• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian konsentrasi pupuk organik cair daun lamtoro (leucaena leucocephala) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim (brassica juncea L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian konsentrasi pupuk organik cair daun lamtoro (leucaena leucocephala) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim (brassica juncea L.)."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKTIVITAS TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.) Elfrida R. Subin

Universitas Sanata Dharma 2016

Di antara sayuran daun, caisim (Brassica juncea L.) merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Saat ini, kebutuhan akan sayuran caisim semakin lama semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi manusia dan manfaat mengkonsumsi bagi kesehatan. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman sawi caisim diperlukan pupuk organik yang sifatnya ramah lingkungan yaitu ekstrak daun lamtoro. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi pupuk cair daun lamtoro terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim serta mengetahui konsentrasi yang paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu konsentrasi pupuk cair daun lamtoro dengan 4 konsentrasi yang berbeda yaitu 0%, 10%, 20% dan 30%. Parameter yang diamati adalah jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman. Data hasil pengamatan dianalisa dengan uji Anova.

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GIVING LIQUID ORGANIC FERTILIZER CONCENTRATION OF LAMTORO LEAF (Leucaena leucocephala) TOWARD

THE GROWTH AND PRODUCTIVITY OF CAISIM MUSTARD PLANT (Brassica juncea L.)

Elfrida R. Subin Sanata Dharma University

2016

Among leafy vegetables, caisim (Brassica juncea L.) is a commodity that has commercial value and has been delighted by the Indonesian society. Nowadays, the demand for caisim vegetables progressively increase of human population and benefits of consuming them for health. To increase the productivity of caisim mustard plant necssary organic fertilizers that are anvironmantally friendly, such as lamtoro leaf extract. This research aims to determine the effect of different concentrations of lamtoro leaf extract on the growth and productivity of caisim mustard plant and to determine the most effective concentration on the increase of growth and productivity of caisim mustard plant.

The type of this research is experimental research with Completely Randomized Design (CRD) one factor, which is the concentration of liquid fertilizer of lamtoro leaves with four different concentrations, namely 0%, 10%, 20%, and 30%. The observed parameters are the number of leaves, wet weight, and dry weight of plants. The observation data are analyzed by ANOVA.

The research result shows that the concentration of liquid fertilizer of different lamtoro leaves affects the number of leaves, wet weight, and dry weight of mustard caisim plant. The most effective concentration of liquid fertilizer of lamtoro leaves in increasing the number of leaves, wet weight, and dry weight of caisim mustard plant is the concentration of 10%.

(3)

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR

DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala) TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN SAWI CAISIM

(Brassica juncea L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

OLEH :

ELFRIDA RATNASARI SUBIN NIM: 121434001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA

(4)

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR

DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala) TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN SAWI CAISIM

(Brassica juncea L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

OLEH :

ELFRIDA RATNASARI SUBIN NIM: 121434001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA

2016

(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Everybody says, “ mistake is the first step up success” but the real fact “ correction of mistake is the first step of success”

Kupersembahkan buat:

Ibu-Bapakku,

Ungkapan rasa hormat dan baktiku

Adik-adikku dan Almamaterku

(8)
(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebab atas berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini penulis telah memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

3. Staf pengajar program studi pendidikan Biologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan, motivasi dan dukungan selama menjalani perkuliahan.

4. Staf laboratorium yang selalu membantu dalam proses peminjaman alat/ bahan di laboratorium serta memberikan kepercayaan kepada penulis dalam penggunaan alat/ bahan tersebut.

5. Bapak Slamet selaku petugas kebun yang telah bersama-sama membantu peneliti dalam proses penelitian.

6. Bapak, mama serta saudara yang telah mendukung baik secara moril, spiritual dan materi sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. 7. Teman-teman seperjuangan yang telah berdinamika bersama selama proses

penyelesaian skripsi.

8. Teman-teman kos Hidden yang telah memberikan dukungan, motivasi, tawa dan canda selama penyelesaian skripsi.

9. Kakak Reginaldis Ayu yang telah bersedia mengajari mengolah data menggunakan program SPSS.

10. Maya Kapu dan Adriana yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis dan memberi semangat.

11. Staf Sekretarit JPMIPA, Tata Usaha dan BAA yang telah membantu dalam melancarkan administrasi sehingga mendukung penyelesaian skripsi ini.

(11)
(12)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKTIVITAS TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.) Elfrida R. Subin

Universitas Sanata Dharma 2016

Di antara sayuran daun, caisim (Brassica juncea L.) merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Saat ini, kebutuhan akan sayuran caisim semakin lama semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi manusia dan manfaat mengkonsumsi bagi kesehatan. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman sawi caisim diperlukan pupuk organik yang sifatnya ramah lingkungan yaitu ekstrak daun lamtoro. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi pupuk cair daun lamtoro terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim serta mengetahui konsentrasi yang paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu konsentrasi pupuk cair daun lamtoro dengan 4 konsentrasi yang berbeda yaitu 0%, 10%, 20% dan 30%. Parameter yang diamati adalah jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman. Data hasil pengamatan dianalisa dengan uji Anova.

(13)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GIVING LIQUID ORGANIC FERTILIZER

CONCENTRATION OF LAMTORO LEAF (Leucaena leucocephala) TOWARD THE GROWTH AND PRODUCTIVITY OF CAISIM MUSTARD PLANT

(Brassica juncea L.) Elfrida R. Subin Sanata Dharma University

2016

Among leafy vegetables, caisim (Brassica juncea L.) is a commodity that has commercial value and has been delighted by the Indonesian society. Nowadays, the demand for caisim vegetables progressively increase of human population and benefits of consuming them for health. To increase the productivity of caisim mustard plant necssary organic fertilizers that are anvironmantally friendly, such as lamtoro leaf extract. This research aims to determine the effect of different concentrations of lamtoro leaf extract on the growth and productivity of caisim mustard plant and to determine the most effective concentration on the increase of growth and productivity of caisim mustard plant.

The type of this research is experimental research with Completely Randomized Design (CRD) one factor, which is the concentration of liquid fertilizer of lamtoro leaves with four different concentrations, namely 0%, 10%, 20%, and 30%. The observed parameters are the number of leaves, wet weight, and dry weight of plants. The observation data are analyzed by ANOVA.

The research result shows that the concentration of liquid fertilizer of different lamtoro leaves affects the number of leaves, wet weight, and dry weight of mustard caisim plant. The most effective concentration of liquid fertilizer of lamtoro leaves in increasing the number of leaves, wet weight, and dry weight of caisim mustard plant is the concentration of 10%.

Keywords: caisim mustard plant, liquid organic fertilizer of lamtoro leaves, growth, productivity.

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I.PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II.KAJIAN PUSTAKA ... 6

(15)

A. Prinsip/Teori Terkait ... 6

1. Tanaman Sawi Caisim ... 6

a) Taksonomi Tanaman Sawi Caisim ... 6

b) Morfologi Tanaman Sawi Caisim ... 7

c) Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Caisim... 8

d) Kandungan Gizi Tanaman Sawi Caisim ... 10

e) Khasiat tanaman sawi caisim ... 10

2. Tanaman Lamtoro ... 11

a) Taksonomi dan morfologi ... 12

b) Penyebaran tanaman... 13

c) Manfaat tanaman ... 13

3. Pupuk organik cair ... 14

a. Pengertian Pupuk Organik Cair ... 14

b. Klasifikasi Pupuk Organik Cair ... 14

4. EM4 (Effective Microorganism 4) ... 15

5. Tetes Tebu/Molasses ... 16

6. Air Limbah Tahu ... 16

B. Hasil Penelitian Relevan ... 17

C. Kerangka Berpikir ... 18

D. Hipotesis ... 18

BAB III.METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19

(16)

1. Jumlah Daun ... 27

2. Berat Basah ... 29

3. Berat Kering ... 31

Pembahasan ... 33

1. Jumlah Daun ... 43

2. Berat Basah ... 41

3. Berat Kering ... 43

B. Desain Penelitian... 19

C. Variabel Penelitian ... 19

D. Batasan Penelitian ... 20

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

F. Alat Dan Bahan ... 21

G. Cara Kerja ... 22

H. Teknik Pengambilan Data ... 25

I. Analisis Data ... 26

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Hasil ... 27

B. BAB V. IMPLEMENTASI TERHADAP PEMBELAJARAN ... 48

BAB VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. KESIMPULAN ... 51

B. SARAN ... 51

(17)

DAFTAR PUSTAKA ... 52

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR... 54

LAMPIRAN ... 55

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Per 100 gr Sawi ... 10

Tabel 4.1. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Daun Pada Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.) ... 28

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.) ... 7

Gambar 2.2. Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala) ... 12

Gambar 4.1. Grafik Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.) ... 27

Gambar 4.2. Grafik Rata-Rata Berat Basah Pada Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.) ... 30

Gambar 4.3. Grafik Rata-Rata Berat Kering Pada Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.) ... 32

Gambar 4.4. Daun Tanaman Sawi Caisim Pada Perlakuan A (10%) ... 46

Gambar 4.5. Daun Tanaman Sawi Caisim Pada Perlakuan B (20%) ... 46

Gambar 4.6. Daun Tanaman Sawi Caisim Pada Perlakuan C (30%) ... 47

Gambar 4.7. Daun Tanaman Sawi Caisim Kontrol (0%) ... 47

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Silabus ... 56

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 64

Lampiran 3. Lembar Kerja ... 74

Lampiran 4. Instrumen Penilian Sikap... 81

Lampiran 5. Instrumen Penilaian Psikomotorik ... 83

Lampiran 6. Instrumen Penilaian Kognitif... 85

Lampiran 7. Data Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim Masing-Masing Perlakuan Setiap 3 Hari... 90

Lampiran 8: Data Jumlah Daun Dan Pertabahan Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim ... 94

Lampiran 9: Data Berat Basah Tanaman Sawi Caisim (Gram) ... 98

Lampiran 10. Data berat kering tanaman sawi caisim (Gram) ... 99

Lampiran 11. Uji Normalitas Data Jumlah Daun, Berat Basah, dan Berat Kering Tanaman Sawi Caisim ... 100

(21)

Lampiran 12. Uji Homogenitas Data Jumlah Daun, Berat Basah, dan Berat Kering Tanaman Sawi Caisim ... 106

Lampiran 13. Hasil Anova Terhadap Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim.... 108

Lampiran 14. Hasil Anova Terhadap Berat Basah Tanaman Sawi Caisim ... 110

Lampiran 15. Hasil Anova Terhadap Berat Kering Tanaman Sawi Caisim .... 111

Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian ... 112

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sayuran sawi caisim (Brassica juncea L.) merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun caisim sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan cina. Selain sebagai bahan pangan, caisim pun berfungsi untuk mencegah osteoporosis, anemia, kolesterol dan penyakit jantung(Saparinto, 2012). Tanaman sawi caisim memiliki beberapa kandungan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia yaitu protein, lemak, karbohidart, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C (Cahyono, 2003). Saat ini, kebutuhan akan sayuran caisim semakin lama semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi manusia dan manfaat mengkonsumsi bagi kesehatan.

Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produksi tanaman sudah sangat membudaya dan para petani telah menganggap bahwa pupuk dan cara pemupukan sebagai suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan usaha taninya. Penggunaan pupuk anorganik pada mulanya akan meningkatkan hasil panen atau produktivitas tanaman, tetapi bila digunakan dalam jangka panjang oleh

(23)

petani akan memberikan pengaruh buruk pada tanah berupa kerusakan biologis, fisik, dan kimia sehingga menyebabkan penurunan produktivitas tanaman.

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan cara meningkatkan penggunaan bahan organik atau menggunakan masukan dari hasil usaha tani itu sendiri. Penggunaan pupuk hijau, pupuk hayati, penyiapan kompos, ekstrak daun posidan yang diperkaya diharapkan mampu memperbaiki kesehatan tanah sehingga produksi tanaman meningkat, aman dan menyehatkan manusia yang mengkonsumsi (Sutanto, 2002).

(24)

Salah satu sarana produksi pertanian yang terbuat dari bahan-bahan organik yang sifatnya ramah lingkungan dan menghasilkan produk pertanian adalah ekstrak daun lamtoro. Ekstrak tanaman tersebut memiliki fungsi selain sebagai pupuk organik, juga sebagai pestisida nabati. Menurut Budelman dalam Palimbungan (2006), sebagai pupuk daun lamtoro mengandung 3,84%

N, 0,20% P, 2,06% K, 1,31% Ca, 0,33% Mg. Beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah pemanfaatan ekstrak daun lamtoro sebagai pupuk cair organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai var. Grobogan (Monica,2015) dan pertumbuhan bibit kelapa sawit (Afrianto,2014).

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi pupuk organik cair daun lamtoro terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh perbedaan konsentrasi pupuk cair dari daun lamtoro terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim? 2. Pupuk dengan konsentrasi berapakah yang paling efektif dalam

meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim?

C. Batasan Masalah

(25)

1. Pupuk cair daun lamtoro yang digunakan terdiri dari 3 konsentrasi, yaitu 10%, 20% dan 30% dengan volume pemupukan 100 ml untuk setiap tanaman sawi caisim

2. Daun lamtoro yang digunakan untuk pembuatan pupuk cair adalah daun muda dan daun tua

3. Tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.)

4. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah jumlah daun (daun yang terbuka sempurna), sedangkan produktivitas yang diukur adalah berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi pupuk cair dari daun lamtoro terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim. 2. Mengetahui konsentrasi yang paling efektif dalam meningkatkan

pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan terkait pemanfaatan daun lamtoro sebagai pupuk cair organik

(26)

2. Bagi Pertanian

a. Sebagai informasi bagi petani untuk mengetahui manfaat daun lamtoro sebagai pupuk cair organik.

b. Sebagai informasi bagi petani dalam membuat pupuk cair organik dari daun lamtoro.

3. Bagi dunia pendidikan

(27)

BAB II KAJIAN

PUSTAKA

A. Prinsip/ Teori yang Terkait

1. Tanaman Sawi Caisim

Tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Cruciferae dan biasa digunakan sebagai sayuran oleh masyarakat luas karena kandungan gizi dan manfaatnya bagi kesehatan manusia.

a) Taksonomi Tanaman Sawi Caisim

Menurut Saparinto (2012), taksonomi tanaman sawi caisim dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliosida Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L.

(28)

Sumber: blog.ub.ac.id

Gambar 2.1 Tanaman Sawi Caism (Brassica juncea L.)

b) Morfologi Tanaman Sawi Caisim

Secara morfologis bagian-bagian tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Akar

Menurut Cahyono (2003) dalam Fransisca (2009), tanaman sawi caisim memiliki sistem perakaran serabut yang menyebar ke semua arah di permukaan tanah.

2. Batang

(29)

3. Daun

Tanaman sawi caisim menurut Sunarjono (2004) dalam Fransisca (2009), memiliki daun yang berbentuk lonjong, halus, tidak berbuluh dan tidak berkrop. Selain itu tanaman sawi caisim ini juga memilikitulang daun yang menyirip dan bercabang-cabang.

4. Bunga

Bunga pada tanaman sawi caisim berwarna kuning cerah dan termasuk bunga sempurna karena memiliki benang sari yang berjumlah 4 helai sebagai alat kelamin jantan dan satu buah putik yang berongga dua sebagai alat kelamin betina (Rukmna,2007).

5. Buah dan Biji

Menurut Rukmana (2007), buah pada tanaman sawi caisim berbentuk memanjangdan berongga sehingga termasuk buah bertipe polong. Biji tanaman sawi caisim menurut pendapat Cahyono (2003) dalam Fransisca (2009), berwarna coklat kehitaman dengan permukaan yang licin dan mengkilap, berbentuk bulat dan berukuran kecil.

c) Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Caisim

1) Iklim

(30)

tanaman sawi caisim ini dibudidayakan di daerah pada ketinggian 100- 500 meter dpl.

Cahaya matahari merupakan sumber energy yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Tanaman sawi caisim memerlukan intensitas cahaya matahari yang tinggi agar dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik (Cahyono,2003).

Suhu lingkungan 15,60 C pada malam hari dan 21,10 C pada siang hari merupakan kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi caisim. Tetapi pada suhu yang tinggi yaitu 27-320 C ada beberapa varietas sawi yang dapat tumbuh dengan baik (Rukmana, 2007).

Menurut Cahyono (2003) dalam Fransisca (2009), tanaman sawi caisim dapat tumbuh dengan optimal pada kelembaban udara berkisar antara 80%-90%. Selain itu tanaman sawi caisim tahan terhadap hujan sehingga dapat juga ditanam pada musim hujan.

2) Tanah

(31)

d) Kandungan Gizi Tanaman Sawi Caisim

Tanaman sawi caisim mengandung beberapa zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizi tanaman sawi caisim seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Kandungan Gizi per 100 gram sawi

Kandungan Gizi per 100 gram Sawi Lemak : 0,20 gram Tiamin: 0,04 mg Serat : 1 gram Vitamin A : 4,468 IU Folat : 66 µg Vitamin C : 45 mg Asam Pantotenat : 0,088 mg Vitamin K : 45 µg Piridoksin : 0,194 mg Natrium : 65 mg Riboflavin : 0,07 mg Kalium : 252 mg Besi : 0,8 mg Magnesium : 19 mg Fosfor : 38,4 gram Vitamin E : 419,3 mg Seng : 0,19 mg Mangan : 0,159 mg

Sumber: Zulkmaena (2013)

e) Khasiat tanaman sawi caisim

Menurut Saparinto (2012), tanaman sawi caisim selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan dapat juga dimanfaatkan untuk :

1) Mencegah osteoporosis

(32)

2) Mencegah anemia

Tanaman sawi caisim memiliki kandungan asam folat yang tinggi. Asam folat dibutuhkan oleh tubuh untuk mengatasi penyakit anemia atau kurang darah yang sering terjadi pada ibu hamil.

3) Mencegah koleterol

Kandungan vitamin E dan vitamin C pada tanaman sawi caisim dibutuhkan untuk mencegah penyakit kolesterol. Ketiga zat tersebut sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya oksidasi kolesterol LDL (Low Destinity Lipoprotein).

4) Mencegah penyakit jantung

Kandungan asam folat dan magnesium pada tanaman sawi caisim berpotensi untuk mencegah penyakit jantung dan menghambat terbentuknya homosistein yang merupakan senyawa yang mampu menyumbat pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan penyakit jantung.

2. Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala)

(33)

yang mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium dan membentuk bintil akar yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara (Purwanto, 2007).

a) Taksonomi dan Morfologi

Menurut Purwanto (2007) klasifikasi dari tanaman lamtoro adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae Genus : Leucaena

Species : Leucaena leucocephala

(34)

Tanaman lamtoro merupakan tanaman perdu pohon yang memiliki daun kecil dengan tulang daun menyirip ganda dua. Selain itu tanaman lamtoro ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-15 m (Purwanto, 2007).

b) Penyebaran Tanaman

Menurut Purwanto (2007), tanaman lamtoro dapat hidup dengan baik pada ketinggian 0-1000 m dpl, tanah yang mengandung kapur dan lembab dengan derajat keasaman berkisar antara 5-8. Tanaman lamtoro ini tidak dapat hidup dengan baik atau kurang toleran terhadap tanah yang mengandung Aluminium (Al) yang tinggi.

c) Manfaat Tanaman

Tanaman lamtoro dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah karena tanaman lamtoro mampu mengikat nitrogen dan menghasilkan daun yang banyak sebagai sumber bahan organik. Selain itu dapat juga digunakan sebagai tanaman pelindung dan penguat teras karena tanaman tersebut memiliki sistem perakaran yang kuat (Purwanto, 2007).

Sebagai tanaman rehabilitas lahan legum memiliki bebrapa faktor pendukung antara lain (Purwanto, 2007):

1. Cepat tumbuh, hingga banyak menghasilkan bahan organik dan pupuk hijau

(35)

Menurut Budelman dalam Palimbungan (2006) daun lamtoro mengandung 3,84% N, 0,20% P, 2,06% K, 1,31% Ca, 0,33% Mg.

Sebagai pupuk cair, daun lamtoro salah satu tanaman legume yang mengandung unsur hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibanding tanaman lainnya dan juga relatif lebih mudah terkomposisi sehingga penyediaan haranya lebih cepat (Nugroho, 2012). Menurut Palimbungan (2006), daun lamtoro dihancurkan terlebih dahulu agar kandungan hara di dalamnya tidak berkurang dalam pembuatan pupuk cair.

3. Pupuk Organik Cair

a. Pengertian Pupuk Organik Cair

Sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang diolah melalui proses pengomposan akan menghasilkan larutan yang disebut pupuk organik cair. Penggunaan pupuk organik cair dapat menyediakan hara secara cepat bagi tanaman dan tidak menyebabkan kerusakan pada tanah (Hadisuwito, 2012).

b. Klasifikasi Pupuk Organik Cair 1. Pupuk kandang cair

Pupuk kandang cair merupakan pupuk organik cair yang berasal dari kotoran hewan berupa urin. Pupuk yang dihasilkan dari urin hewan dibuat melalui proses pengomposan (Hadisuwito, 2012).

2. Biogas

(36)

berupa tanaman, sisa metabolisme hewan dan manusia (Hadisuwito, 2012).

3. Pupuk Cair Limbah Organik

Limbah cair dari bahan organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk seperti pada limbah padat organik karena limbah cair organik tersebut mengandung banyak unsur hara seperti NPK dan bahan organik lainnya. Penggunaan pupuk dari limbah organik memberikan dampak positif bagi tanah yaitu dapat memperbaiki kulitas dan struktur tanah (Hadisuwito, 2012).

4. EM-4 (Effective Microorganism 4)

Menurut Djuarnani (2005) dalam Namang (2015), EM-4 merupakan kultur campuran berbagai mikroorganisme fermentasi yang pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Hugo dari Universitas Ryukyus Jepang. Mikroorganisme yang terkandung di dalam larutan EM-4 merupakan mikroorganisme yang dapat bekerja secara efektif dalamfermentasi bahan organik. Dari berbagai jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam larutan EM-4 ada 5 golongan yang paling utama yaitu bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, Actinomycetes, jamur fermentasi.

(37)

mikroorganisme patogen dan hama., mengoptimalkan produksi tanaman., dan dapat memeprcerpat proses fermentasi bahan organik.

5. Tetes Tebu/ Molasses

Menurut Hartina, dkk (2014), tetes tebu nerupakan limbah atau produk sisa dari pembuatan gula yang tidak dapat dikristalkan lagi dan mengandung gula yang tinggi yaitu 34-45% sehingga dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi sebagai sumber energi untuk mikroorganisme. Indriani (2007) mengatakan bahwa kandungan glukosa molasess terutama sukrosa yang merupakan sumber glukosa utama bagi bakteri berkisar 48- 55% cukup potensial untuk fermantasi asam asetat.

6. Air Limbah Tahu

Air limbah tahu merupakan produk sisa dari pembuatan tahu. Limbah tahu tersebut dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi karena mengandung karbohidrat sebesar 25-50% yang dapat digunakan oleh mikroorganise sebagai sumber energi (Warisno dan Dahana, 2009).

B. Hasil Penelitian yang Relevan

(38)

daun bibit kelapa sawit. Dan hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan yang menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap parameter yang diamati adalah 500 cc/l air.

Penelitian yang dilakukan oleh Monica (2015) yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Lamtoro (Leucaena leucocephala) terhdap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kedelai (Gylcine max) var. Grobogan” menggunakan pupuk cair daun lamtoro yang terdiri dari 6 tingkat perlakuan yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, 40 % dan 50%. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong dan berat kering biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukkan dengan pupuk organik cair daun lamtoro memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah daun dan bobot kering biji per tanaman, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman dan jumlah polong. Pupuk dengan konsentrasi 10% yang paling efektif dalam meningkatkjan pertumbuhan jumlah daun sedangkan kontrol memberikan bobot kering biji paling baik.

C. Kerangka Berpikir

(39)

sehingga produksi tanaman meningkat, aman dan menyehatkan manusia yang mengkonsumsi (Sutanto, 2002).

Salah satu sarana produksi pertanian yang terbuat dari bahan-bahan organik yang sifatnya ramah lingkungan dan menghasilkan produk pertanian adalah ekstrak daun lamtoro. Menurut Budelman dalam Palimbungan (2006) daun lamtoro mengandung 3,84% N, 0,20% P, 2,06% K, 1,31% Ca, 0,33% Mg. Oleh karena itu, dilakukan pengujian pemberian pupuk organik cair daun lamtoro dengan berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.).

D. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.)

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk cair daun lamtoro terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor.

B. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan 4 perlakuan yaitu pemberian pupuk cair daun lamtoro 0% (kontrol), 10%, 20% dan 30%. Setiap konsentrasi, sebelum diaplikasikan harus diencerkan sampai volumenya mencapai 1000 ml. Replikasi untuk setiap perlakuan adalah 10 replikasi sehingga untuk 4 perlakuan replikasinya berjumlah 40.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: konsentrasi pupuk cair daun lamtoro yaitu 0% (kontrol), 10%, 20% dan 30%.

2. Variabel terikat: pertumbuhan ( jumlah daun) dan produktivitas (berat basah dan berat kering) tanaman sawi caisim (Brassica junce L.).

3. Variabel kontrol: umur tanaman, media tanam, waktu, volume penyiraman air dan pupuk cai daun lamtoro.

(41)

D. Batasan Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) yang berjumlah 40.

2. Objek Penelitian

a) Pupuk cair daun lamtoro 10% b) Pupuk cair daun lamtoro 20% c) Pupuk cair daun lamtoro 30% 3. Parameter

a) Pertumbuhan 1. Jumlah daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman berumur 3 hari setelah penanaman dan dilakukan setiap 3 hari sekali. Data pertambahan jumlah daun dihitung adalah selisih jumlah daun tanaman pada hari ke 22 dengan hari ke 3 setelah penanaman. Penghitungan jumlah daun hanya dilakukan pada daun yang terbuka sempurna.

b) Produktivitas

(42)

1. Penimbangan berat basah tanaman sawi caisim (Brassica junce L.)

Setelah tanaman sawi caisim berumur 32 hari, dilakukan pemanenan dengan cara mencabut tanaman secara hari-hati kemudian dibersihkan dari tanah, setelah itu dilakukan penimbangan menggunakan timbangan analitik.

2. Penimbangan berat kering tanaman sawi caisim (Brassica junce L.)

Tanaman sawi caisim dijemur dibawah sinar matahari selama 3 hari lalu dioven selama 48 jam yang sudah dibungkus menggunakan aluminium foil dan diberi label untuk setiap perlakuan. Setelah 48 jam, tanaman sawi caisim diangkat dan ditimbang menggunakan timbangan analitik.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 April – 7 Mei 2016 di Kebun Penelitian Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo.

F. Alat dan Bahan

(43)

ukur, gelas beker, saringan, indikator pH, penggaris, oven listrik, pengaduk, pot dan timbangan analitik.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitan ini adalah benih tanaman sawi caisim (Brassica junce L.), air limbah tahu, EM-4, tanah, air, pestisida orgnik, tetes tebuh, pupuk kandang dan daun lamtoro. EM-4 merupakan kultur mikroorganisme yang membantu dalam proses fermentasi. Mikroorganisme dapat melakukan fermentasi apabila mendapatkan energi yang berasal dari tets tebu sebagai sumber gula dan air limbah tahu sebagai sumber karbohidrat. Pupuk kandang digunakan sebagai pupuk dasar agar mikroorganisme tanah dapat mendegradasi unsur hara yang terkandung di dalam pupuk kandang tersebut karena pada media tanam yang digunakan yaitu tanah pasir tidak terdapat unsur hara

G. Cara Kerja

1. Pembuatan pupuk cair dari daun lamtoro

(44)

2. Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 dan diisi pada polibag yang berukuran 25 x 25 cm sampai penuh.

3. Persemaian benih tanaman sawi caisim (Brassica junce L.)

Media tanam yang digunakan untuk semai benih sawi caisim adalah tanah yang dimasukkan ke dalam pot. Sebelum dilakukan semai, media tanam terlebih dahulu disiram air hingga lembab. Setelah itu benih sawi caisim disebarkan pada pot yang sudah diisi tanah. Persemaian benih tanaman sawi caisim dilakukan pada tanggal 5 April 2016.

4. Pemindahan bibit (Penanaman)

Pemindahan bibit dilakukan setelah tanaman sawi caisim berumur 7 hari yaitu pada tanggal 12 April 2016. Pemilihan bibit tanaman dilakukan sembarang atau secara acak dan dipindahkan pada polibag yang telah disiapkan.

5. Perlakuan

a) Pembuatan konsentrasi larutan

(45)

1) Konsentrasi 10%: 100 ml pupuk cair + 900 ml air 2) Konsentrasi 20%: 200 ml pupuk cair + 800 ml air 3) Konsentrasi 30%: 300 ml pupuk cair + 700 ml air b) Pemberian pupuk

Pemberian pupuk dilakukan 5 hari sekali pada sore hari dengan volume penyiraman 100 ml untuk setiap tanaman dan pemberian pupuk dilakukan setelah tanaman sawi caisim berumur 3 hari setelah penanaman.

6. Pemeliharaan a) Penyiraman

Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada sore hari b) Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang tumbuh di dalam maupun di sekitar polibag.

c) Pencegahan hama

Pencegahan hama dilakukan dengan menyemprotkan pestisida organik dengan konsentrasi yang dianjurkan.

7. Pengukuran pertumbuhan tanaman

Pengukuran pertumbuhan tanaman berupa jumlah daun dilakukan setelah tanaman berumur 3 hari setelah penanaman dan dilakukan sekali dalam 3 hari.

8. Panen

(46)

9. Penimbangan berat basah tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) Setelah selesai panen, tanaman sawi caisim untuk setiap perlakukan dilakukan penimbangan bobot basahnya menggunakan timbangan analitik.

10. Penimbangan berat kering tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) Sebelum dilakukan penimbangan berat kering tanaman sawi caisim, terlebih dahulu dijemur di bawa matahari selama 3 hari lalu dioven selama 48 jam. Tanaman sawi caisim yang dioven harus dilapisi aluminium foil dan diberi label agar mempermudah peneliti pada saat melakukan penimbangan dan pendataan. Setelah 48 jam, tanaman sawi caisim diangkat dan ditimbang menggunakan timbangan anlitik.

H. Teknik Pengambilan Data

(47)

I. Analisis Data

Penelitian ini terdiri dari 3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol dengan 10 pengulangan, yakni; A= 10%; B= 20%; C= 30% dan K= kontrol (tanpa perlakuan). Data yang sudah diperoleh dianalisis dengan menggunakan one away Anova pada tingkat signifikan 5% dan untuk mengetahui ada

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Jumlah Daun

Perhitungan jumlah daun pada tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah terbuka sempurna mulai pada hari ke-3 setelah pemindahan hingga hari ke-22. Hasil perhitungan jumlah daun pada tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) pada masing-masing perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi berbeda dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik pertambahan jumlah

daun setiap 3 hari

15

10 10%

20% 5

30%

0 kontrol

Gambar 4.1 Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi caisim dari 3 perlakuan dan kontrol

Berdasarkan grafik di atas ditunjukkan adanya peningkatan jumlah daun pada setiap perlakuan. Pertambahan jumlah daun tertinggi terjadi pada tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) yang diberi pupuk cair daun

(49)

lamtoro dengan konsentrasi 10% dan yang terendah terjadi pada tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30%. Pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim

(Brassica junce L.) yang didapat merupakan selisih jumlah daun pada hari

terakhir pengamatan yaitu hari ke-22 setelah pemindahan dengan hari pertama pengamatan yaitu 3 hari setelah pemindahan. Rata-rata pertambahan jumlah daun pada tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Rata-rata pertambahan jumlah daun pada tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) dari tiga perlakuan dan kontrol

Perlakuan Ulangan Rerata

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10

A (10%) 9 9 10 11 9 10 9 9 9 9 9,4 B (20%) 6 5 6 5 6 6 6 4 5 6 5,5 C (30%) 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4,4 K (0%) 4 5 5 5 5 6 6 5 7 5 5,3

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan jumlah daun pada perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 0% atau kontrol secara berurutan adalah 9,4; 5,5; 4,4 dan 5,3. Rata-rata pertambahan jumlah daun paling banyak adalah tanaman sawi caisim yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% dan yang paling rendah adalah tanaman sawi caisim yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30%.

(50)

dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil uji Anova dapat dilihat pada lampiran 13.

Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% (perlakuan A) memiliki pertambahan jumlah daun yang berbeda secara signifikan dengan perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20% (perlakuan B), perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C) dan perlakuan tanpa pemberian pupuk cair daun lamtoro atau kontrol (K). Perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C) memiliki pertambahan jumlah daun yang berbeda secara signifikan dengan perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20% (perlakuan B), dan perlakuan tanpa pemberian pupuk cair daun lamtoro atau kontrol (K) sedangkan pertambahan jumlah daun pada perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20% (perlakuan B) tidak berbeda nyata dengan pertambahan jumlah daun pada tanaman Kontrol (0%).

2. Berat Basah Tanaman Sawi Caisim (Brassica junce L.)

(51)

b

Grafik pengaruh konsentrasi pupuk cair daun lamtoro terhadap berat basah tanaman sawi

caisim

Gambar 4.2 Grafik rata-rata berat basah pada tanaman sawi caisim

(Brassica junce L.) dari tiga perlakuan dan kontrol

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa rata-rata berat basah tanaman sawi caisim yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% (perlakuan A) sebesar 189,5 gram dan merupakan rata- rata berat basah paling tinggi, perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20% (perlakuan B) sebesar 122 gram, perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C) sebesar 115 gram dan merupakan rata-rata berat basah tanaman yang paling rendah, dan yang tidak diberikan pupuk cair daun lamtoro atau kontrol (K) memiliki rata-rata berat basah sebesar 118 gram.

(52)

Uji Duncan menunjukkan bahwa berat basah tanaman sawi caisim perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% (perlakuan A) berbeda secara signifikan dengan perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20% (perlakuan B), perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C) dan perlakuan tanpa pemberian pupuk cair daun lamtoro atau kontrol (K). Sedangkan berat basah tanaman sawi caisim antara perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20% (perlakuan B), perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C) dan perlakuan tanpa pemberian pupuk cair daun lamtoro atau kontrol (K) tidak terdapat perbedaan secara nyata.

3. Berat kering tanaman sawi caisim (Brassica junce L.)

(53)

b

Grafik pengaruh pemberian pupuk cair daun lamtoro terhadap berat kering tanaman sawi

caisim

Gambar 4.3 Grafik rata-rata berat kering pada tanaman sawi caisim

(Brassica junce L.) dari tiga perlakuan dan kontrol

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa rata-rata berat kering pada tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% (perlakuan A), perlakuan pemberian konsentrasi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20% (perlakuan B), perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C) dan kontrol (K) secara berurutan 9,88 gram; 5,14 gram; 4,49 gram; dan 4,8 gram. Rata-rata berat kering yang paling tinggi terjadi pada tanaman sawi caisim (Brassica junce L.) yang diberi perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% (perlakuan A) dan yang paling rendah adalah tanaman yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C).

(54)

perbedaan yang signifikan berat kering tanaman sawi caisim pada setiap perlakuan sehingga dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil uji Anova dapat dilihat pada lampiran 15.

Uji Duncan menunjukkan bahwa berat kering tanaman sawi caisim antara 4 perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi yang berbeda yaitu pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% (perlakuan A), pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20% (perlakuan B), perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C) dan kontrol (K) tidak terdapat perbedaan secara signifikan.

B. Pembahasan

Pupuk cair daun lamtoro yang digunakan dalam penelitian ini dibuat melalui proses fermentasi. Dalam proses ini yang berperan adalah mikroorganisme yang terdapat dalam EM-4. Mikroorganisme tersebut akan menguraikan bahan baku yang digunakan yaitu daun lamtoro. Berikut ini merupakan contoh reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi pupuk cair daun lamtoro:

1) Reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi untuk mendapatkan nitrogen

Protein + energi proteinase ATP + NADP + NH3 + Energi NH3 + 3O2 2HNO2 + 2H2O + Energi

(55)

ATP + glukosa pseudomonas ADP + glukosa 6 fosfat Glukosa 6 fosfat + H2O glukosa + fosfat

1. Jumlah daun

Jumlah daun merupakan salah satu parameter pertumbuhan. Perhitungan jumlah daun mulai dilakukan pada hari ketiga hingga hari ke- 22 setalah penanaman dan dilakukan 3 hari sekali. Perhitungan jumlah daun ini dilakukan pada daun yang terbuka sempurna.

Berdasarkan gambar 4.1 ditunjukkan bahwa setiap 3 hari tanaman mengalami pertambahan jumlah daun untuk setiap perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair daun lamtoro berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim. Tingkatan pertambahan jumlah daun pada 4 perlakuan secara berurutan dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% (perlakuan A), perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20% (perlakuan B), perlakuan tanpa pemberian pupuk cair daun lamtoro atau kontrol dan perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C).

(56)

Rasyid (2010) dalam Wijaya, dkk (2005) tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi pupuk cair daun lamtoro 10% memiliki tingkat kepekatan yang rendah dibandingkan konsentrasi pupuk cair daun lamtoro konsentrasi 20% dan 30%. Sehingga unsur hara yang diserap oleh tanaman sawi caisim pada perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% (perlakuan A) sudah optimal atau sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman karena kerja mikroba dalam menguraikan unsur hara organik menjadi anorganik yang dapat langsung diserap oleh tanaman terjadi secara sempurna. Hal ini dapat dilihat pada pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim yang optimal.

Tingkat kepekatan pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20% berada di atas konsentrasi 10% sehingga kerja mikroba dalam menguraikan unsur hara organik menjadi anorganik tidak terjadi secara sempurna dan menyebabkan jumlah unsur hara yang diserap oleh tanaman kurang optimal atau belum sesuai dengan kebutuhan tanaman dan berdampak pada pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim yang kurang optimal.

(57)

tanaman sehingga proses penguraian tidak terjadi secara sempuran. Hal ini menyebabkan unsur hara yang diserap oleh tanaman tidak optimal dan berdampak pada pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim yang tidak optimal.

Proses penguraian unsur hara oleh mikroba pada pupuk dengan konsentrasi tinggi membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga selang waktu pemberian pupuk harus lebih panjang. Pertambahan jumlah daun pada tanaman sawi caisim kontrol atau yang tidak diberikan pupuk cair daun lamtoro mengalami pertambahan jumlah daun lebih baik dibandingkan tanaman yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30%. Hal ini dikarenakan tanaman kontrol mendapatkan unsur hara dari pupuk kandang yang digunakan sebagai pupuk dasar.

Pupuk cair daun lamtoro yang digunakan mengandung unsur hara Nitrogen yang merupakan unsur hara utama bagi tanaman. Nitrogen sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti, daun, akar dan batang. Nitrogen yang diserap oleh tanaman dari tanah dalam bentuk Nitrat (NO3-) dan Amonium (NH4+) yang merupakan hasil penguraian dari Nitrogen oleh Mikroorganisme dalam tanah.

(58)

(2NO2- + O2  2NO3- + energi). Proses terbentuknya amonium dengan bantuan bakteri Nitrosomonas dan Nitosococus (2NH3 + H2CO3  (NH4)2

+

2-CO3  2NH4 + CO3 ). Apabila pemberian pupuk dalam jumlah yang banyak sebaiknya dilakukan dalam interval waktu yang lebih panjang agar mikroorganisme tanah memiliki waktu yang cukup untuk memproses penguraian unsur Nitrogen tersebut menjadi ion Nitrat (NO3-) dan Amonium (NH4+) yang siap diserap oleh akar tanaman.

Uraian di atas menunjukkan bahwa perbedaan pertambahan jumlah daun dipengaruhi oleh kadar nitrogen yang terkandung di dalam pupuk yang digunakan. Kadar Nitrogen pada pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% dapat dikatakan sudah optimal atau sudah memenuhi kebutuhan tanaman sehingga kerja mikroba dalam menguraikan Nitrogen menjadi ion Nitrat (NO3-) dan Amonium (NH4+) terjadi secara optimal dan berdampak pada pertambahan jumlah daun yang optimal.

(59)

mengatakan bahwa konsentrasi nitrogen yang tinggi dapat mempengaruhi populasi mikroorganisme pengurai di dalam tanah sehingga kinerjanya menjadi tidak optimal.

Berdasarkan uji statistik yaitu uji Anova menunjukan bahwa adanya perbedaan secara nyata rata-rata pertambahan jumlah daun pada setiap perlakuan karena nilai signifikansinya lebih kecil dari taraf signifikan yang berarti pemberian pupuk cair daun lamtor dengan konsentrasi berbeda berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim.

Pada penelitian ini semua tanaman pada setiap perlakuan terserang hama yaitu belalang kembara dan ulat tritip. Penyerangan tanaman oleh belalang kembara terjadi ketika tanaman berumur 2-4 minggu sedangkan ulat tritip terjadi ketika tanaman berumur 3-4 minggu

a. Belalang Kembara

1. Klasifikasi Belalang Kembara (Susetya, 1994) Kelas : Insekta

Ordo : Orthoptera Famili : Acridida Genus : Locusta

Spesies : Locusta migratoria 2. Ciri-ciri Belalang Kembara

(60)

berwarna coklat, memiliki dua pasang sayap, tiga pasang kaki, satu pasang antena. Selain itu struktur tubuh belalang kembara terdiri dari 3 bagian yaitu kepala (caput), dada(thorax) dan perut (abdomen).

3. Gejala Kerusakan

Gejala kerusakan yang terjadi pada tanaman sawi caisim yang digunakan peneliti pada penelitian adalah terdapat sobekan pada daun. Tanaman sawi caisim yang digunakan pada penelitian ini tidak mengalami kerusakan parah yakni daun berlubang tidak pada semua bagian daun dan belalang kumbara tidak memakan tulang daun tanaman. Belalang kumbara menyerang tanaman sawi caisim dikarenakan disekitar tempat penelitian terdapat sawah warga setempat dan tanaman sayuran lainnya. Penanggulangan hama hanya dilakukan oleh peneliti skripsi sehingga populasi hama tidak berkurang.

4. Penanggulangan Hama

Pengendalian belalang kumbara yang menyerang tanaman sawi caisim pada penelitian ini dilakukan secara manual yaitu dengan menangkap belalang secara langsung dan mematikannya.

b. Ulat Tritip

1) Klasifikasi Ulat Tritip (Rukmana, 1994) Kingdom : Animalia

(61)

Famili : Plutellidae Genus : Plutella

Spesies : Plutella Xylostella L. 2) Ciri-ciri ulat tritip

Imago ulat tritip berwarna coklat kelabu. Pada sayap depan terdapat tanda “tiga berlian” yang berupa gelombang. Warna tiga berlian pada betina lebih gelap dibandingkan yang jantan. Lama siklus hidup ulat tritip adalah ± 21 hari, imagonya aktif pada senja dan malam hari. Stadium hama yang paling membahayakan adalah larva. Larva ini terdiri atas tiga instar, ukuran paling besar adalah 1 cm. Tanaman inang utama ulat tritip ini adalah tanaman kubis- kubisan seperti petsai, sawi, kubis-krop, kubis bunga dan brokoli. 3) Gejala serangan

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada tanaman yang digunakan dalam penelitian gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh ulat tritip adalah daun tanaman menjadi berlubang.

Serangan ulat tritip pada tanaman sawi caisim yang digunakan pada penelitian ini tidak parah karena ulat tritip hanya menyerang beberapa bagian daun saja.

4) Penanggulangan hama

(62)

Sedangkan pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan pestisida organik “ PESONA” dari PT. Natural Nusantara sesuai dengan petunjuk penggunaan yang ada pada kemasan pestisida organik tersebut.

2. Berat basah

Berat basah tanaman diketahui dengan menimbang tanaman setelah dipanen dengan akar yang sudah dibersihkan dari tanah. Penimbangan berat basah dilakukan pada pagi hari untuk menghindari terjadinya kehilangan air karena terkena sinar matahari. Berat basah tanaman dapat dipengaruhi keefektifan penyerapan unsur hara dan air oleh akar yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan pada tanaman.

(63)

konsentrasi 10% (perlakuan A) dan yang terendah adalah tanaman sawi caisim yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C).

Perbedaan rata-rata berat basah tanaman sawi caisim pada masing- masing perlakuan terkait dengan kemampuan tanaman dalam mengikat air dari dalam tanah. Selain itu dapat juga dipengaruhi oleh kadar nitrogen karena nitrogen dapat meningkatkan produksi tanaman dan kadar protein. Peningkatan kadar protein mengakibatkan tanaman akan mengalami penambahan bobot karena terjadi akumulasi nitrat pada bagian daun (Roesmarkham dan Yuwono, 2002). Dari uraian di atas ditunjukkan bahwa kadar Nitrogen pada pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% dan diberikan dalam interval waktu penyiraman yang tepat memberikan ketersediaan ion Nitrat (NO3-) dan Amonium (NH4+) yang optimal untuk diserap oleh akar tanaman. Sedangkan pada konsentrasi 20%, 30% diperlukan interval waktu penyiraman yang lebih lama agar bisa terurai menjadi ion Nitrogen yang siap diserap oleh akar tanaman yaitu ion Nitrat (NO3-) dan Amonium (NH4+).

(64)

memiliki berat basah yang tertinggi pula. Pada tanaman sawi caisim yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C) memiliki jumlah daun yang rendah dan memiliki berat basah yang rendah. Hal ini dapat dikatakan bahwa jumlah daun dapat mempengaruhi berat basah tanaman.

Berdasarkan uji statistik yaitu uji Anova menunjukkan bahwa adanya perbedaan secara nyata rata-rata berat basah pada setiap perlakuan karena nilai signifikansinya lebih kecil dari taraf signifikan yang berarti pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi berbeda berpengaruh terhadap berat basah tanaman sawi caisim.

3. Berat kering

Berat kering merupakan berat tanaman setelah melewati beberapa tahap pengeringan yaitu dijemur selama 3 hari di bawah sinar matahari dan dimasukkan kedalam oven selama 48 jam. Berat kering tanaman dipengaruhi oleh hasil fotosintesis atau fotosintat yang terkandung di dalam tanaman tersebut. Semakin tinggi hasil fotosintesisi maka semakin tinggi juga berat kering tanaman.

(65)

perlakuan tanpa pemberian pupuk cair daun lamtoro atau kontrol (K) secara berurutan adalah 9,88 gram; 5,14 gram; 4,49 gram; dan 4,8 gram. Rata-rata berat kering yang paling tinggi terjadi pada tanaman yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% (perlakuan A) dan yang terendah terjadi pada tanaman yang diberi perlakuan pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30% (perlakuan C). Tingginya berat kering pada tanaman menunjukkan pertumbuhan vegetatif tanaman yang baik karena tanaman dapat menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah secara optimal sesuai kebutuhan.

Rata-rata berat kering tertinggi pada tanaman sawi caisim adalah yang diberi perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% (perlakuan A) yang menunjukkan penyerapan nutrisi terjadi secara optimal sehingga dapat mengoptimalkan terjadinya proses fotosintesis dan pertumbuhan vegetatif karena kerja mikroba dalam menguraiakan unsur hara organik menjadi anorganik yang dapat langsung diserap oleh tanaman terjadi secara sempurna.

(66)

menyempurnakan proses penguraian tersebut. Oleh karena itu selang waktu pemberian pupuk pada konsentrasi tinggi harus lebih panjang.

Tanaman sawi caisim yang tidak diberi pupuk cair daun lamtoro memiliki berat kering yang rendah juga karena nutrisi yang tersedia tidak optimal atau tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman karena tanaman hanya mendapatkan nutrisi dari pupuk kandang yang digunakan sebagai pupuk dasar.

Berdasarkan uji statistik yaitu uji Anova menunjukan bahwa adanya perbedaan secara nyata rata-rata berat kering tanaman sawi caisim pada setiap perlakuan karena nilai signifikansinya lebih kecil dari taraf signifikan yang berarti pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi berbeda berpengaruh terhadap berat kering tanaman sawi caisim.

(67)

perlakuan memiliki warna daun yang sama yaitu hijau segar. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

Daun paling lebar pada perlakuan A (10%)

Daun paling kecil pada perlakuan A (10%)

Gambar 4.4 Daun Tanaman Sawi Caisim Pada Perlakuan A (10%)

Daun paling lebar pada perlakuan B (20%)

Daun paling kecil pada perlakuan B (20%)

(68)

Daun paling kecil pada perlakuan C (30%)

Daun paling lebar pada perlakuan C (30%)

Gambar 4.6 Daun Tanaman Sawi Caisim Pada Perlakuan C (30%)

Daun paling lebar pada kontrol (0%) Daun paling kecil pada kontrol (0%)

(69)

BAB V

IMPLEMENTASI TERHADAP PEMBELAJARAN

Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk cair organik dari daun lamtoro (Leucaena leucocephala) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Biologi SMA kelas XII semester 1 tentang Pertumbuhan dan Perkembangan. Berikut adalah kompetensi inti dan kompetensi dasar yang dapat digunakan:

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

(70)

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar

1.1 Mengagumi dan memahami keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang proses-proses yang terjadi pada tubuh makhluk hidup di tingkat seluler dan menjaga keteraturan tersebut sebagai tindakan pengalaman menurut agama yang dianutnya.

2.1 Berperilaku ilmiah ( memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif; dan peduli lingkungan) dalam melakukan percobaan dan diskusi. 3.2 Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses

pertumbuhan dan perkembangan pada mahkluk hidup berdasarkan hasil percobaan.

(71)
(72)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh pemberian pupuk cair daun lamtoro terhadap pertambahan jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim dapat disimpulkan bahwa:

1. Perbedaan konsentrasi pupuk cair daun lamtoro berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim.

2. Pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10% paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim.

B. Saran

1. Penelitian bisa dilanjutkan dengan menguji pupuk cair daun lamtoro dengan jenis tanaman yang lain dan parameter yang diukur juga lebih bervariasi, seperti lebar daun dan umur panen.

2. Penelitian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau untuk mengurangi serangan hama yang mempengaruhi hasil penelitian.

(73)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, R. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair Daun Lamtoro terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Main Nursery (Elaeis Guineensis Jacq). Jurnal. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Fransisca, S. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) terhadap Penggunaan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair. Skripsi. Program Studi Agromi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Hartina, F.,dkk. 2014. Fermentasi Tetes Tebu Dari Pabrik Gula Pagotan Madiun Menggunakan Saccharomyces Cereviae Untuk Menghasilkan Bioethanol Dengan Variasi Ph Dan Lama Fermentasi. Anchemy vol.3 no.1 hal 93-100 Haryanto, E., Suhartini, T., dan Rahayu, E. 2003. Sawi dan Selada.Jakarta:

Penerbit Swadaya.

Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. Yogyakarta: PT Surya Pratama Alam.

Indriani, Y. H. 2007. Membuat Pupuk Organik Secara Singkat. Jakarta: Penebar Swadaya.

Monica, R. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Lamtoro(Leucaena leucocephala) terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kedelai (Glycine max) var. Grobogan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bilogi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Namang, C. 2015. Pengaruh Pemberian Konsentrasi EM4 yang Berbeda-beda terhadap Pertumbuhan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.). Skripsi. Program Studi Pendidikan Bilogi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Nugroho, P. 2012. Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Yogyakarta: Penerbit

Pustaka Baru Press.

(74)

Oaks, Ann. 1992. A Re-Evaluation Of Nitrogen Assimilation In Roots. Jurnal Bioscience. Vol. 42 No 2.

Palimbungan, D., Robert L., dan Faizal H. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Lamtoro sebagai Pupuk Organik Cair. Jurnal Agrisisten. Desember Vol 2. No. 2. Prasetyono,

Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rukmana, R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Saparinto, C. 2012. Panduan Praktis Menanam 14 Sayuran Konsumsi Populer di

Pekarangan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Warisno, S dan Dahana, K. 2009. Inspirasi Usaha Memuat Aneka Nata. Jakarta:

Agromedia Pustaka

(75)

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR

blog.ub.ac.id

(76)

L A M P I R A N

(77)

Lampiran 1. Silabus

SILABUS

Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XII/ 1

Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

(78)

KOMPETENSI

DASAR

MATERI

POKOK

KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI

WAKTU

SUMBER

BELAJAR

1. Pertumbuhan dan Perkembangan

1.3 Peka dan peduli

(79)

KOMPETENSI

DASAR

MATERI

POKOK

KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI

WAKTU dan faktor–faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.

Mengumpulkan Informasi

(Eksperimen/Eksplorasi)

(80)

KOMPETENSI

DASAR

MATERI

POKOK

KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI

WAKTU

 Diskusi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

petumbuhan.

 Menarik kesimpulan tentang 3.1 Menganalisis

(81)

KOMPETENSI

DASAR

MATERI

POKOK

KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI

Gambar

Tabel 4.1. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Daun Pada Tanaman Sawi Caisim
Gambar 2.1. Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.) ..............................        7
Gambar 2.1 Tanaman Sawi Caism (Brassica juncea L.)
tabel berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produksi tanaman sampel caisim (g) umur 40 HSPT pada berbagai dosis pemberian pupuk organik padat dan pupuk organik cair dari kulit pisang kepok ... Produksi per plot caisim (g)

menunjukkan bahwa pupuk organik ekstrak daun lamtoro berpengaruh nyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy (Brassica rapa L.).. Pada kosentrasi

Percobaan tentang “Pengaruh beberapa volume pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim (Brassica juncea L.)” telah dilaksanakan di kebun kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair dan pupuk fosfor berbeda nyata pada parameter pengamatan jumlah daun tanaman sawi yaitu dengan

Tugas Akhir ini bertujuan untuk memperoleh ketrampilan budidaya sawi caisim secara konvensional, mengetahui pengaruh penggunaan pupuk daun dan pupuk NPK pada

Dosis pupuk organik cair daun lamtoro 500 L Ha -1 menunjukkan hasil yang terbaik pada setiap variabel pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada parameter tinggi, berat basah serta luas daun tanaman sawi ( Brassica juncea L. ) memiliki hasil yang lebih baik pada perlakuan

Aplikasi pupuk organik cair urin kelinci pada 1 minggu setelah tanam nyata meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman caisim diantaranya jumlah, daun, panjang daun,