• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Uji Daya Antiinflamasi

Uji daya antiinflamasi ini bertujuan untuk mengamati ada atau tidaknya pengaruh pemberian beta karoten beberapa saat sebelum pemberian natrium diklofenak terhadap daya antiinflamasi natrium diklofenak sebagai kontrol positif, sekaligus menentukan besarnya pengaruh tersebut. Daya antiinflamasi yang dimaksud adalah kemampuan untuk mengurangi udema pada kaki hewan uji akibat injeksi karagenin 1% subplantar. Metode uji yang digunakan pada penelitian ini adalah metode induksi udema pada telapak kaki belakang mencit oleh karagenin yang telah dimodifikasi (Langford dkk, 1972). Alasan menggunakan metode ini karena merupakan metode yang sederhana dari segi perlakuan, pengamatan, pengukuran, dan pengolahan data serta murah dari segi peralatan dan bahan yang digunakan. Sebagai zat penginduksi udema, digunakan karagenin karena udema yang dihasilkan reproduksibel dan tidak merusak jaringan. Karagenin juga merupakan salah satu iritan penginduksi udema yang paling banyak digunakan untuk memprediksi efektifitas potensial obat-obat antiinflamasi karena proses induksi udema yang ditimbulkannya bergantung pada reaksi siklooksigenase, melalui 2 fase, yaitu fase awal dan akhir. Fase awal terjadi sekitar 60 menit setelah induksi karagenin, di mana terjadi pelepasan histamin, serotonin dan bradikinin. Fase akhir berlangsung selama 60 menit setelah injeksi sampai kurang lebih 3 jam. Fase ini berhubungan dengan pelepasan radikal bebas neutrofil seperti hidrogen peroksida, superoksida, radikal hidroksil serta prostaglandin (Suleyman dkk., 2004).

Dalam uji daya antiinflamasi ini digunakan 4 kelompok kontrol. Kontrol pertama adalah kontrol negatif karagenin 1%. Pengujian pada kontrol negatif

karagenin ini dilakukan untuk melihat seberapa besar bobot udema yang dapat ditimbulkan oleh zat penginduksi udema ini tanpa perlakuan apapun. Kontrol kedua adalah kontrol negatif aquades, yang digunakan untuk melihat apakah aquades sebagai pelarut natrium diklofenak juga dapat memberikan efek antiinflamasi. Kontrol ketiga adalah kontrol minyak kelapa, untuk melihat apakah minyak kelapa sebagai pelarut beta karoten ikut mempengaruhi efek antiinflamasi pada kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan peringkat dosis beta karoten, yaitu 0,6523; 0,9225; 1,3046 dan 1,845 mg/kg BB, yang dikombinasikan dengan natrium dikofenak dosis 4,48 mg/kg BB. Berdasarkan uji pendahuluan, pemberian beta karoten dilakukan 15 menit sebelum pemberian natrium diklofenak.

Hasil uji daya antiinflamasi ini berupa data bobot udema kaki mencit. Berikut ini adalah data mean bobot udema kaki mencit hasil uji daya antiinflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan.

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 Me an B o b o t U d em a (g) 1 2 3 4 5 6 7 8 Kelompok Perlakuan Gambar 11.

Grafik mean bobot udema kaki mencit pada kelompok perlakuan disertai kontrol

0 10 20 30 40 Da y a An ti-in fl a m a s i (% ) 1 2 3 4 5 6 7 8 Kelompok Perlakuan

Gambar 12. Grafik % daya antiinflamasi kelompok perlakuan disertai kontrol

Keterangan gambar 10 dan gambar 11: 1 = kelompok kontrol (-) karagenin 1% 2 = kelompok kontrol (-) aquadest 3 = kelompok kontrol (-) minyak kelapa 4 = kelompok kontrol (+) natrium diklofenak

5 = kelompok perlakuan beta karoten 0,6523 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

6 = kelompok perlakuan beta karoten 0,9225 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

7 = kelompok perlakuan beta karoten 1,3046 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

8 = kelompok perlakuan beta karoten 1,8450 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

Tabel V. Data mean bobot udema dan persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan beserta kontrol

Kelompok perlakuan disertai kelompok kontrol Mean bobot udema (g) ± SE Daya antiinflamasi (%) Kontrol karagenin 0,0862 ± 0,0052 - Kontrol aquades 0,0804 ± 0,0038 6,795

Kontrol minyak kelapa 0,0649 ± 0,0019 24,791

Kontrol natrium diklofenak 0,0551 ± 0,0022 36,132

Beta karoten 0,6523 mg/kg BB *) 0,0772 ± 0,0042 10,529

Beta karoten 0,9225 mg/kg BB *) 0,0540 ± 0,0039 37,384

Beta karoten 1,3046 mg/kg BB *) 0,0614 ± 0,0051 28,850

Beta karoten 1,8450 mg/kg BB *) 0,0655 ± 0,0026 24,096

Tabel VI. Rangkuman hasil anava satu arah, dengan taraf kepercayaan 95%, persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan beserta kontrol

Keterangan Df F Probabilitas (P)

Daya antiinflamasi antar kelompok

perlakuan beserta kontrol 7 9,559 0,000

Tabel VII. Rangkuman hasil uji Scheffe mengenai % daya antiinflamasi kelompok perlakuan disertai kontrol

% Daya Antiinflamasi terhadap Kelompok Pembanding Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 1 - tb tb b tb b b tb 2 tb - tb b tb b tb tb 3 tb tb - tb tb tb tb tb 4 b b tb - b tb tb tb 5 tb tb tb b - b tb tb 6 b b tb tb b - tb tb 7 b tb tb tb tb tb - tb 8 tb tb tb tb tb tb tb -

Keterangan gambar dan tabel:

1 = kelompok kontrol (-) karagenin 1% 2 = kelompok kontrol (-) aquadest 3 = kelompok kontrol (-) minyak kelapa 4 = kelompok kontrol (+) natrium diklofenak

5 = kelompok perlakuan beta karoten 0,6523 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

6 = kelompok perlakuan beta karoten 0,9225 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

7 = kelompok perlakuan beta karoten 1,3046 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

8 = kelompok perlakuan beta karoten 1,8450 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

b = berbeda bermakna (p<0,05) tb = berbeda tidak bermakna (p>0,05) DA = daya antiinflamasi

Pada gambar 10, mean bobot udema kaki mencit yang terjadi pada kontrol negatif karagenin 1% dan kontrol negatif aquades terlihat tidak berbeda jauh. Selain itu, berdasarkan hasil uji Sceffe mengenai % daya antiinflamasi (tabel VIII), kontrol aquades juga menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan kontrol

karagenin 1%. Dapat diasumsikan bahwa aquades sebagai pelarut natrium diklofenak tidak memiliki efek antiinflamasi.

Berbeda dengan kontrol aquades, kelompok kontrol minyak kelapa meperlihatkan persentase daya antiinflamasi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif lainnya, seperti terlihat pada gambar 11 dan tabel VI. Walaupun pada hasil uji Scheffe (tabel VIII) kontrol minyak kelapa berbeda secara tidak bermakna dengan kontrol karagenin, namun dapat diasumsikan bahwa minyak kelapa sebagai pelarut beta karoten juga memiliki efek antiinflamasi dan turut menyumbang efek penurunan bobot udema pada kelompok perlakuan. Oleh karena itu, persentase daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan dikurangi persentase daya antiinflamasi minyak kelapa untuk mendapatkan persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan yang sesungguhnya. Persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan sebelum dikurangi % daya antiinflamasi minyak kelapa adalah 10,529%; 37,384%; 28,850%; dan 24,096%. Setelah dikurangi dengan % daya antiinflamasi minyak kelapa, % daya antiinflamasinya menjadi -14,262%; 12,593%; 4,058%; dan -0,696%.

-15 -10 -5 0 5 10 15 D a ya A n ti -i n flam asi (%) 1 2 3 4

Kelom pok perlakuan

Gambar 13. Grafik % daya antiinflamasi kelompok perlakuan setelah dikurangi kontrol minyak kelapa

Keterangan:

1 = kelompok perlakuan beta karoten 0,6523 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

2 = kelompok perlakuan beta karoten 0,9225 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

3 = kelompok perlakuan beta karoten 1,3046 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

4 = kelompok perlakuan beta karoten 1,8450 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB

Beta karoten dapat mengurangi inflamasi dengan cara menangkap radikal bebas yang muncul selama proses inflamasi berlangsung, yaitu pada proses oksidasi asam arakhidonat menjadi endoperoksidnya (Lieber dan Leo, 1999). Pada penelitian yang dilakukan oleh Utami (2006), beta karoten murni terbukti mampu menurunkan bobot udema kaki mencit yang terinduksi karagenin 1%. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa beta karoten memiliki efek antiinflamasi dengan % daya antiinflamasi pada dosis optimumnya (0,9225 mg/kg BB) sebesar 40,94%. Natrium diklofenak, sebagai antiinflamasi nonsteroid, menghambat proses inflamasi dengan cara mengahambat kerja enzim siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin

terhambat (Wilmana, 1995). Daya antiinflamasi natrium diklofenak yang didapat pada penelitian ini sebesar 36, 132%.

Baik beta karoten maupun natrium diklofenak, bila diberikan sebagai obat tunggal, sama-sama memiliki efek mengurangi inflamasi. Bila keduanya digunakan secara bersamaan dalam kombinasi sebagai antiinflamasi, interaksi yang diharapkan terjadi di antara keduanya adalah efek penambahan (adisi) sederhana, di mana efek dari penggunaan dua obat sama dengan efek obat pertama ditambah efek obat kedua. Contoh perhitungan untuk penambahan sederhana:

% DA kontrol positif natrium diklofenak = 36,132 %

% DA beta karoten 0,9225 mg/kg BB = 40,94 % + (Utami, 2006)

77,072 %

Namun, berdasarkan hasil uji daya antiinflamasi dalam penelitian ini, persentase daya antiinflamasi beta karoten 0,9225 mg/kg BB yang dikombinasikan dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB adalah 12,593 %. Jumlah ini lebih kecil dari efek penambahan sederhana di atas. Efek penambahan ini disebut efek penambahan infra.

Disimpulkan bahwa interaksi yang terjadi akibat pemberian kedua obat ini secara bersamaan dalam kombinasi adalah homoergi-heterodinami yang bersifat antagonisme dengan luaran efek penambahan infra. Homoergi, karena efek masing-masing obat (baik beta karoten maupun natrium diklofenak) memiliki efek yang sama, yaitu mengurangi inflamasi. Heterodinami, karena efeknya dalam mengurangi inflamasi melalui mekanisme yang berbeda. Natrium diklofenak mengurangi inflamasi dengan menghambat kerja siklooksigenase (Tjay dan Rahardja, 2002), sedangkan beta karoten mengurangi inflamasi dengan menangkap radikal bebas yang

terbentuk pada proses inflamasi sehingga proses oksidasi asam arakidonat menjadi endoperoksidnya terhambat (Paiva dan Russel, 1999; Lieber dan Leo, 1999).

Dalam penelitian ini, didapatkan % daya antiinflamasi kelompok perlakuan (pemberian beta karoten 15 menit sebelum natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB) lebih rendah daripada % daya antiinflamasi kontrol positifnya (natrium diklofenak). Bila dibandingkan dengan penelitian Utami (2006) mengenai efek antiinflamasi beta karoten, % daya antiinflamasi pada penggunaan beta karoten sebagai praperlakuan natrium diklofenak juga lebih kecil daripada % efek antiinflamasi yang didapat dari pemberian beta karoten murni.

Diduga ada beberapa kemungkinan interaksi yang terjadi akibat penggunaan kedua jenis obat ini (beta karoten dan natrium diklofenak). Kemungkinan pertama adalah terjadinya interaksi farmakodinamik, di mana terjadi perubahan efek obat objek (natrium diklofenak) akibat adanya obat lain (beta karoten), telah dibahas di atas. Kemungkinan kedua adalah terjadinya interaksi farmakokinetik, di mana interaksi dapat terjadi sepanjang proses absorpsi, distribusi, metabolisme, maupun ekskresi, mengingat bahwa selang waktu pemberian antar kedua senyawa cukup singkat. Berdasarkan hasil orientasi, pemberian beta karoten dilakukan 15 menit sebelum pemberian natrium diklofenak. Kemungkinan ketiga adalah terjadinya interaksi farmasetik, terkait dengan penggunaan minyak kelapa sebagai pelarut beta karoten. Kemungkinan interaksi ini terjadi pada saluran pencernaan, dengan pertimbangan bahwa larutan beta karoten belum terabsorpsi sempurna pada saat larutan natrium diklofenak dimasukkan ke dalam saluran pencernaan. Minyak kelapa merupakan asam lemak jenuh sekitar 10 persen, didominasi oleh asam laurat yang

memiliki rantai karbon 12, dan termasuk asam lemak rantai menengah alias medium chain fatty acid (MFCA). Efek antiinflamasi minyak kelapa ini diduga berasal dari kandungan antioksidan alaminya, yaitu antara lain vitamin E, yang juga memiliki sifat sebagai antioksidan. Namun kemungkinan terjadinya interaksi farmakokinetik dan farmasetik tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini.

Persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan di atas (tabel 9) dibandingkan dengan % daya antiinflamasi natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB sehingga didapatkan potensi relatif daya antiinflamasi kelompok perlakuan terhadap natrium diklofenak sebagai kontrol positif. Dengan demikian, potensi relatif daya antiinflamasi natrium diklofenak adalah 100%. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada lampiran 6.

Dokumen terkait