• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisis Model dan Pengujian Hipotesis

4.3.3 Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang kemudian disebut dengan asumsi klasik. Uji asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

4.3.3.1Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi datanya normal atau mendekati normal. Uji normalitas yang dipergunakan adalah metode analisis grafik dimana asumsi normalitas terpenuhi jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonal. Berikut adalah gambar normalitas data setelah dilakukan outlier:

Gambar 4.1 Normal Probability Plot

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau membentuk 45 derajat dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara normal.

Gambar 4.2 Histogram

Sumber: Hasil olahan SPSS

Berdasarkan pada histogram, dapat dilihat bahwa residual terdistribusi normal, dilihat dari skewness (kemencengan) yang tidak kekiri maupun kekanan.

Untuk memperkuat hasil pengujian dapat mempergunakan uji Kolmogorov-Smirnov seperti pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Standardized Residual

N 123

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .97929382

Most Extreme

Differences Absolute Positive .078 .078

Negative -.044

Kolmogorov-Smirnov Z .865

Asymp. Sig. (2-tailed) .443

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Olahan SPSS

Berdasarkan pada Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai signifikansi untuk uji Kolmogorov-Smirnov adalah 0,443, hal ini berarti lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa nilai residual telah terdistribusi secara normal. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

4.3.3.2Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dengan membandingkan nilai tolerance dan

variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10. Hasil pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 ROA .710 1.409 SIZE .904 1.106 LEV .717 1.394 OWNER .799 1.251 IND .908 1.101

Sumber: Hasil olahan SPSS

Berdasarkan pada tabel diatas, diketahui bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel bebas kurang dari 10. Pada tabel tersebut variabel bebas juga tidak memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%). Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.

4.3.3.3Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian tetap maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisistas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan diagram scatterplot. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3 Diagram Scatterplot

Dari diagram scatterplot diatas, dapat diketahui bahwa titik data menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas dan di bawah saja, dan titik-titik-titik-titik menyebar tidak membentuk pola yang khas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala homokedastisitas atau tidak terjadi hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebas. Jadi, pada pengujian regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.3.3.4Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Regresi yang bebas dari autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson test.

Tabel 4.9 Uji Durbin-Watson

Mode

l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .595a .354 .327 .059727757 1.233

a. Predictors: (Constant), IND, OWNER, SIZE, LEV, ROA b. Dependent Variable: CSRI

Sumber: Hasil olahan SPSS

Dari Tabel 4.9 diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,233. Nilai ini berada diantara -2 dan 2, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam model regresi tidak terdapat gejala autokorelasi.

4.4 Pembahasan

Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR, yaitu size perusahaan, sensitifitas industri, profitabilitas, struktur kepemilikan, dan leverage.

Teori agensi menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar. Maka, menurut Sembiring (2005) untuk mengurangi biaya keagenan, perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas. Selain itu, perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya-biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial. Berdasarkan hasil pengujian pada penilitian ini, diketahui bahwa size

perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan CSR perusahaan artinya bahwa perusahaan besar yang dinilai dengan tingkat total asetnya akan mengungkapkan lebih banyak laporan kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan. Hasil dalam penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Darwis (2007), Utami dan Prastiti (2011), dan Sembiring (2005) yang berhasil membuktikan pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR perusahaan.

Dalam penelitian ini, tipe industri dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe industri yang sensitif dan yang kurang sensitif. Tipe industri yang sensitif dimaksudkan bahwa aktivitas perusahaan pada sektor industri ini mempunyai tingkat riskiko yang tinggi terhadap dampak lingkungan.

Berdasarkan hasil pengujian penelitian ini, diketahui bahwa sensitifitas industri berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan tipe industri yang sensitif akan lebih banyak mengungkapkan aktivitas CSR pada laporan tahunannya dibandingkan dengan tipe industri yang kurang sensitif. Hasil ini dikarenakan adanya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 pada pasal 74, yang intinya menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan jika tidak melaksanakannya akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain Undang-Undang PT No. 40 tahun 2007 ada juga Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 tahun 2001 yang khusus bagi perusahaan yang kegiatan operasionalnya mengelola sumber daya alam dalam hal ini minyak dan gas bumi. Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005), dan Anggraini (2006) yang berhasil membuktikan pengaruh tipe industri terhadap pengungkapan CSR perusahaan.

Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR perusahaan, digunakan rasio return on assets (ROA). Rasio ROA dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. ROA juga dianggap memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA, diketahui bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum tentu lebih sedikit mengungkapkan laporan CSR pada laporan tahunan perusahaannya. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, perusahaan berharap para pengguna laporan akan membaca good news

kinerja perusahaan. Good news ini dapat berupa aktivitas-aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil ini didukung argumentasi bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005), Darwis (2007), dan Anggraini (2006) yang menemukan pengaruh profitabilitas yang tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR perusahaan.

Pada variabel struktur kepemilikan pengukurannya diukur dengan melihat persentase kepemilikan saham dalam perusahaan. Menurut Prencipe (2004) dalam Reverte (2009), perusahaan dengan banyak kepemilikan pada umumnya diharapkan untuk mengungkapkan informasi lebih dari perusahaan dengan

kepemilikan terkonsentrasi, hal ini untuk mengurangi asimetri informasi antara organisasi dan pemegang saham.

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel struktur kepemilikan, diketahui bahwa variabel struktur kepemilikan berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan saham yang terkonsentrasi akan meningkatkan pelaporan kegiatan CSR pada laporan tahunan perusahaan. Hasil ini berbeda dari pernyataan yang dikemukakan oleh Reverte (2009). Hal ini dikarenakan konsentrasi kepemilikan memang mempunyai manfaat kontrol manajemen yang kuat, tetapi juga berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena menurunkan nilai perusahaan. Menurut Haryono (2005), pemegang saham yang terkonsentrasi akan lebih mementingkan pemenuhan kesejahteraannya sendiri, dan seringkali hak-hak minoritas terabaikan karena kalah dalam pengambilan keputusan strategis, meskipun keputusan tersebut tepat. Maka untuk mengurangi asumsi bahwa keputusan-keputusan yang dihasilkan bermuara pada peningkatan kesejahteraan pemegang saham mayoritas, perusahaan dianggap perlu untuk mengungkapkan lebih pada pelaporan pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Prastiti (2011) dan Anggraini (2006) yang menemukan pengaruh struktur kepemilikan yang signifikan terhadap pengungkapan CSR perusahaan.

Variabel leverage pada penelitian ini diukur dengan melihat rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan. Rasio ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat

risiko tak tertagihnya suatu hutang. Berdasarkan hasil pengujian pengaruh

leverage, diketahui bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Sesuai dengan teori agensi, maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan CSR pada laporan tahunan, agar tidak menjadi sorotan dari debtholders. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung teori agensi yang menyatakan hubungan negatif antara tingkat leverage dengan pengungkapan CSR. Sehingga besar kecilnya rasio leverage suatu perusahaan tidak mempengaruhi besarnya pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan.

Seperti halnya ROA, didalam penelitian ini juga tidak menemukan pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki leverage tinggi ataupun rendah sama-sama melakukan pengungkapan CSR karena CSR dianggap dapat memberikan akibat lain seperti

image atau pencitraan yang baik di depan konsumen, investor, masyarakat sekitar, dan lain-lain. Dalam hal ini, debtholders menganggap pengungkapan CSR sebagai suatu yang penting untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan sehingga menghindari risiko gagal bayar. Hal ini sesuai dengan teori legitimasi, yaitu pengungkapan CSR dapat menjaga reputasi perusahaan dalam memenuhi kontrak sosial dengan masyarakat sekitar agar dapat bertahan dari penolakan masyarakat. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Darwis (2007), Utami dan Prastiti (2011), Sembiring (2005), Haron et. al., (2008), dan Anggraini (2006) yang tidak menemukan pengaruh antara leverage dengan pengungkapan CSR.

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan, yaitu size perusahaan, sensitifitas industri, profitabilitas, struktur kepemilikan, dan leverage. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 perusahaan dengan periode penelitian selama tahun 2009-2011, sehingga total sampelnya adalah 123. Berdasarkan analisis secara statistik dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka simpulan untuk penelitian ini adalah bahwa variabel profitabilitas yang diproksikan ROA, dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan, sedangkan variabel size perusahaan, struktur kepemilikan, dan sensitifitas industri berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan CSR perusahaan.

5.2 Saran

Penelitian ini memiliki keterbatasan terdapatnya unsur subjektivitas dalam menentukan indeks pengungkapan. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan, sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam kategori yang sama dapat berbeda pada setiap peneliti. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, dan adanya keterbatasan pada penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemerintah hendaknya lebih turut serta dalam pengawasan CSR pada perusahaan di Indonesia sehingga praktik dan pengungkapan CSR di Indonesia semakin meningkat.

2. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen yang terkait dengan pengungkapan CSR perusahaan, mengingat 64,6% dari nilai variabel terikat dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel perusahaan agar dapat memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan periode pengamatan yang lebih lama sehingga dapat memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh kondisi yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica dkk. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Dampaknya Terhadap Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan. Fokus Ekonomi. Vol. 10, No. 1, Halaman 50-68

Anggraini, Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan keuangan Tahunan (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9 padang.

Branco, Manuel Castelo and Lucia Lima Rodrigues. 2007. Positioning Stakeholder Theory Within The Debate on Corporate Social Responsibility.

Electronic journal of Business Ethics and Organization Studies. Vol .12, No.1, 5-15

Darwis, Herman. 2009. Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Financial Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan High Profile di BEI. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 13, No. 1, hal. 52-61

Haron, Hasnah, et al. 2008. Factors Influencing Corporate Social Disclosure Practices in Malaysia. Journal of Management. Vol. 7, No. 1, 86-100

Harsanti, Ponny. 2011. Corporate Social Responsibility dan Teori Legitimasi.

Working Paper. Fakultas Ekonomi. Universitas Muria Kudus

Haryono, Slamet. 2005. Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan.

Jurnal Akuntansi dan bisnis. Vol. 5, No. 1, 63-71

Hidayati, Naila Nuur dan Sri Murni. 2009. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Earnings Response Coefficient Pada Perusahaan High Profile. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11, No. 1, hal. 1-18

Kurniati, Trianita dan Rahmatullah. 2011. Panduan Praktis Pengelolaan CSR (Corporate Social Responsibility). Yogyakarta: Samudera Biru

Laan, Sandra Van Der. 2009. The Role of Theory in Explaining Motivation for Corporate Social Disclosure: Voluntary Disclosures vs Solicited Disclosures.

Australasian Accounting Business and Finance Journal. Vol. 3, No. 4, 15-29 Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan

Lindrianasari. 2007. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia. JAAI. Vol. 11, No. 2, 159-172

Mitchell, Ronald K, et al. 1997. Toward A Theory of Stakeholder Identification and Salience Defining The principle of Who and What Really Counts.

Academy of Management Review. Vol. 22, No. 4, 853-886

Murwaningsari, Etty. 2009. Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibility dan Corporate Financial Performance dalam Satu Continuum.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 1, 30-41

Nasution, Bismar. 2001. Pentingnya Keterbukaan Untuk Pengelolaan Perusahaan yang Baik Dalam UUPM. Jurnal Hukum dan Bisnis. Vol.14, No. 1, 2001 Pahuja, Shuchi. 2009. Relationship Between Environmental Disclosures and

Corporate Characteristics: A Study of Large Manufacturing Companies in India. Social Responsibility Journal. Vol. 5, No. 2, 227-242

Peyser, Roxane. 2010. CSR and Disclosing Your Greenhouse (GHG) Emissions.

CSR Journal, 13-16

Pratten, John D. and Adel Abdulhamid Mashat. Corporate Social Disclosure in Libya. Social Responsibility Journal, Vol. 5, No. 3, pp. 311-327

Prayogo, Dody. 2008. Corporate Social Responsibility, Social Justice, dan Distributive Welfare dalam Industri Tambang dan Migas di Indonesia. Jurnal Galang. Vol. 3, No. 3, 57-74

Reverte, Carmelo. 2009. Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure Ratings by Spanish Listed Firms. Journal of Business Ethics. No. 88, 351-366

Riyadi, Eddie Sius. 2008. Landasan Teoretis bagi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: dari Pemegang Saham (shareholder) ke Pemangku Kepentingan (stakeholder). Dignitas. Vol. 5, No. 2, 63-95

Roberts, Robin W. 1992. Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure: An Application of Stakeholder Theory. Accounting, Organizations and society Journal. Vol. 17, No. 6, pp 595-612

Said, Roshima, et al. 2009. The Relationship Between Corporate Social Responsibility Disclosure and Corporate Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies. Social Responsibility Journal. Vol. 5, No. 2, pp. 212-226

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII, 379-395

Siregar, Chairil N. 2007. Analisis Sosiologis Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility Pada Masyarakat Indonesia. Jurnal Sosioteknologi, 6 (12)

Susanto. 2003. Mengembangkan Corporate Social Responsibility di Indonesia.

Jurnal Reformasi Ekonomi. Vol. 4, No. 1

Susiloadi, Priyanto. 2008. Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Spirit Publik. Vol. 4, No. 2. Halaman 123-130

Tanudjaja, Bing Bedjo. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia. Nirmana. Vol. 8, No. 2, 92-98

Tilling, Matthew V. 2004. Communication at The Edge: Volantary Social and Environmental Reporting in The Annual Report of a Legitimacy Threatened Corporation. Business Conference Papers. University of Notre Dame Australia

Utami, Sri dan Sawitri Dwi Prastiti. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social Disclosure. Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol. 16, No. 1, 63-68 Wiwoho, Jamal. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) Ditinjau dari Aspek

Sejarah, Falsafah, dan Keuntungan Serta Kendalanya. Jurnal Corporate Social Responsibility (CSR), Vol. 37, No. 2

LAMPIRAN 1 CHECKLIST PENGUNGKAPAN CSR No. LINGKUNGAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi

Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi

Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya, reklamasi daratan atau reboisasi

Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air, dan kertas Penggunaan material daur ulang

Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat peursahaan Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan

Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan Kontribusi dalam pemugaran bengunan sejarah

Pengolahan limbah

Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan Perlindungan lingkungan hidup

No. ENERGI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1

Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi

Mengungkapkan penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk

Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan

No. KESEHATAN DAN KESELAMATAN TENAGA KERJA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Mengurangi polusi, iritasi, atau risiko dalam lingkungan kerja

Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja

Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja Menetapkan suatu komite keselamatan kerja

Melaksanakan riset untuk menignkatkan keselamatan kerja Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja

No. LAIN-LAIN TENAGA KERJA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat

Presentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat manajerial

Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat

Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja

Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja

Bantuan atas bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan

No. LAIN-LAIN TENAGA KERJA 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.

Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi

Pengungkapan presentase gaji untuk pensiun

Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaam Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada

Mengungkapkan disposisi staff – dimana staf ditempatkan

Mengungkapkan jumlah staf, masa kerja dan kelompok usia mereka Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut

Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain

Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja

Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah

Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja

Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan Peningkatan kondisi kerja secara umum

Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja Informasi statistik perputaran tenaga kerja

No. PRODUK 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk Produk memenuhi standar keselamatan

Membuat produk lebih aman untuk konsumen

Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan

Penigkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk Informasi atas keselamatan produk perusahaan

Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah menigkat (ISO 9000)

No. KEERLIBATAN MASYARAKAT

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni

Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar Sebagai sponsor untuk proyek kesehtan masyarakat Membantu riset medis

Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar, atau pameran seni Membiayai program beasiswa

Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat Mensponsori kampanye nasional

No. UMUM

1. 2.

Pengungkapakn tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat

Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas

LAMPIRAN 2

DATA PERUSAHAAN NON KEUANGAN BERDASARKAN KRITERIA

Kode Nama Perusahaan Tipe Industri

CMNP PT. Cita Marga Nusaphala Persada Tbk. Others

JSMR PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Others

SCMA PT. Surya Citra Media Tbk. Others

TMPO PT. Tempo Inti Media Tbk. Others

ACES PT. Ace Hardware Indonesia Tbk. Whole Sale and Retail Trade

HERO PT. Hero Supermarket Tbk. Whole Sale and Retail Trade

MICE PT. Multi Indocitra Tbk. Whole Sale and Retail Trade

Dokumen terkait