• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Data Penelitian

2. Uji Asumsi Klasik

Suatu model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik

jika model tersebut memenuhi uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik

dalam penelitian ini mencakup uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji

heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

a) Uji Normalitas

Pengujian tahap awal yang dilakukan dalam metode penelitian analisis

menggunakan statistik parametrik atau tidak. Menurut Gozali (2005:110)

“tujuan uji normalitas adalah untuk mengujii apakah variabel independen

dan variabel dependen berdistribusi normal”. Data yang baik dan layak

digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal.

Cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak

ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat

dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan

grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan

keputusannya adalah:

1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi

normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Hasil uji normalitas data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel independendan variabel dependen berdistribusi normal. Hal ini

dapat dilihat dari grafik histogram dan normal probability plot yang

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Sumber : diolah dengan SPSS, 2010

Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi

secara normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang

menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng

(skewness) kiri maupun menceng ke kanan. Hal ini juga didukung dengan

Gambar 4.2

Normal Probability Plot

Sumber : diolah dengan SPSS, 2010

Dari grafik normal probability plot menggambarkan titik-titik yang

menyebar mendekati garis diagonal, sehingga data dikatakan normal. Pada

grafik PP Plots di atas terlihat titik-titik menyebar di sekitar/mengikut i

garis diagonal, yang menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Kedua

grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan karena

memenuhi uji normalitas data.

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual

berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov–

Smirnov. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka data residual berdistribusi normal. Namun, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05,

maka data residual tidak berdistribusi normal. Berikut ini uji Kologorov

Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Uji Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 30 Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation 1.78559503 Most Extreme Differences Absolute .170 Positive .170 Negative -.088 Kolmogorov-Smirnov Z .929

Asymp. Sig. (2-tailed) .354

a. Test distribution is Normal.

Sumber : diolah dengan SPSS, 2010

Dari hasil uji Kolmogorov Smirnov, dapat dilihat bahwa p-value pada

kolom Asimp. Sig(2-tailed) memiliki nilai 0,354 nilai ini > 0,05 (level of

significant). Hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi normal. b) Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Pengujian

multikolinearitas dilakukan dengan melihat VIF antar variabel independen.

multikolinearitas. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas variabel yang

digunakan dalam penelitian

Tabel 4.3 Uji Multikolineritas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 1.564 1.413 1.106 .280

Current Ratio .138 .258 .114 .535 .598 .712 1.405 Quick Ratio -.010 .312 -.007 -.031 .976 .687 1.455 Total Asset Turn

Over -.103 .232 -.085 -.444 .661 .871 1.148 Debt To Total

Asset Ratio 6.195 4.816 .249 1.286 .211 .859 1.165 Net Profit Margin 7.007 3.318 .402 2.112 .045 .887 1.127 a. Dependent Variable: KMK

Sumber : diolah dengan SPSS, 2010

Tabel 4.3 diatas memperlihatkan bahwa variabel CR memiliki nilai

VIF 1,405 (<10) dan nilai Tolerance 0.712 (>0,1). Variable QR memiliki nilai VIF 1,455 (<10) dan nilai Tolerance 0,687 (>0,1). Variable TATO

memiliki nilai VIF 1,148 (<10) dan nilai Tolerance 0,871 (>0,1). Variabel

DTAR memiliki nilai VIF 1,165 (<10) dan nilai Tolerance 0,859 (>0,1).

Variable NPM memiliki nilai VIF 1,127(<10) dan nilai Tolerance 0,887

(>0,1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh variabel terbebas dari

c) Uji Heterokedastisitas

Tujuan dilakukannya uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji

apakah dalam suatu model regresi terdapat ketidaksamaan pengganggu

antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Berikut disajikan hasil

dari uji heteroskedastisitas yang ditunjukkan dalam grafik scatterplot pada

gambar 4.3.

Gambar 4. 3 Grafik Scatterplot

Hasil uji grafik Scatterplot menunjukkan tidak terjadinya

heteroskedastisitas pada model regresi. Hal ini terlihat dari titik-titik yang

menyebar secara acak yang terdapat diatas maupun dibawah angka 0 pada

sumbu Y, titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah

d) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode dengan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas

dari autokorelasi. Deteksi autokorelasi dengan melihat besaran

Durbin-Watson. Secara umum bisa diambil patokan :

1) angka D – W di bawah – 2, berarti ada autokorelasi posistif,

2) angka D – W diantara – 2 sampai + 2, berarti tidak ada autokorelasi,

3) angka D – W di atas + 2, berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .476a .227 .066 1.96280 2.165

a. Predictors: (Constant), Net Profit Margin, Total Asset Turn Over, Debt To Total Asset Ratio, Current Ratio, Quick Ratio

b. Dependent Variable: Rata-rata KMK

Sumber : diolah dengan SPSS, 2010

Tabel 4.4 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 2.165 berada pada

4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R Square (R2 = Koefisien determinasi)

menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel

dependennya. Nilai R Square (R2 ) berada diantara 0 dan 1. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi

variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan apabila R2 nilai semakin

mendekati satu, maka variabel-variabel independen dapat memberikan semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dari

hasil pengolahan regresi berganda pada tabel 4.5, dapat diketahui bahwa nilai

R adalah 0,476 atau 47,6% yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara

variabel Kredit Modal Kerja dengan variabel independennya (CR, QR, TATO,

DTAR, NPM) tidak kuat. Defenisi korelasi ini tidak kuat didasarkan pada nilai

R yang berada dibawah 0.5.

Angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah 0.66. Hal ini

berarti 66% menunjukkan bahwa variabel independen CR, QR, TATO,

DTAR, NPM, hanya mampu menjelaskan 66% perubahan KMK. Sisanya

sebesar 34% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model

Tabel 4.5 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .476a .227 .066 1.96280 2.165

a. Predictors: (Constant), Net Profit Margin, Total Asset Turn Over, Debt To Total Asset Ratio, Current Ratio, Quick Ratio

b. Dependent Variable: Rata-rata KMK

Sumber : diolah dengan SPSS, 2010

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang akan dilakukan didahului oleh analisis regresi.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk pengujian

statistiknya. Model regresi berganda yang akan diuji dapat dilihat berikut ini.

Y = α + β1x1+ β2x2+ β3x3+ β4x4+ β55 + e Keterangan :

Y = Kredit Modal Kerja (KMK)

X1 = Current Ratio (CR)

X2 = Quick Ratio (QR)

X3 = Total Asset Turnover (TATO)

X4 = Debt To Total Asset Ratio (DTAR)

X5 = Net Profit Margin (NPM)

α = Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen berdasarkan pada variabel

Tabel 4.6 Koeefisien Regresi Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 1.564 1.413 1.106 .280 Current Ratio .138 .258 .114 .535 .598 .712 1.405 Quick Ratio -.010 .312 -.007 -.031 .976 .687 1.455 Total Asset Turn Over -.103 .232 -.085 -.444 .661 .871 1.148 Debt To Total Asset Ratio 6.195 4.816 .249 1.286 .211 .859 1.165 Net Profit Margin 7.007 3.318 .402 2.112 .045 .887 1.127 a. Dependent Variable: KMK

Sumber : diolah dengan SPSS, 2010

Persamaan regresi :

KMK = 1.564 + 0.138 CR – 0.10 QR – 0.103 TATO + 6.195 DTAR +

7.007 NPM + e

Interpretasi model :

1. α = 1.564, nilai konstanta ini menunjukkan bahwa dengan tidak adanya rasio-rasio keuangan berupa current ratio, quick ratio, total asset

turnover, debt to total asset ratio, dan net profit margin maka pemberian kredit akan meningkat sebesar 1.564 %;

2. β1=0.138, koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1% CR akan meningkatkan pemberian kredit sebesar

3. β2 =-0.010, koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap perubahan 1% QR akan menurunkan pemberian kredit melalui kebutuhan modal

kerja debitur sebesar 0.010 %;

4. β3 =-1.103, koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap perubahan 1% TATO akan menurunkan pemberian kredit sebesar 1.103 %;

5. β4 = 6.195, koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap perubahan 1% DTAR akan meningkatkan pemberian kredit sebesar 6.195 %;

6. β5 = 7.007, koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap perubahan 1% NPM akan meningkatkan pemberian kredit sebesar 7.007%;

Pengujian hipotesis dilakukan setelah analisis regresi dengan tujuan untuk

menguji variabel independen dalam model regresi berpengaruh atau tidak

terhadap variabel dependen. Hipotesis yang dikemukakan untuk penelitian ini

diatur sebagai berikut.

H0 : CR, QR, TATO, DTAR, NPM debitur tidak berpengaruh terhadap

penyaluran Kredit Modal Kerja baik secara parsial maupun secara

simultan.

H1 : CR, QR, TATO, DTAR, NPM debitur berpengaruh terhadap penyaluran

Kredit Modal Kerja baik secara parsial maupun secara simultan.

Hipotesis yang menguji pengaruh CR, QR, TATO, DTAR, dan NPM

terhadap penyaluran KMK baik secara parsial maupun simultan dijelaskan

melalui uji t dan uji F berikut ini.

Tabel 4.7 Uji Statistik t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 1.564 1.413 1.106 .280

Current Ratio .138 .258 .114 .535 .598 .712 1.405 Quick Ratio -.010 .312 -.007 -.031 .976 .687 1.455 Total Asset Turn

Over -.103 .232 -.085 -.444 .661 .871 1.148 Debt To Total

Asset Ratio 6.195 4.816 .249 1.286 .211 .859 1.165 Net Profit Margin 7.007 3.318 .402 2.112 .045 .887 1.127 a. Dependent Variable: KMK

Sumber : diolah dengan SPSS, 2010

1) Pengaruh kondisi likuiditas terhadap pemberian kredit

Berdasarkan teori rasio likuiditas, rasio ini berguna untuk mengetahui

berapa kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utang jangka

pendek yang jatuh tempo dengan aktiva jangka pendek yang dimilikinya

(Veithzal dan Andria, 2007:350). Kondisi likuiditas debitur dalam

penelitian ini diwakili oleh Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR).

Berdasarkan tabel 4.7, variabel CR (X1) diperoleh p-value sebesar

0,598 (> 0,05) dan hasil t tabel untuk TINV (0,05;30) adalah 2,042272.

Nilai t hitung < t tabel (0.535 < 2,042272). Hal ini mengindikasikan H0

diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa CR tidak berpengaruh

terhadap penyaluran KMK secara parsial. Berdasarkan tabel 4.7, variabel

TINV (0,05;30) adalah 2,042272. Nilai t hitung < t tabel (-0.031 <

2,042272). Hal ini mengindikasikan H0 diterima dan H1 ditolak, yang

berarti bahwa QR tidak berpengaruh terhadap penyaluran KMK secara

parsial.

2) Pengaruh kondisi aktivitas terhadap pemberian kredit

Berdasarkan teori rasio aktivitas, rasio ini berguna untuk mengetahui

kemampuan bisnis perbankan itu dalam memanfaatkan aktiva yang

dimilikinya, serta mengukur sampai seberapa besar efektivitas organisasi

bisnis perbankan dalam mengelola sumber-sumber dananya

(Sastradipoera, 2004:175). Kondisi likuiditas debitur dalam penelitian ini

diwakili oleh Total Asset Turnove (TATO).

Berdasarkan tabel 4,7, variabel TATO (X3) diperoleh p-value sebesar

0.661 (>0.05) dan hasil t tabel untuk TINV (0,05;30) adalah 2,042272.

Nilai t hitung < t tabel (-0.444 < 2,042272). Hal ini mengindikasikan H0

diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa TATO tidak berpengaruh

terhadap penyaluran KMK secara parsial.

3) Pengaruh kondisi leverage terhadap pemberian kredit

Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan

dalam melunasi kewajibannya bilamana perusahaan tersebut

dilikuidasikan, dan juga berguna untuk mengukur sampai seberapa jauh

aktiva perusahaan dibiayai oleh utang-utangnya (Sastradipoera, 2004:175).

Berdasarkan tabel 4.7, variabel DTAR (X4) diperoleh p-value sebesar

0.211 (> 0.05) dan hasil t tabel untuk TINV (0,05;30) adalah 2,042272.

Nilai t hitung < t tabel (1.286 < 2,042272). Hal ini mengindikasikan H0

diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa DTAR tidak berpengaruh

terhadap penyaluran KMK secara parsial.

4) Pengaruh kondisi profitabilitas terhadap pemberian kredit

Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan

dalam menghasilkan laba dari berbagai sumber yang dimilikinya, juga

mengetahui hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen

bisnis perbankan. (Sastradipoera, 2004:176). Kondisi profitabilitas

perusahaan diwakili oleh variable Net Profit Margin (NPM).

Berdasarkan tabel 4.7, variabel NPM (X5) diperoleh p-value 0.045 (<

0.05) dan hasil t tabel untuk TINV (0,05;30) adalah 2.042272. Nilai t

hitung > t tabel (2.112 > 2.042272). Hal ini mengindikasikan H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti bahwa NPM berpengaruh terhadap pemberian

KMK secara parsial.

b. Uji statistik F

Uji F bertujuan untuk menguji pengaruh DTAR, QR, NPM, ROI

secara simultan terhadap KMK yang dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut

Tabel 4.8 Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 27.100 5 5.420 1.407 .257a

Residual 92.462 24 3.853

Total 119.562 29

a. Predictors: (Constant), Net Profit Margin, Total Asset Turn Over, Debt To Total Asset Ratio, Current Ratio, Quick Ratio

b. Dependent Variable: Kredit Modal Kerja

Sumber : diolah dengan SPSS, 2010

Berikut ini ketentuan untuk menolak atau menerima hipotesis di atas.

a) Perbandingan F hitung dengan F tabel (α ; k-1; n-k)

Jika statistik F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 dterima.

Jika statistik F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

b) Nilai probabilitas (tingkat signifikansi)

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 dterima.

Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Hasil uji F dalam tabel Anova, menunjukkan nilai F hitung sebesar

1.407 dan nilai signifikansi sebesar 0,257 (>0,05). Nilai F hitung tersebut

akan dibandingkan dengan nilai F tabel yang diperoleh melalui fungsi

FINV pada Microsoft Excel. Hasilnya diketahui bahwa nilai F tabel untuk

FINV adalah 2.620654. Nilai F hitung < F tabel (1.407 < 2.620654).

DTAR, NPM secara simultan tidak berpengaruh terhadap penyaluran

KMK.

Dokumen terkait