BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
2. Uji Asumsi Klasik
b.Uji Autokorelasi ... 32 c.Uji Heterokedastisitas ... 33 3. Pengujian Hipotesis ... 35 G. Jadwal Penelitian ... 38
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Hasil Penelitian ... 39 1. Analisis Statistik Deskriptif ... 39 2. Uji Asumsi Klasik ... 42 a.Uji Normalitas ... 42 b.Uji Autokorelasi ... 51 c.Uji Heterokedastisitas ... 54 3. Pengujian Hipotesis ... 58 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 68 B. Saran... 70 DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN ... 76
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tahapan dan Bobot Penilaian Riset CGPI ... 13 Tabel 2.2 Tabel Kategori Pemeringkatan CGPI ... 15 Tabel 2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 18 Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian ... 27 Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Total Skor Penerapan GCG ... 39 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Total ROE ... 40 Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Total ROI ... 41 Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Total EPS ... 44 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas GCG Terhadap ROE ... 43 Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas GCG Terhadap ROI ... 46 Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas GCG Terhadap EPS ... 49 Tabel 4.8 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 52 Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi GCG Terhadap ROE ... 53 Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi GCG Terhadap ROI ... 54 Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi GCG Terhadap EPS ... 54 Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi GCG Terhadap ROE ... 58 Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi GCG Terhadap ROI ... 59 Tabel 4.14 Hasil Uji Regresi GCG Terhadap EPS ... 60 Tabel 4.15 Hasil Pengujian R Square Terhadap Variabel ROE ... 61 Tabel 4.16 Hasil Pengujian R Square Terhadap Variabel ROI ... 61 Tabel 4.17 Hasil Pengujian R Square Terhadap Variabel EPS ... 62
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 23 Gambar 4.1 Grafik Historam GCG Terhadap ROE ... 44 Gambar 4.2 Normal P-Plot GCG Terhadap ROE ... 45 Gambar 4.3 Grafik Histogram GCG Terhadap ROI ... 47 Gambar 4.4 Normal P-Plot GCG Terhadap ROI ... 48 Gambar 4.5 Grafik Histogram GCG Terhadap EPS ... 50 Gambar 4.6 Normal P-Plot GCG Terhadap EPS ... 51 Gambar 4.7 Grafik Scatterplot GCG Terhadap ROE ... 55 Gambar 4.8 Grafik Scatterplot GCG Terhadap ROI ... 56 Gambar 4.9 Grafik Scatterplot GCG Terhadap EPS ... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Judul Halaman
Lampiran i Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 73 Lampiran ii Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 75 Lampiran iii Data Penelitian ... 76 Lampiran iv Statistik Deskriptif ... 78 Lampiran v Regresi Linear Sederhana... 79 Lampiran vi Histogram ... 82 Lampiran vii One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 85 Lampiran vii Scatterplot... 87 Lampiran ix Autokorelasi ... 89
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Aktivitas bisnis merupakan masalah kompleks yang sedang hangat dibicarakan di tengah-tengah usaha pemerintah untuk mengembalikan kestabilan dunia perekonomian Indonesia yang lesu sebagai akibat dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia beberapa waktu yang lalu. Berbagai usaha untuk menggairahkan kembali dunia perekonomian Indonesia dilakukan oleh pemerintah dan kalangan bisnis, salah satu di antaranya dengan penerapan good
corporate governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan
good corporate governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN tersebut,
diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat. Selain itu, penerapan
good corporate governance tersebut juga dimaksudkan untuk mengantisipasi
persaingan yang ketat di era pasar bebas.
Good corporate governance (GCG) merupakan sistem tata kelola
perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan. GCG sendiri mulai dikenal di Indonesia pada saat Indonesia mengalami krisis hebat pada tahun 1998, dan GCG dinilai mampu membantu perusahaan untuk melepaskan diri dari jeratan krisis berkepanjangan. Oleh karena itu, pemerintah maupun investor mulai memusatkan perbaikan kinerja dengan menerapkan prinsip-prinsip GCG.
Penerapan GCG merupakan salah satu upaya bagi perusahaan untuk bangkit dari buruknya kinerja perusahaan setelah terkena imbas krisis moneter. Peran dan tuntutan investor dan kreditor asing mengenai penerapan GCG merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan. Perusahaan perlu menerapakan prinsip-prinsip GCG agar mampu bertahan menghadapi ancaman krisis global yang semakin keras yang banyak menumbangkan perusahaan-perusahaan besar. Prinsip-prinsip dasar dari GCG pada dasarnya memilki tujuan untuk memajukan dan memperbaiki kinerja perusahaan.
Fenomena yang ditemukan akhir-akhir ini adalah terdapatnya penurunan kinerja dari perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, penurunan kinerja tersebut salah satunya dikarenakan oleh banyaknya terjadi konflik kepentingan di dalam perusahaan. Konflik kepentingan berkaitan langsung dengan kepentingan para pemegang saham yaitu terdapat kesenjangan kepentingan antara para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen. Dilihat dari permasalahan yang timbul akibat perbedaan kepentingan pada struktur kepemilikan, maka dengan penerapan GCG dirasa mampu memecahkan masalah melalui prinsipnya yang ketiga yaitu akuntabilitas. Akuntabilitas didasarkan pada sistem internal checks and balances dan dapat dicapai melalui pengawasan efektif dengan memperhatikan keseimbangan kewenangan antara pemegang saham, komisaris dan direksi.
Fenomena lemahnya penerapan prinsip GCG pernah terjadi pada PT. Bank BNI, Tbk. Bank ini pernah mengalami masalah ketika menerima L/C bernilai
lebih dari Rp 1 triliun yang dibuka oleh bank-bank yang bukan merupakan koresponden Bank BNI, juga bank yang berasal dari negara-negara dalam resiko tinggi (high risk countries). Sementara yang menerima L/C adalah perusahaan-perusahaan dalam Gramarindo Group dan Petindo Group dan komoditas yang diekspor adalah pasir kuarsa dan residu minyak dengan negara tujuan Kenya. Bank BNI tidak melakukan pemeriksaan yang mendalam sehingga langsung mengucurkan kredit berturut-turut sejak Desember 2002 hingga Juli 2003. Setelah diketahui, ternyata ekspor pasir dan minyak itu tidak pernah ada, dan bank penerbit L/C tidak mau membayar talangan yang dikucurkan BNI sehingga BNI mengalami kerugian sebesar Rp 1,7 triliun.
Kasus BNI terjadi karena lemahnya penerapan prinsip GCG prinsip responsibilitas dan prinsip akuntabilitas. Dilihat dari prinsip responsibilitas, peristiwa pembobolan BNI ini juga menggambarkan bahwa direksi dan komisaris BNI tidak dapat untuk menerapkan prinsip responsibilitas di dalam kegiatan operasionalnya. Kepentingan yang perlu diwujudkan bagi para pemegang saham adalah terciptanya nama baik dari perusahaan tempat investasi, terlebih lagi untuk industri perbankan yang dasarnya adalah kepercayaan antara penyimpan dana dan penghimpun dana (bank). Dengan adanya nama baik perusahaan, pemegang saham yang sudah ada dapat memperoleh kepastian tentang prospek perusahaan ke depan.
Apabila GCG merupakan faktor yang signifikan pada kondisi krisis, maka GCG tidak hanya mampu menjelaskan perbedaan kinerja antarnegara selama periode krisis, akan tetapi juga perbedaan kinerja antarperusahaan dalam suatu
negara tertentu. Penelitian tentang variasi penerapan corporate governance di tingkat perusahaan masih sangat sedikit dilakukan. Riset The Indonesian Institute
for Corporate Governance (IICG) tahun 2002, menemukan bahwa alasan utama
perusahaan menerapkan GCG adalah kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini bahwa implementasi GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan GCG, akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan. Maka dalam penelitian ini akan dianalisis, apakah praktik corporate governance dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Penelitian Pranata (2007) menemukan bahwa penerapan GCG berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROE, NPM dan Tobin’s Q, sedangkan pada penelitian Paradita (2009) dan Austrindanney (2010) menunjukkan tidak terdapatnya pengaruh positif penerapan GCG terhadap kinerja di perusahaan yang dijadikan sampel yang diukur dengan ROI, ROE, NPM dan ROA. Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan penelitian kembali untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan dengan menggunakan variabel yang berbeda dari peneliti sebelumnya. Peneliti ingin mengetahui pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja perusahaan yang akan dinilai melalui ROE, ROI, dan EPS.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. apakah penerapan GCG berpengaruh terhadap return on equity? 2. apakah penerapan GCG berpengaruh terhadap return on investment? 3. apakah penerapan GCG berpengaruh terhadap earning per share?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. apakah penerapan GCG berpengaruh terhadap return on equity, 2. apakah penerapan GCG berpengaruh terhadap return on investment, 3. apakah penerapan GCG berpengaruh terhadap earning per share.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak peneliti, pihak investor, dan bagi peneliti lainnya.
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan mengetahui pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja perusahaan.
2. Bagi investor, dapat memberikan masukan untuk pengambilan keputusan mengenai investasi pada perusahaan yang telah menerapkan GCG
3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi guna melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Good Corporate Governance
a. Pengertian Good Corporate Governance
Good corporate governance mulai dikenal pada tahun 1992 oleh
Cadburry Committee yang menggunakan istilah gcg pada laporan
keuangan mereka (cadburry report). Menurut Cadburry Committee pengertian GCG adalah seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.
Menurut FCGI (2001) pengertian Good Corporate Governance adalah:
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Good Corporate Governance didefinisikan oleh Monks dan Minow
dalam Darmawati (2005) adalah sebagai hubungan partisipan dalam menentukan arah dan kinerja. The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) mendefinisikan GCG sebagai struktur, sistem, dan
memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang.
Menurut jurnal World Bank dalam Wardani (2008). Good
Corporate Governance di defenisikan sebagai “The blend of law,
regulation and appropriate voluntary private sector practices, Which
enable a corporation to attact financial and human capital, perform
efficiently and thereby prepetuale itself by generating long term economic
value for its shareholders and society of the whole”. .
Berdasarkan definisi atau pengertian GCG di atas dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya GCG adalah mengenai sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.
b. Sejarah Good Corporate Governance
Konsep Corporate Governance yang komprehensif mulai berkembang setelah kejadian The New York Stock Exchange Crash pada tanggal 19 Oktober 1987 dimana cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat di bursa efek New York mengalami kerugian finansial yang cukup besar. Dikala itu, untuk mengantisipasi permasalahan intern perusahaan, banyak para eksekutif melakukan rekayasa keuangan yang intinya adalah bagaimana menyembunyikan kerugian perusahaan atau memperindah penampilan kinerja manajemen dan laporan keuangan.
Lazimnya pada situasi kondisi bisnis yang kondusif, penyimpangan kelakuan baik oleh oknum maupun secara kolektif dalam perusahaan sangat kabur, namun pada saat kesulitan, maka mulailah terbuka segala macam sumber-sumber penyimpangan (irregularities) dan penyebab kerugian dan kejatuhan perusahaan, mulai dari kelakuan profiteering,
commercial crime, hingga economic crime. Dengan kesadaran tinggi untuk
meningkatkan daya saing bangsa oleh segenap negarawan, cendikiawan dan usahawan, maka dimulailah gerakan untuk meningkatkan praktik-praktik yang baik dalam perusahaan. Sejarah singkat GCG ini dikutip dari Yusuf dalam Ridwan (2008).
c. Tujuan Good Corporate Governance
Tujuan penerapan Good Corporate Governance antara lain:
1). mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya ekonomis dari sebuah usaha,
2). melindungi kepentingan pemegang saham dan memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
3). meningkatkan iklim investasi nasional,
4). memperbesar keuntungan secara nasional dari sebuah usaha yang dikelola secara baik.
d. Manfaat Good Corporate Governance
Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut ini (FCGI, 2001):
1). meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders,
2). mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value, 3). mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia,
4). pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
e. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Menurut FCGI terdapat lima prinsip utama yang penting dalam
Corporate Governance yaitu keadilan (fairness), transparansi (transparency), kemandirian (independency), akuntabilitas (accountability), dan pertanggungjawaban (responsibility).
1). Keadilan (Fairness)
Keadilan (Fairness) dimaksudkan untuk menjamin hak-hak pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.
Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan. 3). Kemandirian (Independency)
Menurut Iman dan Amin (2002:8), kemandirian adalah sebagai keadaan dimana perusahaan bebas dari pengaruh ataupun tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme korporasi. Prinsip ini mengharuskan perusahaan menggunakan tenaga ahli dalam setiap divisi atau bagian dalam perusahaannya sehingga pengelolaan perusahaan dapat dipercaya. Prinsip ini juga mengharuskan perusahaan memiliki kebijakan intern dalam perusahaan yang sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku.
4). Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas (accountability) dimaksudkan sebagai prinsip yang mengatur peran dan tanggungjawab manajemen agar dalam mengelola perusahaan dapat mempertanggungjawabkan pekerjaannya serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris. Dewan Komisaris dalam hal ini memberikan pengawasan terhadap manajemen mengenai kinerja dan pencapaian target return bagi pemegang saham.
5). Pertanggungjawaban (Responsibility)
Pertanggungjawaban (responsibility) berarti bahwa sebuah perusahaan harus memenuhi dan mematuhi hukum dan undang-undang yang berlaku. Termasuk di dalamnya pemeliharaan lingkungan hidup, hak-hak konsumen, ketenagakerjaan dan sebagainya. Sebuah perusahaan tidak hanya harus bertanggungjawab terhadap mereka yang berhubungan langsung dengan perusahan, tetapi mereka juga tidak berhubugan secara langsung dengannya (Bakrie,2000).
Dari prinsip-prinsip GCG di atas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menerapkan GCG di dalam pengelolaannya akan selalu mengutamakan kepentingan pemegang saham, memberikan informasi yang terbuka kepada semua pihak baik internal maupun eksternal seta mematuhi hukum-hukum yang berlaku di negara tersebut. Prinsip-prinsip GCG ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas saham-saham yang berada dalam satu tingkatan, melarang prakrik-praktik
insider trading dan self dealing, dan mengharuskan anggota dewan
komisaris untuk melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang yang mengandung benturan kepentingan (conflict of
interest).
f. The Indonesian Institute for Corporate Governance
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang
yang melakukan kegiatan diseminasi dan pengembangan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance - GCG) di Indonesia. Kegiatan utama yang dilakukan adalah melaksanakan riset mengenai penerapan GCG, yang hasilnya berupa Corporate Governance
Perception Index (CGPI).
CGPI adalah riset dan pemeringkatan penerapan GCG di perusahaan publik yang tercatat di BEI. Pelaksanaan CGPI dilandasi oleh pemikiran tentang pentingnya mengetahui sejauh mana perusahaan-perusahaan publik telah menerapkan GCG. CGPI diselenggarakan setiap tahunnya, pertama kali yaitu pada tahun 2001 dan CGPI menjalin kerja sama dengan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).
Cakupan penilaian dan aspek yang diukur dalam CGPI adalah pengembangan alat ukur yang dimiliki IICG, pedoman dan prinsip GCG yang diterbitkan OECD dan dari berbagai sumber, serta perangkat hukum yang mengatur tentang penerapan prinsip-prinsip GCG. Metodologi riset yang dipakai meliputi empat tahapan riset yang melibatkan pihak internal dan eksternal stakeholders perusahaan.
Hasil program riset dan pemeringkatan CGPI adalah penilaian dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan peserta dengan memberikan skor dan pembobotan nilai berdasarkan acuan yang telah dibuat. Penilaian dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Aspek yang dinilai meliputi Komitmen terhadap Tata Kelola Perusahaan, Hak Pemegang Saham dan Fungsi Kepemilikan Kunci, Perlakuan yang Setara
terhadap Seluruh Pemegang Saham, Peran Stakeholders dalam Tata Kelola Perusahaan, Pengungkapan dan Transparansi, dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Tahapan riset berikutnya adalah penyusunan makalah yang merefleksikan program dan hasil penerapan GCG sebagai sebuah sistem di perusahaan. Penyusunan makalah dimaksudkan untuk membantu pihak perusahaan memaparkan upayanya dalam menerapkan GCG pada saat observasi. Tahapan observasi merupakan kegiatan peninjauan langsung ke seluruh perusahaan peserta CGPI untuk memastikan praktek penerapan GCG sebagai sebuah sistem pengelolaan bisnis di perusahaan tersebut. Penilaian CGPI meliputi empat tahapan tersebut dengan bobot nilai yang berbeda. Bobot penilaian disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Tahapan dan Bobot Penilaian Riset dan Pemeringkatan CGPI
No Tahapan Bobot (%) 1 2 3 4 Self Assestment Kelengkapan Dokumen
Makalah yang merefleksikan program dan hasil penerapan good corporate governance sebagai sebuah system di perusahaan yang bersangkutan Observasi 20 20 20 40 Sumber : Laporan CGPI , 2009
Penahapan atau urutan proses riset dalam pemeringkatan penerapan GCG dibagi atas 4 tahap, dimulai dari self-assessment,
pengumpulan dokumen perusahaan, penyusunan makalah dan presentasi dan dialhiri dengan observasi ke perusahaan.
1). Self-assessment
Pada tahap ini perusahaan diminta mengisi kuesioner
self-assessment seputar penerapan konsep CG di perusahaannya.
2). Pengumpulan dokumen perusahaan
Pada tahap ini perusahaan diminta untuk mengumpulkan dokumen dan bukti yang mendukung penerapan CG di perusahaannya.
3). Penyusunan makalah dan presentasi
Pada tahap ini perusahaan diminta untuk membuat penjelasan kegiatan perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam dalam bentuk makalah dengan memperhatikan sistematik penyusunan yang telah ditentukan.
4). Observasi ke perusahaan
Pada tahap ini tim peneliti CGPI akan berkunjung ke lokasi perusahaan peserta untuk menelaah kepastian penerapan prinsip-prinsip GCG.
Nilai CGPI dihitung dengan menjumlahkan nilai akhir dari setiap tahapan di atas. Setelah keseluruhan tahapan penilaian CGPI selesai, hasil yang diperoleh dibahas dalam forum panel ahli untuk menentukan hasil riset dan pemeringkatan CGPI. Forum Panel ahli terdiri dari Tim Peneliti beserta para pihak yang kompeten dan memiliki akses informasi tentang
perusahaan peserta CGPI. Keputusan panel ahli akan menghasilkan penyusunan peringkat perusahaan publik dan BUMN yang layak diberi penghargaan CGPI Award.
Hasil program riset dan pemeringkatan CGPI adalah penilaian dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan peserta dengan memberikan skor dan pembobotan nilai berdasarkan acuan yang telah dibuat. Pemeringkatan CGPI didesain menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat/level terpercaya yang dapat dijelaskan menurut skor penerapan. Pemeringkatan CGPI didesain menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat/level terpercaya yang dapat dijelaskan menurut skor penerapan GCG seperti disajikan pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2
Kategori Pemeringkatan CGPI
Skor Level Terpercaya
55-69 70-84 85-100 Cukup Terpercaya Terpercaya Sangat Terpercaya Sumber : Laporan CGPI, 2009
2. Kinerja Keuangan a. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Hastuti (2005) dalam Ayu, (2006) kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif
dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
Efektifitas terjadi apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai ratio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja, kinerja yaitu berkemampuan dengan menggunakan tenaga. Jadi kinerja keuangan berdasar uraian diatas adalah kemampuan kerja manajemen keuangan dalam mencapai prestasi kinerjanya.
b. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Darmawati (2004) dalam Putri (2006) penilaian perusahaan khususnya kinerja sering dilakukan untuk tujuan-tujuan tersebut di bawah ini.
1. Untuk keperluan merger dan akuisisi
perusahaan akan melakuakan merger (penggabungan usaha) atau mengakuisisi perusahaan lain, jelas memerlukan
kegiatan penilaian untuk mengetahui berapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing perusahaan,
2. Untuk kepentingan restrukturisasi dan kepentingan usaha
perusahaan yang bermasalah seringkali memerlukan penilaian untuk mengimplementasikan program pemulihan usaha atau restrukturisasi, untuk mengetahui apakah nilai usaha lebih besar daripada nilai likuiditasnya,
3. Untuk keperluan divestasi sebagai saham perusahaan dari mitra strategis (beberapa saham harus dilepas kepada mitra baru). Contoh: privatisasi BUMN,
4. Untuk Initial Public Offering (IPO)
perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau bursa, harus dinilai dengan menggunakan penilaian yang wajar untuk ditawarkan kepada masyarakat atau publik, 5. Untuk memperoleh pendapatan wajar atas penyertaan dalam
suatu perusahaan atau menunjukkan bahwa perusahaan bernilai lebih dari apa yang ada di dalam neraca,
6. Memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman atau tambahan modal.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan khususnya yang berkaitan dengan penelitian ini disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.3
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Variable Penelitian Hasil Penelitian
1 Pranata (2007)
Variabel Independen: Prinsip Good Corporate
Governance
Variabel Dependen: kinerja keuangan perusahaan yang diukur
memakai ROE, NPM dan Tobin’s Q
Hasil penelitian Pranata menunjukkan GCG berpengaruh positif terhadap kenerja keuangan
perusahan karena GCG ditetapkan dan dijalankan
dengan baik 2 Paradita (2009) Variable Independen : Pengaruh Good Corporate Governance Variable Dependen : Kinerja keuangan perusahaan yang diukur memakai ROI,ROE, dan
NPM
Hasil dari penelitian