuk ini adalah kaya akan unsur hara dan menyuburkan tanah, contoh pupuk guano: pupuk dari kotoran kelelawar.

6. Pupuk organik buatan

(27)

Jenis pupuk organik berdasarkan bentuknya menurut Suwahyono (2014) dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Pupuk padat organik

Pupuk padat organik merupakan limbah hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berupa limbah padat yang digunakan untuk memperbaiki unsur tanah. Kelebihan pupuk padat organik adalah biaya yang murah, mempercepat perbaikan unsur hara tanah. Contoh pupuk padat organik adalah pupuk kotoran ternak, pupuk dedaunan, ampas tahu.

2. Pupuk cair organik

Pupuk cair organik merupakan larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Contoh pupuk cair organik adalah pupuk EM4, larutan MOL, urine ternak.

C. Pengomposan

(28)

mikroba mesofilik. Suhu akan meningkat hingga di atas 500-700 C. Pada suhu ini mikroba yang aktif adalah mikroba termofilik karena mikroba ini aktif pada suhu tinggi. Pada proses ini terjadi penguraian bahan organik yang sangat aktif. Suhu akan mengalami penurunan ketika bahan organik sudah banyak yang terurai. Pada saat suhu mengalami penurunan terjadi proses pematangan kompos. Pada proses pematangan ini akan terbentuk liat humus. Selama proses pengomposan terjadi penyusutan volume hingga 30-40 % dari volume awal (Alex, 2011).

Sutanto (2002) menyatakan bahwa selama proses pengomposan berlangsung, perubahan secara kualitatif dan kuantitatif terjadi. Pada tahap awal akibat perubahan lingkungan beberapa spesies flora menjadi aktif, makin berkembang dalam waktu yang cepat dan kemudian hilang untuk memberikan kesempatan pada populasi lain untuk menggantikan. Selama dekomposisi intensif berlangsung, dihasilkan suhu yang cukup tinggi dalam waktu relatif pendek dan bahan organik yang mudah terdekomposisi akan diubah menjadi senyawa lain. Selama tahap pematangan utama dan pasca pematangan bahan yang agak sukar terdekomposisi menjadi terurai dan terbentuk ikatan kompleks lempung-humus.

D. Pupuk Cair EM4

(29)

Ada lima golongan utama penyusun EM4 yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., ragi, dan Actinomycetes (Indriani, 2011).

Djuarni dkk (2005) menyatakan bahwa EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya tanaman sejenis secara terus-menerus (continous croping). EM4 dapat memfermentasikan sisa pakan dan kulit udang atau ikan di tanah dasar tambak, sehingga gas beracun dan panas di tanah dasar tambak menjadi hilang. EM4 dapat digunakan untuk memproses bahan limbah menjadi kompos dengan proses yang lebih cepat dibandingkan dengan pengolahan limbah secara tradisional.

(30)

Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4 menurut Djuarni dkk (2005) dibagi menjadi 5 yaitu seperti yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Jenis mikroorganisme kultur EM4 dan peranannya

Jenis organisme Peranan

Bakteri Fotosintesis (Rhodopseudomonos sp)

 Mensistesis bahan organik menjadi asam amino, asam nukleat, zat bioaktif dan gula dengan bantuan sinar matahari Bakteri asam laktat  Menghasilkan asam laktat dari

gula

 Menekan pertumbuhan jamur yang merugikan, seperti fusarium

 Mempercepat penguraian bahan-bahan organik menjadi humus Ragi

(Saccharomyces sp)

 Membentuk zat anti bakteri  Meningkatkan jumlah sel akar

dan perkembangan akar

Actinomycetes  Menghasilkan zat-zat bioaktif

yang berfungsi menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri pathogen seperti fusarium

Jamur fermentasi (Aspergillus sp)

 Mengurangi bahan organik (selulosa, karbohidrat) dan mengubahnya menjadi alkohol, ester dan zat antimikroba

(31)

E. Aplikasi Teknologi EM4

EM4 dikulturkan dalam bentuk cair berwarna coklat. Pada saat disemprotkan ke dalam tanah atau tubuh tanaman, EM4 secara aktif memfermentasikan bahan organik. Hasil fermentasi dapat diserap langsung oleh perakaran tanaman, misalnya gula, alkohol, asam amino, protein, karbohidrat. Selain itu, EM4 merangsang perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan tanaman, melindungi tanaman dari serangan penyakit sehingga dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produktifitas tanaman (Wididana dan Muntoyah, 2010).

(32)

Aplikasi EM4 dengan bahan berupa rebung pada tanaman sawi tidak memberikan pengaruh terhadap berat basah, kadar klorofil dan kandungan antioksidan pada tanaman sawi. Perhitungan statistik menunjukkan perlakuan pemupukan EM4 tersebut tidak signifikan atau tidak berbeda nyata karena Fhitung < Ftabel (probabilitas < 0,05). Penyebab penelitian ini belum berhasil yakni frekuensi pemupukan EM4 rebung yang terlalu jauh yaitu satu kali dalam seminggu dan jumlah yang diberikan pada tanaman terlalu sedikit yaitu 30 ml (Rahayuningtiyas, 2013).

F. Aplikasi Pupuk Kotoran Kambing

Pupuk organik yang berasal dari kotoran kambing merupakan salah satu alternatif yang baik karena pupuk kotoran kambing dapat meningkatkan pH tanah, kandungan N dan P tanah, serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Aplikasi pupuk kotoran kambing dapat meningkatkan serapan pupuk sehingga memacu pertumbuhan akar serta hasil bahan segar dan kering Amaranthus viridis (Awodun, 2007). Sedangkan aplikasi pada tanaman krisan

dapat menunjukkan bahwa pupuk kotoran kambing mampu meningkatkan kualitas serta kuantitas stek pucuk pada krisan.

(33)

Tabel 2.2. Kandungan Nutrisi pada Kotoran Kambing Jenis

Kotoran

Kadar Hara (%)

Nitrogen Fosfor Kalium Air

Padat 0,60 0,30 0,17 60

Cair 1,50 0,13 1,80 85

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang termuat di jurnal Produksi Tanaman (Volume 1, No.1) yang dilaksanakan oleh Styaningrum dkk pada tahun 2013 diketahui bahwa kandungan N pada kotoran kambing tergolong tinggi. Kandungan N dalam pupuk berfungsi mempercepat pertumbuhan tanaman, merangsang pembentukan tunas, memperbaiki kualitas terutama proteinnya, serta menjadi sumber makanan bagi mikroba di sekitar tanaman. Pupuk kotoran kambing juga berpengaruh terhadap tinggi tunas, jumlah tunas, diameter batang, dan jumlah daun benih krisan. Produksi benih krisan (jumlah tunas) meningkat seiring dengan meningkatnya dosis pupuk kotoran kambing pada semua varietas yang diuji. Pengaruh dosis pupuk kotoran kambing 30 kg/ m2 relatif tidak berbeda dengan dosis 15 kg/m2 terhadap diameter batang tunas dan jumlah daun (Yiyin, 2012).

G. Sawi (Brassica juncea L.)

(34)

Perbanyakan sawi (Brassica juncea L.) yaitu secara generatif dengan menggunakan biji. Biji sawi (Brassica juncea L.) berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaan licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit biji coklat kehitaman. Sebelum tanaman ditanam dilakukan pembibitan. Pembibitan dapat dilakukan pada wadah plastik ataupun kotak kayu dengan media tanam berupa pasir halus. Ketebalan pasir halus yang digunakan cukup kira-kira 3-4 cm dari dasar wadah (Haryanto dkk, 1998). Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpangsari.

(35)

1. Klasifikasi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

Klasifikasi dari tanaman sawi (Brassica juncea L.) adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2. Tanaman Sawi

Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales (Brassicales) Familia : Crucifera (Brascaceae) Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea (Tjitrosoepomo, 1988)

2. Morfologi Sawi

(36)

beruang 2 karena adanya sekat semu yang tipis seperti membran, sekat-sekat melintang terbagi dalam beberapa ruang. Buahnya berupa buah lobak (siliqua) bila masak membuka dengan 2 katup dan terputus menjadi beberapa bagian, jarang berupa buah tertutup, biji tanpa endosperm (Tjitrosoepomo, 1988).

3. Syarat Tumbuh Sawi

Setiap tanaman mempunyai kondisi lingkungan tertentu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Sawi seperti halnya tanaman lain juga memiliki kondisi lingkungan tertentu. Faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi secara optimal antara lain iklim, tanah, suhu, pH dan cahaya. Sawi merupakan tanaman semusim dengan kondisi lingkungan sebagai berikut:

a. Iklim

(37)

Sawi (Brassica juncea L.) dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah yaitu di pekarangan, ladang atau sawah. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 m sampai dengan 1.200 m di atas permukaan laut. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun (Haryanto dkk, 1998).

b. Tanah

Keadaan tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak mengandung humus dan drainase baik dengan derajat keasaman/pH antara 6-7 (Haryanto dkk, 1998). Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan tanah secara sempurna, antara lain pengolahan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam dosis yang tinggi. Sifat biologis tanah yang baik untuk tanaman sawi adalah tanah yang banyak mengandung humus dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk prtumbuhan tanaman. Tanah terdapat jasad renik atau organism pengurai sehingga sifat biologis tanah yang baik dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).

c. Suhu

(38)

dengan baik di daerah yang suhunya antara 270C sampai 320C (Haryanto dkk, 1998).

d. pH

Derajat keasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhan tanaman harus dijaga. Kandungan pH yang dianjurkan untuk tanaman sawi adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto dkk, 1998).

H. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan peristiwa yang terjadi pada sel atau tubuh yang mengalami pertambahan ukuran, berat dan perubahan bentuk tetapi tidak dapat balik (irreversible). Oleh karena itu pertumbuhan pada suatu organisme dapat diukur, misalnya mengukur peningkatan volume tumbuhan dapat diukur dari perbedaan panjang batang, diameter batang, berat tanaman dan luas permukaan daun. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dari dalam yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, antara lain Gen dan Hormon Pertumbuhan.

Faktor luar yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, antara lain: air, oksigen, suhu dan unsur hara dalam tanah

1. Air

(39)

tersebut terjadi karena proses penyusunan zat makanan terhambat saat proses fotosintesis.

2. Oksigen

Oksigen dibutuhkan oleh tumbuhan dalam penyusunan energi saat respirasi. Jika suplai oksigen terhambat, maka aktivitas pertumbuhan tanaman juga akan terhambat.

3. Suhu

Pertumbuhan dapat berlangsung pada suhu 4 – 450C dan akan optimal pada suhu 28–330C. Aktivitas pertumbuhan yang optimum membutuhkan suhu optimum karena aktivitas pertumbuhan merupakan peristiwa enzimatis yang membutuhkan bantuan enzim. Enzim tidak dapat bekerja pada suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.

4. Unsur hara dalam tanah

(40)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Februari 2014 sampai dengan 30 April 2014, di RT.15 RW.8 Sidowarno Brajan Prambanan Klaten.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terperinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk itu setiap eksperimen harus dirancang terlebih dahulu untuk keberhasilan eksperimen.

Dalam Penelitian ini menggunakan 3 jenis variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian.

1. Variabel bebas

(41)

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang muncul akibat adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang digunakan dalam variabel terikat adalah tinggi batang dan jumlah daun. Adapun ketentuan pengukuran sebagai berikut:

a. Tinggi batang: Perhitungan dan pengukuran yang digunakan untuk tinggi batang adalah dari tunas sampai pangkal batang.

b. Jumlah daun: Perhitungan dan pengukuran yang digunakan untuk jumlah daun adalah daun yang menempel pada tunas yang dipelihara.

3. Variabel kontrol

Variabel kontrol adalah variabel lain yang ikut berpengaruh yang dibuat sama pada setiap media percobaan dan terkendali. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel kontrol adalah volume air untuk penyiraman sebanyak 500ml per pot, pH tanah 7, umur bibit sawi pada usia 4 minggu, pemeliharaan dan kulit pepaya muda umur 1,5 bulan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(42)

digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman sawi (Brassica juncea L.).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari anggota populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sembilan tanaman sawi (Brassica juncea L.) dengan pembagian tiga tanaman sebagai kontrol, tiga tanaman dengan perlakuan pupuk kandang dan tiga tanaman diberi pupuk cair EM4.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan design eksperimental rancangan acak lengkap dengan tiga replikasi yaitu perlakuan yang digunakan dalam penelitian untuk menguji hipotesa yang ada. Dimana pengertian rancangan percobaan adalah kajian mengenai penentuan kerangka dasar kegiatan pengumpulan informasi terhadap obyek yang memiliki variasi, berdasarkan dengan prinsip statistika. Prinsip rancangan penelitian di antaranya:

1. prinsip statistik yang mendasar agar analisis yang diterapkan terhadap hasil pengamatan valid secara ilmiah

2. prinsip pengacakan, pengendalian galat, dan ortogonalitas 3. prinsip pelaksanaan percobaan secara terkendali

(43)

ANOVA merupakan alat statistik yang dapat menguji perbedaan pada lebih dari dua kelompok sampel. Esensi dari pengujian alat uji ANOVA adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hitung tiga kelompok data atau lebih. Dalam penelitian ini uji ANOVA karena memenuhi tiga syarat utama yaitu:

1. Populasi yang akan diuji berdistribusi normal atau setidaknya varietas yang sama yaitu tanaman sawi.

2. Mempunyai lebih dari dua sampel. Pada penelitian ini menggunakan jenis perlakuan yang berbeda.

3. Sampel yang digunakan tidak sama, tidak saling berhubungan. Pada penelitian ini menggunakan tanaman sawi dengan tiga perlakuan yaitu pupuk cair kulit pepaya,kontrol dan pupuk kambing. Setiap perlakuan masing-masing terdiri atas tiga kali ulangan.

E. Metode Penelitian

1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Ember

b. Sendok

c. Timbangan/ takaran d. Pisau

(44)

g. Penyaringan h. pH tanah i. Thermometer

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Tetes tebu

b. Kulit Pepaya c. Air

d. Tanah

e. Kotoran Kambing sebagai pembanding f. Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

2. Cara Kerja

Cara kerja pada penelitian ini melipui beberapa tahapan pembuatan pupuk kotoran kambing, pembuatan pupuk cair EM4, pembenihan, pembibitan dan perlakuan.

a. Pembuatan Pupuk Kotoran Kambing

Langkah pembuatan pupuk kotoran kambing dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Mengambil kotoran kambing dan dibiarkan sampai kering. 2) Menghancurkan kotoran kambing kemudian dicampur dengan

(45)

3) Kotoran kambing yang sudah tercampur dengan tanah diletakan pada karung dan diikat agar udara dalam karung tetap panas serta kandungan nutrisi dari mikroorganisme tidak hilang. 4) Kotoran kambing dibiarkan selama 1 bulan untuk hasil yang

maksimal.

5) Pupuk kotoran kambing siap untuk digunakan.

b. Pembuatan Pupuk Cair EM4

1) Membuat EM 4 Tahap 1:

a) Menyiapan ember, sendok, timbangan, pisau, lakban, gelas

ukur, gula pasir/tetes tebu, kulit pepaya, air. b) Memotong kulit pepaya menjadi kecil-kecil

c) Kulit pepaya yang telah di potong kecil-kecil, kemudian

ditimbang sebanyak 500 gr

d) Kulit pepaya yang telah ditimbang dimasukkan kedalam

ember yang menjadi wadah untuk pembuatan pupuk

e) Kulit pepaya didalam ember ditambahkan air 1 liter dan tetes tebu sebanyak 100 ml

f) Menutup rapat ember sampai tidak ada celah atau lobang dan diamkan selama 1 minggu

g) Mengaduk cairan setiap 3 hari sekali.

(46)

2) Membuat EM 4 Tahap 2:

a) Mengambil ember yang berisi EM 4 tahap 1 b) Mengambil 100ml EM 4 tahap 1

c) Menambahkan dengan 1 liter air dan 100 ml tetes tebu d) Menutup rapat ember dan didiamkan selama 1 minggu e) Mengaduk cairan setiap 3 hari sekali.

Urutan pembuatan pupuk tahap 2 dapat dilihat pada lampiran 10.

3) Membuat EM 4 tahap 3:

a) Mengambil ember yang berisi EM 4 tahap 2 b) Mengambil 1 liter EM 4 tahap 2

c) Menambahkan dengan 10 liter air dan 1 liter tetes tebu d) Menutup rapat ember dan didiamkan selama 1 minggu e) Mengaduk cairan setiap 3 hari sekali.

Urutan pembuatan pupuk tahap 3 dapat dilihat pada lampiran 11.

4) Membuat EM 4 tahap 4:

a) Mengambil ember yang berisi EM 4 tahap 3 b) Mengambil 5 liter EM 4 tahap 3

c) Menambahkan dengan 500 ml tetes tebu

(47)

Urutan pembuatan pupuk tahap 4 dapat dilihat pada lampiran 12.

c. Pembenihan

1) Menyiapkan benih sawi yang akan dibibitan. 2) Menyiapkan tanah untuk media pembibitan

3) Menaburkan benih dalam tanah yang sudah disiapkan, kemudian disiram.

4) Penyiraman dilakukan satu hari sekali sampai tumbuh bibit sawi, sekitar 2 minggu atau 14 hari. Cara pembenihan dapat dilihat pada lampiran 13.

d. Pembibitan

1) Menyiapkan 3 tempat untuk pembibitan,

2) Memilih bibit sawi yang memiliki tinggi batang dan jumlah daun yang sama.

3) Bibit sawi yang sudah dipilih kemudian ditanam ketempat yang sudah disediakan masing-masing tempat 3 bibit.

4) Setiap tempat diberi label, kontrol, EM 4, dan kotoran kambing. Cara pembibitan dapat dilihat pada lampiran 14.

e. Perlakuan

1) Setelah bibit sawi tumbuh dengan baik pada usia tanaman 4 minggu dimulai pemberian pupuknya

(48)

menetralkan cairan EM4 menggunakan air dengan perbandingan 1:2, untuk setiap tanaman masing-masing 20ml larutan EM4 yang sudah dinetralkan, tempat 3 dibiarkan saja untuk kontrol.

3) Pemberian pupuk dilakukan selama 1 minggu sekali, dan diukur tinggi batang sawi serta banyaknya daun yang ada sebelum pemberian pupuk setiap minggunya.

4) Setiap 2 hari sekali tanaman disiram menggunakan air biasa. 5) Pengamatan ini dilakukan sampai tanaman siap panen. Seperti

yang terlampir pada lampiran 16. Dokumentasi pengamatan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah dilakukan perlakuan terhadap tanaman. Pengumpulan data dilakukan setiap satu minggu dua kali yaitu pada hari Selasa dan Jumat sampai panen dengan mengukur panjang batang dan jumlah daun.

G. Cara Analisis Data

(49)

dilakukan, dengan kata lain nilai rata-rata yang dibandingkan tidak berbeda. Sebaliknya bila variasi antar kelompok lebih besar dari variasi dalam kelompok berarti intervensi tersebut memberikan efek yang berbeda, dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan menunjukkan adanya perbedaan. Langkah- langkah yang digunakan dalam menarik kesimpulan pada pengujian ini yaitu:

1. Menentukan Ho dan Hr 2. Menentukan taraf nyata (a) 3. Menentukan wilayah kritik

4. Perhitungan

Untuk menyatakan signifikan atau tidak data yang ada dengan cara sebagai berikut:

1. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 1%  Perbedaan di antara rerata

perlakuan dikatakan sangat signifikan.

2. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 5%  Perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan signifikan.

3. Bila F hitung < F tabel pada aras 5%  Perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan tidak signifikan.

(50)

pengujian ANOVA adalah terdapat nilai beda I ketidaksamaan nilai tengah pada data yang diujikan. Metode ini berfungsi untuk mengetahui nilai tengah mana yang memiliki perbedaan yang signifikan. Biasanya dilakukan dengan melihat besar variasi dari tiap kombinasi perbandingan nilai tengah yang diamati. Salah satu metode post hoc test yaitu metode uji wilayah berganda Duncan. Adapun langkah- langkah dalam menggunakan metode post hoc test Duncan ini adalah :

1. Penetapan hipotesis 2. Pemilihan taraf nyata (a) 3. Perhitungan

a. Menghitung dan menyusun rata- rata dari tiap contoh yang diujikan.

b. Mencari nilai rp pada Tabel Wilayah Terstudentkan Terkecil. c. Menghitung nilai Rp berdasarkan nilai rp dan nilai kuadrat

tengah galat dari hasil perhitungan ANOVA dengan rumus

(Rp =

rp sVn

).

(51)

H. Kerangka Berfikir Penelitian

Aktivitas Rumah Tangga

Kulit Pepaya

Jumlah Daun Tinggi Batang

Faktor Eksternal Pertumbuhan Hasil Pengukuran, Pengamatan dan Perhitungan

Faktor Internal Pertumbuhan

Tanaman Sawi

Pupuk Kandang Padat Pupuk Cair EM4

Kotoran Kambing

Pupuk Pupuk

(52)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi pupuk cair kulit pepaya dan pupuk kotoran kambing terhadap pertumbuhan tinggi batang dan jumlah daun tanaman sawi diperoleh hasil sebagai berikut:

A. Tinggi Batang

Pengaruh pemberian pupuk cair kulit pepaya dan pupuk kotoran kambing terhadap tinggi batang tanaman sawi (Brassica juncea L.) dapat dilihat pada gambar 4.1. Grafik rata-rata tinggi batang. Tinggi batang merupakan bagian batang yang diukur dari batang yang terlihat mulai dari atas permukaan tanah sampai ujung tunas. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap parameter, diperoleh hasil sebagai berikut:

(53)

Gambar 4.1 di atas menunjukkan grafik pengaruh kedua pupuk terhadap tinggi batang tanaman sawi (Brassica juncea L.). Grafik tersebut terlihat adanya perbedaan tinggi batang tanaman sawi. Pada perlakuan pupuk cair EM4 terjadi peningkatan tinggi batang yang tertinggi pertambahannya, jika dibandingkan pada perlakuan pupuk kotoran kambing dan kontrol. Perlakuan pupuk cair EM4 yang diaplikasikan ke tanaman sawi (Brassica juncea L.) memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pertambahan tinggi batang tanaman dibandingkan perlakukan pupuk kotoran kambing.

Perbandingan tinggi batang setiap pengamatan pada perlakuan pupuk cair EM4 dengan kontrol, pertambahan tinggi batang perlakuan pupuk cair EM4 terus meningkat setiap pengamatan dari ketiga ulangan dibandingkan dengan kontrol. Hal ini terjadi karena tanaman pada perlakuan pupuk cair EM4 menyerap kandungan hara dalam tanah yang berasal dari pupuk cair, sedangkan pada kontrol tanaman tidak memperoleh tambahan nutrisi karena tanah tidak memperoleh tambahan unsur hara. Sehingga pemberian pupuk cair EM4 berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sawi.

(54)

tidak begitu nampak dibandingkan pada perlakuan pupuk kandang. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian pupuk kandang kotoran kambing memberikan pengaruh terhadap tinggi batang tanaman sawi.

Pada grafik 4.1 diatas juga dapat dilihat perbedaan antara perlakuan pupuk cair EM4 dan pupuk kandang. Grafik pada perlakuan pupuk cair terjadi peningkatan pada setiap minggunya sedangkan pada perlakukan pupuk kandang pertambahan tinggi batang tidak secepat perlakuan pupuk cair EM4. Pemberian pupuk cair EM4 lebih baik dibandingkan dengan pupuk kotoran kambing ini terjadi karena kandungan nutrisi yang diserap tanah pada pupuk cair EM4 lebih banyak daripada pupuk kotoran kambing.

Kandungan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertambahan tinggi batang pada pupuk cair EM4 akan cepat diserap tanah dan tanaman dibandingkan pupuk kotoran kambing yang sifatnya padat yang tidak langsung diserap tanah. Sehingga pertambahan tinggi batang dari ketiga perlakuan tidak sama, dimana pupuk cair EM4 lebih baik karena nutrisi yang diserap tanaman lebih banyak dibandingkan pada pemberian pupuk kotoran kambing nutrisi yang diserap tanaman sedikit. Dapat dikatakan bahwa kedua perlakuan memberikan hasil yang baik terhadap tanaman sawi (Brassica juncea L.), tetapi perlakuan EM4 dari kulit pepaya lebih optimal dibandingkan dengan perlakuan dengan pupuk kotoran kambing.

(55)

akan menyimpan cadangan makanan yang banyak dibagian batang, sedangkan saat udara panas unsur hara dan mineral akan cepat disalurkan untuk proses fotosintesis.

Suhu yang baik pada penelitian ini antara 250C sampai 270C. Pada suhu tersebut mikroorganisme yang ada dalam pupuk kandang tidak bekerja secara aktif, dapat dilihat dalam pustaka bahwa mikroba yang terkandung dalam pengomposan pupuk kandang akan aktif deng baik pada suhu 500-700C, sedangkan mikroba pada pupuk cair EM4 akan tumbuh baik pada tempat yang tidak terlalu panas dan tidak dingin. Tempat untuk perlakuan ditutup dengan kelambu, penutupan pada tempat penelitian ini berguna supaya hama tidak dapat masuk dan menyerang akar dan batang tanaman.

Dari analisa data pada lampiran 2. Analisa Data Tinggi Batang Tanaman menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dari ketiga perlakuan, dimana variasi perlakuan pada aras F tabel 5% lebih kecil dari F perlakuan dan F tabel 1% lebih besar dari F perlakuan. Dari analisa di atas dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari perlakuan pupuk cair EM4, pupuk kotoran kambing dan kontrol terhadap petambahan tinggi batang tanaman. Pertambahan tinggi batang pada perlakuan pupuk cair EM4 lebih cepat dibandingkan pada perlakuan pupuk kotoran kambing.

(56)

F hitung untuk tinggi batang dengan 4.798 dengan probabilitas 0,036, karena probabilitas < 0,05 maka kedua perlakuan tersebut benar-benar berbeda. Ini juga terlihat pada t hitung untuk tinggi batang adalah 3,884 dengan probabilitas 0,001. Untuk uji dua sisi, probablitas menjadi 0,001/2= 0,0005, karena 0,0005<0,025 maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan antara rata-rata tinggi batang pada perlakuan pupuk cair EM4 dengan pupuk kotoran kambing.

B. Jumlah Daun

Pengaruh pemberian pupuk cair kulit pepaya dan pupuk kotoran kambing terhadap jumlah daun tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dapat dilihat pada grafik berikut:

(57)

Berdasarkan data pengamatan terhadap jumlah daun tanaman sawi (Brassica juncea L.) pada gambar 4.2. grafik jumlah daun diatas dapat dilihat jumlah daun tanaman sawi (Brassica juncea L.) pada perlakuan pupuk cair EM4 pertambahan jumlah daun yang sangat baik setelah minggu kedua ini terjadi karena pengaruh pupuk cair EM4 yang tidak langsung memberikan pengaruh setelah pemberian pupuk, dibandingkan pada perlakuan pupuk kotoran kambing yang setiap pengamatan jumlah daunnya naik turun. Pertambahan jumlah daun pada semua perlakuan disetiap pengamatan selalu terjadi naik turun, hal ini terjadi karena daun akan layu dan akhirnya mengering.

Suhu udara mempengaruhi jumlah daun, semakin panas suhu udara maka semakin cepat pula daun mengering. Pengukuran suhu udara terlampir pada lampiran 15, saat suhu panas daun akan cepat dalam proses fotosintesis dibandingkan saat suhu udara dingin. Dalam penelitian ini tempat penelitian ditutup dengan kelambu untuk menghindari serangan hama yang menyerang daun tanaman, sehingga hama tidak dapat masuk dan memakan daun.

(58)

tidak memperoleh tambahan nutrisi karena tanah tidak memperoleh tambahan unsur hara. Sehingga pemberian pupuk cair EM4 berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun tanaman sawi.

Tanaman pada perlakuan pupuk kotoran kambing memberikan pengaruh yang baik terhadap jumlah daun tanaman tetapi pada tanaman kedua perlakuan pupuk kotoran kambing lebih sedikit daripada kontrol ini terjadi karena saat perlakuan pupuk terlalu dekat dengan tanaman sehingga membuat tanaman terhambat untuk tumbuh dan akhirnya mati. Pada kontrol pertambahan jumlah daun tidak begitu nampak dibandingkan pada perlakuan pupuk kandang. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian pupuk kandang kotoran kambing memberikan pengaruh terhadap jumlah daun tanaman sawi.

(59)

Pada tanaman satu dan dua perlakuan dengan pupuk kotoran kambing jumlah daunnya lebih sedikit daripada kontrol. Dan pada tanaman ketiga lebih banyak dari kontrol namun demikian perbedaannya tidak terlalu jauh. Pada kontrol pertambahan jumlah daun tidak begitu nampak karena tanaman hanya dilakukan penyiraman tanpa penambahan nutrisi sehingga tanaman memperoleh nutrisi dari media tanam, sedangkan perlakuan pupuk cair EM4 lebih baik dibandingkan dengan pupuk kotoran kambing ini terjadi karena kandungan nutrisi yang diserap tanah pada pupuk cair EM4 lebih banyak daripada pupuk kotoran kambing.

Kandungan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertambahan jumlah daun pada pupuk cair EM4 akan cepat diserap tanah dan tanaman dibandingkan pupuk kotoran kambing yang sifatnya padat yang tidak langsung diserap tanah. Pertambahan jumlah daun dari ketiga perlakuan tidak sama, dimana pupuk cair EM4 lebih baik karena nutrisi yang diserap tanaman lebih banyak dibandingkan pada pemberian pupuk kotoran kambing nutrisi yang diserap tanaman sedikit.

(60)

dengan pupuk kotoran kambing terhadap jumlah daun tanaman sawi (Brassica juncea L.).

Dari analisa data pada lampiran 4. Analisa Data Jumlah Daun Tanaman menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dari ketiga perlakuan, dimana variasi perlakuan pada aras F tabel 5% lebih kecil dari F perlakuan dan F tabel 1% lebih besar dari F perlakuan. Dari analisa di atas dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari perlakuan pupuk cair EM4, pupuk kotoran kambing dan kontrol terhadap pertambahan jumlah daun tanaman. Pada perlakuan pupuk cair EM4 pertambahan jumlah daun lebih banyak dibandingkan pada perlakuan pupuk kotoran kambing, ini terlihat pada saat pemanenan.

Berdasarkan data analisa statistik pada lampiran 7 dan lampiran 8 menunjukkan hasil keputusan bahwa F hitung untuk jumlah daun dengan 12,778 dengan probabilitas 0,001, karena probabilitas < 0,05 maka kedua perlakuan tersebut benar-benar berbeda. Ini juga terlihat pada t hitung untuk jumlah daun adalah 3,750 dengan probabilitas 0,001. Untuk uji dua sisi, probablitas menjadi 0,001/2= 0,0005, karena 0,0005<0,025 maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan antara rata-rata jumlah daun pada perlakuan pupuk cair EM4 dengan pupuk kotoran kambing.

(61)

setiap perlakuan sebanyak lima belas bibit menjadi tiga bibit, ini terjadi karena keterbatasan tempat yang digunakan untuk perlakuan.

Perlakuan tidak dilaksanakan diarea laboratorium biologi, karena kondisi fisik penulis dan jarak yang cukup jauh, sehingga tidak memungkinkan melakukan perlakuan dan pengamatan setiap saat. Perlakuan dilakukan diarea halaman rumah yang sempit dengan luas 1m x 1m. Penggunaan pot dilakukan karena tempat yang digunakan terdapat bata beton, sehingga hanya menggunakan sembilan tanaman sawi untuk perlakuan.

(62)

46

BAB V

IMPLEMENTASI TERHADAP PEMBELAJARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Kulit Pepaya dan Pupuk Kotoran Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Biologi khususnya pada siswa SMA kelas XII semester 1 yaitu pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

Kompetensi Inti:

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,

(63)

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar:

1.1.Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi DNA, gen dan kromosom dalam pembentukan dan pewarisan sifat serta pengaturan proses pada mahluk hidup.

2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.

3.1 Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada Mahluk Hidup berdasarkan hasil percobaan.

(64)

melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar.

Dalam menyampaikan materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan pada kurikulum 2013 ada banyak metode dan model pembelajaran yang dapat digunakan, hal ini bermaksud agar pembelajaran lebih menarik. Metode yang dapat diterapkan dalam materi ini adalah metode eksperimen, dimana siswa melakukan praktikum. Dalam kegiatan praktikum ini siswa akan belajar dari permasalahan yang mereka dapatkan selama praktikum. Kemungkinan perbedaan hasil pengamatan selama praktikum setiap kelompok sehingga dari permasalahan itu dapat didiskusikan bersama untuk mendapatkan kesimpulan dari meteri pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Kegiatan pembelajaran akan dilakukan selama 2 x pertemuan masing-masing pertemuan 2 jam pelajaran dimana siswa akan melaksanakan praktikum, mengamati pertumbuhan selama satu minggu dan mempresentasikan hasil pengamatan.

(65)

49

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil pengamatan pengaruh pemberian pupuk cair EM4 dari kulit pepaya terhadap tinggi batang dan jumlah daun tanaman sawi (Brassica juncea L.) dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian pupuk cair EM4 dari kulit pepaya mempengaruhi

pertumbuhan tanaman sawi. Hal ini dapat dilihat dari pertambahan tinggi batang dan jumlah daun tanaman sawi.

2. Pemberian pupuk cair EM4 dari kulit pepaya meningkatkan pertambahan tinggi batang dan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan pupuk kotoran kambing.

B. SARAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan saran yang diberikan adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian pupuk cair EM4 dari kulit pepaya dengan menggunakan pembanding pupuk kimia produksi pabrik, misalnya pupuk urea.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian

pupuk cair EM4 dari kulit pepaya dengan variasi konsentrasi dan tanaman yang lain.

(66)

50

Daftar Pustaka

Alex, S. 2011. Sukses Mengolah Sampah Organik. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Awodun, M.A. 2007. Effect of Goat Manure and Urea Fertilizer on Soil, Growth and Yield of Okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench). Int. J. Agric. Res. 2: 632-636.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pet-sai). Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara

Djuarni, N., Kristian, Budi SS. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Depok: Agro Media Pustaka

Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 1998. Sawi dan Selada. Jakarta : Penebar Swadaya

Higa, T. dan Wididana, G.N. 1991. Change in the Soil Microflora Induced by Effective Microorganisms. in J.F. Parr. Page 153-162

Indrakusuma. 2000. Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. Yogyakarta: PT Surya Pratama Alam

Indriani, Y.H. 2011. Membuat Kompos Secara kilat. Jakarta: Penebar Swadaya

Kaleka, N. 2013. Sayuran Hijau Apotek Dalam Tubuh Kita. Solo: Arcita Leiwakabessy dan Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan (Diktat Kuliah).

Bogor: Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Mohjoni. 2013. Menyulap Sampah Jadi Pupuk. dalam

http://mohjoni90.blogdetik.com/2013/03/21/menyulap-sampah-jadi-pupuk/ diakses tanggal 27 Mei 2014

Pinus dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya

(67)

Prihatman. 2000. Pepaya (Carica papaya L.). Jakarta: Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Rahayuningtiyas. 2013. Pengaruh Pemberian FPE (Fermented Plant Extract) EM4 Rebung Terhadap Berat Basah, Kadar Klorofil, dan Kandungan Antioksidan Tanaman Sawi Hijau (Brassica Juncea L)..IKIP PGRI, Semarang

Rahman. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan Rumput Gajah Dwarf (Pennisetum Purpureum cv. Mott) yang Diberi Pupuk Organik Hasil Fermentasi EM4. Jurnal Zootek. Vol.32, No. 5 : 158–17 Rukmana. 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta: Kanisius

Ryan, H. 2010. Respon Tanaman Sawi Akibat Pemberian Pupuk NPK dan Penambahan Bokashi pada Tanah Asal Bumi Wonorejo Nabire. Jurnal Agrobiologi. Vol 5(4):2 dan 6

Styaningrum, Koesriharti, dan Moch. Dawam Maghfoer.2013. Respons Tanaman Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) terhadap Dosis Pupuk Kandang Kambing dan Pupuk Daun yang Berbeda. Jurnal Produksi Tanaman. Volume 1 No.1

Sunarjono, H. 2003. Bertanam Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius

Suwahyono, U. 2014. Cara Cepat Membuat Kompos dari Limbah.Jakarta: Penebar Swadaya

Tjitrosoepomo. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan ke-8. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

Wididana. G.N dan Muntoyah. 2010. Teknologi EM-4, dimensi baru dalam pertanian modern. http://id.shvoong.com/exact- sciences/agronomy- agriculture/1965528-teknologi- em-dimensi-baru- dalam/ diakses tanggal 11 April 2014

Yiyin, N. 2012. Teknik Peningkatan Produksi Benih Krisan dengan Aplikasi Pupuk Kambing. Jurnal Buletin Teknik Pertanian Vol.17, No.1,2012:22-25

(68)

52

(69)
(70)

Lampiran 2. Analisis Data Tinggi Batang Tanaman

Penghitungan F Tabel dengan menggunakan Microsoft excel dengan formula adalah =FINV(probability, deg_freedom1, deg_freedom2) enter. deg_freedom1 = df blok atau df perlakukan, deg_freedom2 = df galat percobaan.

a. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 1%  Perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan sangat signifikan.

b. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 5%  Perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan signifikan.

c. Bila F hitung < F tabel pada aras 5%  Perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan tidak signifikan.

Kesimpulan statistik :

Variasi blok signifikan pada aras 5% dan 1%  dimana F tabel 5% < Fblok > F tabel 1% yaitu 2.01 < 14.46 > 2.66

(71)
(72)

Lampiran 4. Analisis Data Jumlah Daun Tanaman

Penghitungan F Tabel dengan menggunakan Microsoft excel dengan formula adalah =FINV(probability, deg_freedom1, deg_freedom2) enter. deg_freedom1 = df blok atau df perlakukan, deg_freedom2 = df galat percobaan.

a. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 1%  Perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan sangat signifikan.

b. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 5%  Perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan signifikan.

c. Bila F hitung < F tabel pada aras 5%  Perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan tidak signifikan.

Kesimpulan statistik :

Variasi blok signifikan pada aras 5% dan 1%  dimana F tabel 5% < Fblok > F tabel 1% yaitu 2.01 < 16.49 > 2.66

(73)

Lampiran 5. Grafik pengaruh pupuk cair EM4 terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman sawi (Brassica juncea L.)

Grafik Rata-rata Tinggi Batang Tanaman Sawi

(74)

Lampiran 6. Diagram pengaruh pupuk cair EM4 terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman sawi (Brassica juncea L.)

Diagram Pengamatan Akhir Tinggi Batang Tanaman Sawi (Brassica

juncea L.)

Diagram Pengamatan Akhir Jumlah Daun Tanaman Sawi (Brassica

(75)

Lampiran 7. Uji Analisi Group Statistik

Uji Statistik

Analisis Group Statistik

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Tinggi Batang EM4 17 3.461 .8392 .2035 Pupuk Kotoran Kambing 17 2.573 .4287 .1040 Jumlah Daun EM4 17 5.548 1.8821 .4565 Pupuk Kotoran Kambing 17 3.696 .7785 .1888

(76)

Lampiran 8. Uji Statistik Independent Samples Test

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df

Hipotesis untuk pengujian varians:

Ho= kedua varians populasi adalah identik (varians tinggi batang dan jumlah daun kedua perlakuan sama).

Hi= kedua varians populasi tidak identik (varians tinggi batang dan jumlah daun kedua perlakuan berbeda).

Dasar pengambilan keputusan uji varians menggunakan uji satu sisi:

(77)
(78)

Lampiran 10. Urutan Pembuatan Pupuk Cair Tahap 2

(79)
(80)
(81)
(82)
(83)

Lampiran 15. Data Pengukuran Suhu Udara dan pH Tanah

Tanggal Suhu Udara

°C

pH Tanah

(84)

Lampiran 16. Dokumentasi pengamatan

Pengukuran pH pupuk Pemberian pupuk cair

(85)

Pengukuran suhu Pembibitan pada usia 3 minggu

(86)
(87)

71 Lampiran 17. Silabus

SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

MATA PELAJARAN : BIOLOGI

KELAS / Semester : XII (Duabelas) / I

KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

(88)

72 KI 4 : 4. Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan

dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber Belajar

1.1 Mengagumi pewarisan sifat serta pengaturan proses

Gambar

Tabel 2.2 Kandungan Nutrisi pada Kotoran Kambing ……..……
Gambar 2.1 Pohon Pepaya ……………………………………………
Gambar 2.1. Pohon Pepaya
Tabel 2.1. Jenis mikroorganisme kultur EM4 dan peranannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada baterai, karbon aktif digunakan sebagai bahan anoda baterai litium dimana kemampuan sebagai karbon aktif dalam menyerap energi sangat baik karena memiliki luas

Asia markets closed higher yesterday ahead of the meeting between Kim Jong Un dated June 12, 2018..

Pada penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas atau variabel independen, yaitu suku bunga (BI Rate) sebagai X 1 , inflasi sebagai X 2 , dan nilai tukar rupiah sebagai X 3

Heckhausen (dalam Martaniah, 1982:31) mengatakan bahwa motif berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk berpacu dengan ukuran keunggulan yang didapat

Sasaran strategis Terselenggaranya Pengendalian Layanan IPTEK KP Triwulan III TA 2016 terdiri 1 (satu) indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur

Meskipun tradisi po sintuwu sangat kuat akan tetapi bukan berarti tidak ada yang berani melanggarnya. Pada wujud tindakan jenis pelanggaran po sintuwu yang umumnya dikenal yaitu

Penelitian ini dilakukan pada buku teks pelajaran non bse yang berjudul Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMA Kelas X yang ditulis oleh Muhajir dan Drs. Dari

Politik luar negeri ini merupakan bagian dari kebijaksanaan nasional negara tersebut dan semata-mata dimaksudkan untuk mengabdi kepada tujuan-tujuan yang telah