• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data

4. Uji Hipotesis

a. Hubungan intensitas menonton jenis-jenis tayangan televisi dengan ketidakpuasan citra tubuh remaja awal putri

Pada tabel 8 berikut ini, dapat dilihat tingkat signifikasi dan korelasi antara citra tubuh dengan jenis-jenis tayangan.

Tabel 8.

Korelasi dan Signifikasi Remaja Putri Ketidakpuasan citra tubuh Signifikansi Korelasi Sinetron 0.000 0.672 Talk show 0.000 0.407 Infotainment 0.001 0.298 Komedi 0.148 0.098 Kartun 0.378 -0.029 Berita 0.397 -0.025

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa tidak semua jenis tayangan memiliki tingkat signifikasi yang tinggi (dibawah 0.05). Dari keenam jenis tayangan hanya sinetron, talk show dan infotainment yang memiliki tingkat signifikansi tinggi, sedangkan untuk komedi, kartun dan berita tingkat signifikansinya cenderung rendah. Dengan rendahnya tingkat signifikansi maka besarnya nilai korelasi tidak dapat dipastikan kebenaranya.

Jenis tayangan yang memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh paling menonjol adalah sinetron. Hal ini terlihat dari nilai koefisien korelasi antara ketidakpuasan citra tubuh dengan sinetron sebesar 0.672 dengan tingkat signifikasi 0.000. Koefisien korelasi sebesar 0.672 artinya besar hubungan antara ketidakpuasan citra tubuh dan sinetron adalah 0.672. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara citra tubuh dengan sinetron. Dikatan positif karena tidak ada tanda negatif pada angka 0.672. Artinya, semakin tinggi jumlah jam menonton sinetron maka semakin besar ketidakpuasan citra tubuhnya. Demikian sebaliknya, semakin kecil jumlah jam menonton sinetron maka semakin kecil ketidakpuasan citra tubuhnya. Selain sinetron, jenis tayangan televisi yang memiliki hubungan positif dengan ketidakpuasan citra tubuh dengan tingkat signifikansi yang tinggi adalah talk show dan infotainment. Nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan sebesar 0.407 dan 0.298 dengan tingkat signifikansi 0.000 dan 0.001. Sedangankan untuk tayangan berjenis komedi, meskipun

memiliki korelasi positif sebesar 0.098 tingkat signifikansinya cukup rendah yaitu sebesar 0.148. Jenis tayangan berita dan kartun memiliki korelasi negatif dengan ketidakpuasan citra tubuh yaitu sebesar -0.029 dan -0.025 meskipun demikian tingkat signifikansinya cukup rendah yaitu 0.378 dan 0.397. Dengan rendahnya tingkat signifikansi maka besarnya nilai korelasi tidak dapat dipastikan kebenaranya

Sedangkan untuk nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.487 sehingga dapat dikatakan 48.7% variasi citra tubuh dapat dijelaskan oleh variable jenis-jenis tayangan televisi. Untuk sisanya (100% - 48.7% = 51,3%) diakibatkan oleh faktor lain. Menurut hasil perhitungan spss, standar error (0.85194) juga lebih kecil dibandingkan dengan standar deviasi (1.15747) oleh sebab itu, jumlah jam menonton jenis-jenis tayangan televisi dapat digunakan sebagai prediktor citra tubuh.

Tabel 9.

Koefisien Determinasi Remaja Putri

R RSquare Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 0.698a 0.487 0.458 0.85194

Berikut adalah tabel persamaan regresi remaja awal putri. Tabel 10.

Persamaan Regresi Remaja Putri

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1Constant 0.586 0.197 2.980 .004 Sinetron 0.563 0.073 0.607 7.694 .000 Infotainment 0.055 0.171 0.026 .325 .746 Komedi 0.026 0.096 0.022 .267 .790 Talk show 0.245 0.119 0.163 2.054 .042 Berita 0.055 0.141 0.029 .393 .695 Kartun -0.130 0.085 -0.122 -1.538 .127

Persamaan regresi untuk regresi linear dengan lebih dari satu prediktor adalah sebagai berikut:

Y = K + a1X1+a2X2

= 0.586 + 0.563X1+ 0.055X2+ 0.026X3+ 0.245X4 + 0.055X5 +( - 0.130)X6)

Keterangan :

Y = Ketidakpuasan citra tubuh X2= Infotainment a = Intersep, yakni nilai Y bila X=0 X3= Komedi b = Garis sudut dari garis regresi X4= Talk show

K = konstanta X5= Berita

Konstanta sebesar 0.586 menyatakan bahwa jika tidak ada menonton sinetron, maka besarnya ketidakpuasan citra tubuh adalah 0.586. sedangkan koefisien regresi pada X1 sebesar 0.563 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 jam menonton sinetron akan meningkatkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.563. Demikian pula sebaliknya penurunan menonton sinetron selama 1 jam dapat menurunkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.563.

Koefisien regresi pada X2 sebesar 0.055 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 jam menonton infotainment akan meningkatkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.055. Demikian pula sebaliknya penurunan menonton infotainment selama 1 jam dapat menurunkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.055.

Koefisien regresi pada X3 sebesar 0.026 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 jam menonton komedi akan meningkatkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.026. demikian pula sebaliknya penurunan menonton komedi selama 1 jam dapat menurunkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.026.

Koefisien regresi pada X4 sebesar 0.245 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 jam menonton Talk show akan meningkatkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.245. demikian pula sebaliknya penurunan menonton talk show selama 1 jam dapat menurunkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.245.

Koefisien regresi pada X5 sebesar 0.055 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 jam menonton berita akan meningkatkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.055. demikian pula sebaliknya penurunan menonton berita selama 1 jam dapat menurunkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.055.

Koefisien regresi pada X6 sebesar -0.130 menyatakan bahwa setiap pengurangan (karena tanda -) 1 jam menonton kartun akan meningkatkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar -0.130. demikian pula sebaliknya meningkatkan menonton kartun selama 1 jam dapat menurunkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar -0.130.

Meskipun demikian berdasarkan hasil dari uji t (uji signifikansi konstanta dan variable dependent) variable yang signifikan dan benar-benar berkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh adalah sinetron (dibawah 0.025).

b. Hubungan intensitas menonton jenis-jenis tayangan televisi dengan ketidakpuasan citra tubuh remaja awal putra

Berbeda dengan remaja awal putri, tingkat signifikansi dan korelasi antara ketidakpuasan citra tubuh dengan jenis-jenis tayangan televisi pada remaja awal putra cenderung rendah. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan nilai signifikansi kecuali pada jenis tayangan sinetron yang lebih besar dari 0.05 dan korelasi yang tidak mendekati 1 atau -1.

Tabel 11.

Korelasi dan Signifikasi Remaja Putra Ketidakpuasan citra tubuh Signifikansi Korelasi Sinetron 0.000 0.308 Berita 0.067 0.132 Komedi 0.111 -0.108 Talk show 0.216 -0.070 Infotainment 0.266 -0.056 Kartun 0.436 -0.014

Dilihat dari keenam jenisnya, tayangan yang memiliki nilai signifikansi dan korelasi tinggi hanya sinetron yaitu nilai signifikansi sebesar 0.000 dengan korelasi sebesar 0.308. Selain sinetron, jenis tayangan lainnya memiliki tingkat signifikasi yang cukup rendah sehingga besarnya hubungan tidak dapat digunakan sebagai prediktor.

Koefisien determinasi (R Square) senilai 0.165 sehingga dapat dikatakan hanya 16.5% variasi citra tubuh pada remaja awal putra dapat dijelaskan oleh intensitas menonton jenis-jenis tayangan televisi. Untuk sisanya (100% - 16.5% = 83.5%) diakibatkan oleh faktor lain.

Tabel 12.

Koefisien Determinasi Remaja Putra

R RSquare Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 0.406 0.165 0.124 0.87170

Berikut adalah tabel persamaan regresi remaja awal putra. Tabel 13.

Persamaan Regresi Remaja Putra

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta Constant 1.079 0.194 5.554 0.000 Sinetron 0.383 0.090 0.364 4.272 0.000 Infotainment -0.173 0.152 -0.106 -1.141 0.256 Komedi -0.132 0.090 -0.134 -1.462 0.146 Talk show -0.067 0.117 -0.055 -0.573 0.567 Berita 0.275 0.113 0.212 2.431 0.016 Kartun -0.015 0.063 -0.022 -0.241 0.810

Tabel 13 digunakan untuk menggambarkan persamaan regresi. Persamaan regresi untuk regresi linear dengan lebih dari satu prediktor adalah sebagai berikut:

Y = K + a1X1+a2X2

= 1.079 + 0.383X1+(-0.173) X2+ (-0.132)X3+ (-0.067)X4 + 0.275X5+ (-0.015)X6

Keterangan :

Y = Ketidakpuasan citra tubuh X2= Infotainment a = Intersep, yakni nilai Y bila X=0 X3= Komedi b = Garis sudut dari garis regresi X4= Talk show

K = konstanta X5= Berita

X1= Sinetron X6= Kartun

Konstanta sebesar 1.079 menyatakan bahwa jika tidak ada menonton salah satu jenis tayangan televisi, maka besarnya

ketidakpuasan citra tubuh adalah 1.079. Sedangkan koefisien regresi pada X1(0.383) dan X5 (0.275) menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 jam menonton sinetron akan meningkatkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.383 dan penambahan 1 jam menonton berita akan meningkatkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.275 . Demikian pada koefisien regresi X2(-0.173), X3(-0.132), X4(-0.067) setiap pengurangan (karena tanda - ) 1 jam menonton akan meningkatkan ketidakpuasan citra tubuh sebesar 0.173, 0.132, dan 0.067.

Meskipun demikian berdasarkan hasil dari uji t (uji signifikansi konstanta dan variable dependent) variable yang signifikan dan benar-memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh adalah sinetron (dibawah 0.025).

c. Ketidakpuasan citra tubuh pada remaja awal putra dibandingkan remaja awal putri.

Beberapa penelitian seperti yang telah peneliti ungkapkan pada bagian latar belakang, memaparkan bahwa citra tubuh remaja awal putri cenderung lebih buruk dibandingkan dengan remaja awal putra. Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti ingin membandingkan citra tubuh remaja awal putri dan remaja awal putra terkait dengan intesitas dalam menonton tayangan televisi.

Untuk membandingkan citra tubuh remaja awal putra dengan remaja awal putri peneliti menggunakan Uji T sampel independen (Independent-Samples T Test). Uji T sampel independen adalah prosedur uji t untuk kasus sampel bebas dengan membandingkan rata-rata dua kelompok.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan dua prosedur yaitu uji selisih rata-rata dan uji kesamaan varian. Uji selisih rata-rata digunakan untuk menguji hipotesis rata-rata citra tubuh. Sedangkanuji kesamaan varian digunakan untuk menguji hipotesis kesamaan varian citra tubuh.

Uji selisih rata-rata: 1. Hipotesis :

Ho: Rata-rata ketidakpuasan citra tubuh remaja awal putri = remaja awal putra

Hi: Rata-rata ketidakpuasan citra tubuh remaja awal putri ≥ remaja awal putra

2. Statistik uji : uji t 3. Signifikansi 0.05

4. Daerah kritis : Ho ditolak jika Ho < 0.05 Uji kesamaan varian:

1. Hipotesis :

Ho: Rata-rata ketidakpuasan citra tubuh remaja awal putri = remaja awal putra

Hi: Rata-rata ketidakpuasan citra tubuh remaja awal putri ≥ remaja awal putra

2. Statistik uji : uji F 3. Signifikansi 0.05

4. Daerah kritis : Ho ditolak jika Ho < 0.05 Tabel 14.

Perbandingan Ketidakpuasan Citra Tubuh Remaja Awal Putri dan Putra

Jenis Kelamin Citra Tubuh Mean Std. Deviation Std. Error Putri 1.6870 1.15747 0.10793 Putra 1.2326 0.93133 0.08200 Tabel 15.

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differen ce Equal variances assumed 4.757 0.030 3.394 242 0.001 0.45440 0.13389 Equal variances not assumed 3.352 218.687 0.001 0.45440 0.13555

Bisa dilihat pada tabel 14, rata-rata ketidakpuasan citra tubuh dari remaja awal putra rata-ratanya hanya 1.2326. Angka tersebut lebih kecil apabila dibandingkan rata-rata ketidakpuasan citra tubuh remaja awal putri yang rata-ratanya mencapai 1.6870. Berdasarkan hasil uji t dan uji F pada tabel 15, juga dapat dilihat bahwa sig < 0.05, maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa citra tubuh remaja awal putri lebih buruk dibandingkan remaja awal putra.

B. Pembahasan

Hasil deskripsi statistik penelitian terhadap remaja awal putri dan remaja awal putra (tabel 16) menunjukkan bahwa perbedaan komposisi jumlah jam menonton jenis tayangan televisi antara remaja awal putri dan remaja awal putra tidak terlalu menonjol kecuali pada tayangan berjenis sinetron. Rata-rata jumlah jam menonton sinetron pada remaja awal putra cenderung lebih sedikit dibandingkan remaja awal putri. Hal ini dikarenakan, menurut penelitian yang pernah dilakukan Sinta (2010), pemilihan jenis tayangan oleh remaja awal putra maupun putri juga dipengaruhi stereotip yang berkembang dalam masyarakat misalnya, sinetron adalah tayangan untuk perempuan, olah raga sepakbola atau tinju untuk laki-laki, dan sebagainya.

Tabel 16

Perbandingan Rata-rata Jumlah Jam Menonton Televisi Remaja Awal Putri dan Putra

Jenis Tayangan Rata-rata jumlah jam menonton televisi Putri Putra Sinetron 1.8522 0.6570 Kartun 1.6826 1.7519 Komedi 1.2261 1.6512 Talk show 0.7217 0.7519 Berita 0.6804 0.9709 Infotainment 0.5630 0.4012

Hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa, dari keenam jenis tayangan yaitu sinetron, infotainment, komedi,talk show, berita dan kartun yang secara signifikan memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja awal putri adalah sinetron, infotainment dan talk show sedangkan yang secara signifikan berkaitan berkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh remaja awal putra hanya sinetron. Selain itu, berdasarkan hasil uji hipotesis juga telah terbukti bahwa remaja awal putri cenderung mengalami ketidakpuasan citra tubuh lebih besar dibandingkan remaja awal putra.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Marika Tiggemann; Levine & Simolak dalam Thompson (2002). Tidak semua jenis tayangan televisi memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh. Jenis tayangan seperti berita dan kartun misalnya. Jenis tayangan ini lebih bersifat netral. Artinya karakter-karakter dalam jenis tayangan tersebut tidak memberikan pesan bahwa memiliki tubuh ideal adalah penting. Meskipun menonton jenis tayangan tersebut selama berjam-jam setiap

harinya maka tetap tidak akan berpengaruh terhadap citra tubuh remaja awal putri maupun putra. Sangat berbeda dengan tayangan berjenis lainnya seperti sinetron, infotainment , talk show atau komedi yang memberikan pesan tentang pentingnya memiliki tubuh ideal bagi laki-laki atau perempuan sehingga dapat mempengaruhi ketidakpuasan citra tubuh (Hana, 2010; Santi, 2010; Widodo, 2008; Hendra, 2010).

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas dapat terlihat juga bahwa setiap jenis tayangan memberikan pengaruh yang berbeda bagi remaja awal putri dan remaja awal putra. Jenis tayangan tertentu mungkin memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja awal putri maupun remaja awal putra. Akan tetapi, jenis lain mungkin hanya memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja awal putri dan tidak memiliki keterkaitan dengan citra tubuh pada remaja awal putra. Seperti halnya dalam penelitian ini, jenis tayangan sinetron memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja awal putri dan remaja awal putra sedangkan tayangan berjenis talk show dan infotainment hanya memiliki keterkaitan dengan citra tubuh pada remaja awal putri. Artinya, tayangan sinetron memberikan pesan pada remaja awal putri maupun remaja awal putra bahwa memiliki tubuh ideal bagi mereka adalah penting sedangkan tayangan talk show dan infotainment hanya memberikan pesan bagi remaja awal putri bahwa memiliki tubuh ideal adalah penting.

Pada tayangan infotainment misalnya, image laki-laki yang ditonjolkan oleh pembawa acara banyak yang cenderung feminim sehingga

sebagian besar remaja awal putra mungkin tidak tertarik untuk menjadikan mereka sebagai objek pembanding. Sedangkan imageperempuan yang sering ditampilkan dalam infotainment cenderung sexy, cantik dan memiliki tubuh kurus sehingga remaja awal putri cenderung tertarik menjadikan mereka sebagai objek pembanding (Widodo, 2008).

Banyak teori yang membahas tentang ketidakpuasan citra tubuh. Akan tetapi, banyak peneliti yang mencatat bahwa faktor sosiocultural memiliki pengaruh yang kuat sebagai penyebab timbulnya ketidakpuasan (A. E Fallon; Heinberg dalam Grogan, 2008). Salah satu hasil perkembangan teori sosiocultural adalah teori perbandingan sosial (social comparison theory). Teori ini berisi tentang kecenderungan individu untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Teori ini juga sangat sesuai untuk membahas hasil pengujian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa tidak semua jenis tayangan televisi memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja awal putri maupun remaja awal putra.

Pada dasarnya, manusia memiliki kecenderungan untuk mengevaluasi diri. Proses evaluasi diri sendiri dibandingkan dengan orang lain merupakan dasar bagi teori perbandingan sosial Festinger (Festinger dalam Grogan, 2008). Meskipun demikian, menurut D.T. Miller, Turnbull, dan McFarland dalam Grogan (2008), pemilihan target pembanding tidak bersifat acak. Sebaliknya, individu menunjukkan kemauan untuk memilih bagaimana dan siapa yang akan menjadi target pembanding.

Waktu yang dihabiskan untuk menonton jenis tayangan tertentu membuat individu memilih tokoh atau karakter dalam televisi sebagai objek pembandingnya. Padahal, tokoh atau karakter yang ditonjolkan pada jenis tayangan tertentu adalah wanita-wanita yang memiliki tubuh kurus dan pria-pria yang memiliki tubuh berotot. Oleh sebab itulah banyak remaja awal yang menjadikan karakter dalam televisi tersebut sebagai objek pembanding akan cenderung mengalami ketidakpuasan citra tubuh (Gonzales- Lavin & Simolak, 1995).

Khusus untuk tayangan berjenis komedi, meskipun fisik sering digunakan sebagai bahan lelucon, artis-artis yang di tonjolkan atau yang menjadi bintang dalam tayangan komedi di Indonesia tidak selalu artis wanita yang memiliki tubuh kurus atau artis pria yang memiliki tubuh berotot. Sebagai contoh, dalam tayangan komedi Opera Van Java yang menjadi bintang utamanya adalah Sule, Parto, Nunung, Andre, dan Aziz. Keempat artis tersebut dapat dikatakan tidak memilki bentuk tubuh yang cocok untuk dijadikan sebagai objek pembanding oleh remaja awal karena, berdasarkan hasil pengambilan data remaja awal putri cenderung menginginkan tubuh kurus sedangkan remaja awal putra cenderung menginginkan tubuh berotot.

Jenis tayangan yang memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh paling menonjol adalah sinetron. Hal ini dapat terlihat juga dari ketidakpuasan citra tubuh remaja awal putri maupun remaja awal putra yang sama-sama berkorelasi dengan sinetron. Tokoh atau karakter yang sering ditonjolkan dalam sinetron sebagian besar memang merupakan wanita-wanita

yang memiliki tubuh kurus dan pria-pria yang memiliki tubuh berotot. Bahkan tidak jarang tokoh atau karakter yang bertubuh gemuk dijadikan sebagai bahan ejekan dalam cerita (Gonzales-Lavin & Simolak, 1995). Selain itu, sinetron yang beredar tidak sedikit yang bertema tentang kehidupan para remaja awal. Usia tokoh-tokoh dalam cerita juga pastinya tidak jauh berbeda dari mereka (Santi, 2010). Oleh sebab itulah sinetron cenderung dianggap sesuai dengan dunia mereka dan cocok dijadikan sebagai objek pembanding. Hal ini menjadikan sinetron memiliki keterkaitan lebih besar dengan ketidakpuasan citra tubuh dibandingkan dengan tayangan berjenis lain.

Meskipun ketidakpuasan citra tubuh pada remaja awal putra dan remaja awal putri sama-sama berkorelasi dengan tayangan berjenis sinetron, nilai korelasi pada remaja awal putri (0.672) cenderung lebih tinggi dibandingkan remaja awal putra (0.308). Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Santrock (1996). Seiring dengan berlangsungnya perubahan pubertas, remaja awal putra menjadi lebih puas karena otot mereka semakin meningkat. Oleh sebab itu mereka cenderung tidak terlalu rentan dengan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan citra tubuh. Berbeda dengan remaja awal putra, akibat bertambahnya lemak tubuh pada masa pubertas justru membuat remaja awal putri menjadi lebih rentan terhadap ketidakpuasan citra tubuh. Mereka cenderung merasa tubuh mereka terlalu gemuk dan tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.

65

BAB V PENUTUP

Pada Bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran berkaitan dengan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini kemudian pada bagian kedua akan dijabarkan tentang saran-saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis tayangan televisi yang memiliki keterkaitan dengan citra tubuh remaja putri adalah Sinetron (0.672), infotainment (0.298) dan talk show (0.407). Sedangkan jenis tayangan yang memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja putra hanya sinetron (0.308). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jenis tayangan televisi yang memiliki keterkaitan paling tinggi dengan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja putra maupun putri adalah sinetron.

2. Ketidakpuasan citra tubuh pada remaja putri cenderung lebih besar dibandingkan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja putra.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, peneliti ingin mengemukakan beberapa saran yaitu:

a. Remaja memilih jenis tayangan televisi yang lebih tepat, yaitu jenis tayangan televisi yang tidak memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan citra tubuh.

b. Memiliki tubuh ideal adalah sesuatu yang sulit untuk dicapai, oleh sebab itu remaja harus belajar untuk menerima kelebihan maupun kekurangan bentuk tubuhnya sehingga dapat terhindar dari ketidakpuasan citra tubuh.

2. Bagi Orang Tua

a. Mendampingi anak-anak dalam menonton jenis tayangan televisi tertentu dan menjelaskan nilai-nilai yang harus diambil dan nilai-nilai yang tidak boleh diambil.

b. Membantu anak membangun citra tubuh yang positif, sehingga anak menjadi lebih percaya diri dalam melakukan interaksi sosial.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Meneliti jenis tayangan yang belum diteliti, karena berdasarkan kemampuan yang peneliti miliki tidak memungkinkan untuk meneliti semua jenis tayangan yang ada.

b. Adanya penelitian eksperimen mengenai keterkaitan antara jenis-jenis tayangan dengan ketidakpuasan citra tubuh remaja, sehingga hasil yang diperoleh lebih mendalam.

c. Rentang usia subjek penelitian diperluas. Hal ini disebabkan, subjek dalam penelitian ini hanya remaja awal yaitu usia 12-15 tahun.

67

Dokumen terkait