• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI

LIQUID ORGANIC FERTILIZER APPLICATION ON GROWTH AND PRODUCTION OF MUSTARD Abd. Rahman Arinong dan Chrispen Dalrit Lasiwua

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa Jl Malino KM 7 Kabupaten Gowa

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Sawi (Bransica juncea). Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk percobaan lapangan yang dilakukan di Kampus STPP Gowa. Waktu pelaksanaan dimulai pada Mei sampai Agustus 2009. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 (empat) perlakuan, yaitu P0 = Kontrol, P1= 25 mL L-1 air, P2 = 50 mL L-1 air dan P3 = 75 mL L-1 air. parameter yang diamati adalah: Tinggi tanaman,

jumlah daun, dan berat tanaman yang akan diambil pada saat panen. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah dengan menggunakan 75 mL pupuk organik cair kotoran sapi yang dicampurkan dengan 1 liter air atau setara dengan 180 liter pupuk organik cair kotoran sapi ha-1.

Kata kunci: Pupuk organik cair, tanaman sawi

ABSTRACT

This study aims to verify the effect of liquid organic fertilizer on the growth and yield of mustard (Bransica juncea). The research was conducted in the Campus of STPP Gowa, from May to August 2009. The study was arranged in a randomized block design with 4 treatment, namely: P0 = Control, P1 = 25 mL L-1 of water, P2 = 50 mL L-1 of water and P3 = 75 mL L-1 of water. Parameters measured were: plant height, number of leaf, and weight plant. Statistical analysis showed that the best yield was gained from treatment of 75 mL of liquid organic fertilizer of cow manure miluted with 1 liter of water or equivalent with 180 liters of liquid cow manure organic fertilizer ha-1.

Keywords: Liquid organic fertilizer, mustard

PENDAHULUAN

Teknologi sistem pertanian organik se-bagai bagian dari sistem pertanian ber-kelanjutan yang merupakan salah satu jawaban atas terjadinya degradasi hadap lahan, ketergantungan petani ter-hadap komponen revolusi hijau dan lunturnya kearifan-kearifan lokal pada diri petani adalah sangat penting untuk

men-dapatkan perhatian yang serius dalam mengatasi adanya permasalahan tersebut. Menurut Prasetyo (2007), di Indonesia sistem pertanian organik ini masih me-rupakan gerakan yang sangat terbatas, yang belum mendapat dukungan sepenuh-nya dari pihak pemerintah, peneliti mau-pun petani, sehingga diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengkomunikasi-kan teknologi sistem pertanian organik

(2)

kepada masyarakat petani. Selanjutnya di-jelaskan oleh Kriswanta (2006), bahwa banyak sistem pertanian organik yang telah dihasilkan tetapi cara untuk meng-komunikasikan kepada petani sangat su-sah karena memerlukan metode-metode khusus untuk mencapai hal tersebut. Hal ini karena sifat masyarakat yang sangat tergantung dengan penggunaan pupuk buatan masih sangat sulit untuk ditinggal-kan. Untuk itu suatu teknologi harus diuji lebih lanjut sehingga lebih dipercaya dan diyakini oleh petani.

Pertanian organik juga menimbulkan ke-khawatiran pada masyarakat karena pros-pek pasar dan produksi yang dihasilkan tidak sama dengan yang dihasilkan oleh penggunaan bahan-bahan sintetik. Hal ini dibantah oleh Kriswanta (2006), yang mengatakan bahwa prospek pasar untuk produk yang bersifat organik sangat di-butuhkan, terbukti selama ini produk per-tanian organik berasal dari luar negeri. Sedangkan produksi pertanian organik kalau dilakukan dengan pengelolaan yang benar produksinya akan melebihi per-tanian sintetik. Semuanya ini diakibatkan karena kesadaran masyarakat tentang ke-sehatan semakin meningkat.

Penggunaan pupuk organik cair kotoran sapi yang dibuat dari kotoran sapi padat yang difermentasikan dengan mengguna-kan mikroorganisme diharapmengguna-kan amengguna-kan memberikan kontribusi yang besar. Kon-tribusi ini dimaksudkan dalam mendukung upaya penerapan pertanian organik. Ba-nyak pihak menganggap bahwa persoalan pertanian organik terletak pada bahan baku yang kurang tersedia, tetapi dalam penilaian di lapangan persoalan tersebut bukan hal yang perlu dipersoalkan. Hal ini diakibatkan karena rata-rata pupuk kotor-an sapi tersebut belum dapat dimkotor-anfaatkkotor-an

Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi dan mencari penggunaan takaran pupuk organik cair yang paling efektif dan efisien.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk percobaan lapangan yang dilakukan di Kelurahan Romanglompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Se-dangkan waktu pelaksanaan dimulai pada Mei sampai Agustus 2009.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan penelitian yang digunakan adalah: ember plastik, jerigen, saringan kelapa, cangkul, tali, mistar, dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang diguna-kan adalah: kotoran padat sapi, tepung darah, tepung kerang, molases, dan EM4.

Pelaksanaan

Pengolahan Kotoran Padat Sapi.

Kotoran sapi yang padat mengandung gas metana yang dapat merugikan tanaman. Kotoran sapi tersebut terlebih dahulu di-cairkan dengan perbandingan 5 (lima) kg kotoran sapi dengan 10 L air. setelah cairkan maka kotoran sapi tersebut di-diamkan selama 6 (enam) minggu sampai gas tersebut benar-benar hilang. Kemu-dian kotoran sapi tersebut difermentasikan dengan menggunakan EM4 sebagai

mikro-ba fermentasi. Untuk meningkatkan kua-litas pupuk tersebut dicampurkan dengan tepung darah, tepung kerang dan bawang merah yang menjadi sumber zat perang-sang tumbuh.

(3)

(empat) perlakuan yaitu P0 = Kontrol, P1 = 25 mL L-1 air, P2= 50 mL L-1 air dan P3 = 75 mL L-1 air dan diulang sebanyak

3 (tiga), sehingga jumlah seluruhnya 12 bedengan. dalam setiap bedengan terdapat 18 tanaman. sehingga secara keseluruhan jumlah populasi terdapat 216 tanaman. Pengambilan sampel tanaman setiap bedengan ditentukan sebanyak 30%. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati adalah: tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot segar tanaman diambil pada saat panen.

Pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan interval waktu 7 (tujuh) hari.

Se-dangkan pengukuran berat tanaman di-lakukan sebanyak 1 (satu) kali pada saat panen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Hasil uji BNT α(0.05) pada Tabel 1

menujukan bahwa pada minggu pertama, kedua dan ketiga dari semua perlakuan pemberian pupuk organik cair kotoran sapi, ternyata Perlakuan P3 (75 mL L-1 air), memperlihatkan pertumbuhan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lain P0, P1, dan P2.

Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman sawi (cm) untuk setiap perlakuan yang diamati pada minggu I, II, dan III setelah tanam

Perlakuan Minggu I II III P0 11.49a 20.77a 25.72a P1 12.11a 20.71a 27.94b P2 12.99ab 22.16a 29.10b P3 13.88bc 23.72ab 31.71c BNT α (0,05) 1.3 2.2 1.8

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Pada minggu kedua dan ketiga menun-jukan perlakuan pemberian pupuk organik cair kotoran sapi 75 cc L-1 air (P3) merupakan perlakuan yang memberikan

hasil tertinggi dan memperlihatkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan P0, P1, dan P2.

(4)

0 5 10 15 20 25 30 35 1 MST 2 MST 3 MST T in g g i T a n a m a n Umur Tanaman P0 (Kontrol) P1 (25 mL/L air) P2 (50 mL/L air) P3 (75 mL/L air)

Gambar 1. Pertumbuhan tinggi tanaman sawi (cm) Minggu I, II, dan III setelah tanam pada setiap perlakuan

Pada Gambar 1. memperlihatkan pertum-buhan tinggi tanaman berbeda pada setiap perlakuan. Perlakuan dengan mengguna-kan pupuk organik cair kotoran sapi 75 mL L-1 air (P3) merupakan perlakuan yang terbaik mulai dari tanaman berumur 1 MST sampai dengan tanaman berumur 3 MST. Perlakuan dengan menggunakan pupuk organik cair kotoran sapi 50 mL L-1 air (P2) yang berada pada urutan kedua. Perlakuan dengan menggunakan pupuk organik cair kotoran sapi 25 mL L-1 air tidak berbeda jauh dengan tanpa

perla-kuan (P0). Tetapi pada umur tanaman 2 MST sampai 3 MST pertumbuhan tinggi tanaman terlihat perbedaan yang sangat jelas pada semua perlakuan.

Jumlah Daun

Hasil analasis dengan menggunakan uji BNT α(0.05) pada Tabel 2 menunjukan

bahwa pada minggu pertama seluruh per-lakuan tidak menujukan perbedaan dalam hal pertambahan jumlah daun.

Tabel 2. Rata-rata pertambahan jumlah daun (helai) Minggu I, II dan III setelah tanam pada setiap perlakuan

Perlakuan Minggu

I II III

P0 3.77a 5.36a 5.79a

P1 3.94a 5.58a 6.66b

(5)

Pada minggu kedua perlakuan (P3) de-ngan menggunakan pupuk organik cair kotoran sapi 75 mL L-1 air menunjukan. Perbedaan yang signifikan dengan perla-kuan lain P0, P1, dan P2 dalam hal

per-tambahan jumlah daun pada taraf uji BNT α(0.05), tetapi pada minggu ketiga

perlakuan P1, P2, dan P3 menujukan per-bedaan yang nyata dengan perlakuan P0. 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 1 MST 2 MST 3 MST J u m la h D a u n Umur Tanaman P0 (Kontrol) P1 (25 mL/L air) P2 (50 mL/L air) P3 (75 mL/L air)

Gambar 2. Pertambahan jumlah daun sawi (helai) Minggu I, II, dan III setelah tanam pada setiap perlakuan

Pada Gambar 2 terlihat pertambahan jum-lah daun tanaman sawi setiap perlakuan berbeda. Pertambahan jumlah daun ta-naman dengan perlakuan pupuk organik cair kotoran sapi 75 mL L-1 air (P3) mem-perlihatkan pertambahan jumlah daun yang tertinggi dibanding perlakuan lain. Tetapi dari semua perlakuan P0 mem-perlihatkan pertambahan jumlah daun ta-naman yang sangat lambat jika diban-dingkan dengan perlakuan lainnya.

3. Bobot Segar Sawi

Hasil analisis dengan menggunakan uji BNT α(0,05) pada Tabel 3 menunjukan

perlakuan dengan menggunakan pupuk organik cair kotoran sapi 75 cc L-1 air (P3) berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya P0, P1, dan P3 serta memberikan hasil yang tertinggi dalam hal bobot segar tanaman.

(6)

Tabel 3. Bobot segar sawi (kg) pada setiap perlakuan Perlakuan Produksi BNT α (0,05) (kg) P0 0.83a 0.15 P1 1.06b P2 1.06b P3 1.22c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Pembahasan

Perlakuan aplikasi pupuk organik cair kotoran sapi dengan dosis yang berbeda-beda memberikan pengaruh terhadap para-meter pertumbuhan dan produksi tanaman sawi yang diamati, seperti tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan bobot segar sawi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa per-lakuan yang terbaik adalah pada level pemberian pupuk organik cair kotoran sapi dengan dosis mL L-1 air (P3) yang berpengaruh nyata terhadap seluruh para-meter yang diamati hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan hara melalui pem-berian pupuk organik cair mampu me-nunjang pertumbuhan vegetatif tanaman secara optimal. Ketersediaan unsur hara merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan laju pertum-buhan tanaman (Gardner et al, 1985). Sehingga dibutuhkan lebih banyak unsur hara esensial yang tersedia yang dapat di-peroleh melalui peningkatan dosis pupuk cair.

Penigkatan hasil bobot segar tanaman dapat mencapai hasil yang optimal, karena tanaman memperoleh hara yang dibutuh-kan sehingga peningkatan jumlah maupun

berat basah tumbuhan disebabkan oleh kandungan air. Lebih lanjut menurut Gardner et. al. (1985) berat basah tanaman umumnya sangat berfluktuasi, tergantung pada keadaan kelembaban tanaman, Se-dangkan menurut Jumin (2002) menje-laskan bahwa besarnya kebutuhan air se-tiap fase pertumbuhan berhubungan lang-sung dengan proses fisiologi, morfologi serta faktor lingkungan.

Pupuk organik cair kotoran sapi akan menambah ketersediaan hara di dalam tanah. Selain ketersediaan hara di dalam tanah struktur udara dan tata udara tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Perkem-bangan sistem perakaran tanaman yang baik sangat menentukan pertumbuhan vegetatif tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produksi tanaman sawi. Kebutuhan akan bemacam-macam pupuk selama pertumbuhan tidak sama, ter-gantung dari umur dan jumlah pupuknya Sutedjo et al. (1991).

Pemberian pupuk organik cair dalam jum-lah yang besar merupakan suatu pembo-rosan. Sehingga perlu disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Sedangkan pemberi-an dengpemberi-an jumlah ypemberi-ang kecil tidak

(7)

mem-saran dan pemanjangan sel akan berlang-sung dengan cepat yang mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh dengan cepat (Palimbungan et.al., 2006).

Adanya respon pertumbuhan dan produksi yang baik pada pemberian pupuk organik cair kotoran sapi disebabkan oleh adanya nutrisi yang berupa hara yang terkandung. Pemberian dosis yang kecil pada pene-litian ini memberikan hasil yang kecil pula. Ini menunjukkan kandungan hara dari pupuk organik yang sedikit belum bisa dimanfatkan tanaman karena pupuk organik memerlukan proses sehingga da-pat tersedia oleh tanaman. Hardjowigeno (2003) mengemukakan bahwa salah satu kelemahan pupuk organik adalah kan-dungan hara yang rendah serta pengaruh terhadap tanaman sangat lamban.

Pupuk organik cair kotoran sapi yang diberikan pada tanaman sawi mengandung mikroorganisme yang dapat memfermen-tasikan bahan organik sehingga mengha-silkan senyawa yang dapat diserap lang-sung oleh tanaman. Dengan kata lain mikroorganisme yang diinokulasikan da-lam bahan dasar bekerjasama memper-baiki tingkat kesuburan tanaman dengan cara mengikat nitrogen dari udara bebas, mengkonsumsi gas beracun. Hasil fermen-tasi bahan tersebut menjadi senyawa organik yang dapat diserap oleh tanaman, menghasilkan senyawa antibiotik yang bersifat toksit terhadap pathogen/penyakit dan melarutkan ion fosfat dan ion mikro lainnya (Wididana, 1996). Lebih lanjut Lingga (1995), menyatakan bahwa tanah yang berstruktur baik, dengan kata lain tanah yang banyak mengandung mikro-organisme dan kepadatan tanah yang kurang dapat menunjang pertumbuhan akar menembus tanah melalui pori-pori tanah sehingga dapat menyerap air dan unsur hara yang terlarut.

KESIMPULAN

1. Pupuk organik cair kotoran sapi ber-pengaruh bagi pertumbuhan, tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan produksi tanaman sawi.

2. Perlakuan terbaik adalah perlakuan P3 dengan menggunakan 75 mL pupuk organik cair kotoran sapi yang dicampurkan dengan 1 L air atau setara 180 liter pupuk organik cair kotoran sapi ha.-1

DAFTAR PUSTAKA

Gardner, F.P., B.R. Pearce, L.M. Roger, 1985. Physiology of Crop Plants. The Iowa State University Press, Iowa.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta

Jumin, H.B, 2002. Agroekologi. Suatu Pendekatan Fisiologis. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Kriswanta, G. 2006, Mewaspadai revo-lusi hijau II. [Diakses 6 Maret 2008 pada situs http://nasih.staff.ugm. ac.id.].

Lingga, P., 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Swadaya, Jakarta. Loveless, A.R., 1987. Prinsip-prinsip

Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

Palimbungan N., R. Labatar, dan F. Hamzah F., 2006. Pengaruh ekstrak daun lamtoro sebagai pupuk organik cair terhadap petumbuhan dan produksi tanaman sawi. J. Agrisistem Vol 2 (2): 96 – 101.

(8)

Prasetyo S., 2007, Pertanian organik gerakan bawah tanah petani Indonesia melawan revolusi hijau. [Diakses 6 Maret 2008. pada situs http://www.sinarharapan.co.id/berit a/0310/27/ipt02.html.]

Sutedjo, M.M., Kartasaputra dan Sastroatmodjo, 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka cipta, Jakarta. Wididana. G.N., 1996. Tanya Jawab

Efektif Mikroorganisme. Koperasi Karyawan, Departemen Kehutanan.

Gambar

Gambar 1.   Pertumbuhan  tinggi  tanaman  sawi  (cm)  Minggu  I,  II,  dan  III  setelah  tanam  pada setiap perlakuan
Gambar 2.   Pertambahan jumlah daun sawi (helai) Minggu I, II, dan III setelah tanam pada  setiap perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Fase pertama tersebut membentuk sesar naik berarah timur laut – barat daya yang kemudian membentuk gawir bagian barat Pegunungan Selatan.. Dengan melihat arah

Heckhausen (dalam Martaniah, 1982:31) mengatakan bahwa motif berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk berpacu dengan ukuran keunggulan yang didapat

Beberapa keuntungan dari alat ukur ini adalah: (a) Sederhana dan cukup kuat; (b) berfungsi dengan head loss cukup kecil, (c) kotoran/sampah akan mudah melewati alat ini,

Pada tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas. Tahap ini pelaksanaan guru harus ingat dan taat pada apa

Pada penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas atau variabel independen, yaitu suku bunga (BI Rate) sebagai X 1 , inflasi sebagai X 2 , dan nilai tukar rupiah sebagai X 3

Perlunya sebuah inovasi terbaru dalam pembuatan insektisida alami, yaitu daun kemangi (Ocimum basilicum Linn ) yang telah menunjukkan aktivitas cukup ampuh sebagai bahan

Sesuai dengan visi dan misi Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan di atas, pada tahun 2016 Badan Penelitian Perikanan Perairan Umum telah menetapkan

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan