• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Hasil Penelitian 1 Uji Asums

2. Uji Hipotesis

Data dalam penelitian ini berdistribusi normal untuk variabel keterpaparan lirik lagu dewasa dan variabel perilaku seksual anak, serta memiliki hubungan yang linear. Oleh karena itu, dapat dilakukan uji koefisien kolerasi dengan menggunakan teknik analisis kolerasi Product

Moment dari Pearson dengan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Uji

hipotesis dilakukan untuk menguji apakah hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara keterpaparan lirik lagu dewasa dan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak diterima atau ditolak. Uji korelasi ini menggunakan one-tailed, dikarenakan hipotesis yang diajukan dalam penelitian sudah memiliki arah yaitu adanya hubungan yang positif antara keterpaparan lirik lagu dewasa dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Setelah melakukan pengujan, maka diperoleh hasil:

Tabel 14

Hasil Uji Hipotesis

keterpaparan seksual Keterpaparan Lirik Lagu Pearson Correlation 1 .693** Sig. (1-tailed) .000 N 45 45 Perilaku seksual Pearson Correlation .693** 1 Sig. (1-tailed) .000 N 45 45

Hasil analisis menunjukkan skor kolerasi sebesar 0,693 dengan p=0,000 (one-tailed), yang berarti bahwa nilai p hasil kolerasi lebih kecil dari 0,05 (syarat p<0,05). Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara keterpaparan lirik lagu dewasa dengan perilaku seksual pada masa akhir anak-anak.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan positif antara keterpaparan lirik lagu dewasa dengan perilaku seksual pada masa akhir anak-anak diterima.

E. Pembahasan

Pada penelitian ini diperoleh hasil koefisien sebesar 0,693 dengan p<0,05 antara variabel keterpaparan lirik lagu dewasa dan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterpaparan lirik lagu dewasa dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Artinya, semakin tinggi keterpaparan lirik lagu dewasa, maka perilaku seksualnya semakin tinggi. Sebaiknya, semakin rendah keterpaparan lirik lagu dewasa maka perilaku seksualnya semakin rendah.

Lirik lagu dewasa mempengaruhi perilaku seksual pada anak-anak dapat dijelaskan melalui teori Bandura yaitu teori modeling. Bandura menjelaskan bahwa manusia belajar meniru bukan hanya melalui model hidup namun dari banyak model, seperti model simbolik. Bentuk lain pemodelan simbolik ini adalah instruksi verbal, seperti lirik pada lagu.

Berikut instruksi verbal lirik lagu yang diperoleh dari data penelitian yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pada anak:

Abg tua tingkahmu semakin gila Kau menjerat semua wanita Wanita yang ada di depan mata Rayuanmu sungguh mempesona

(Lirik Lagu ABG Tua)

Mungkin inilah rasanya rasa suka pada dirinya

Sejak pertama aku bertanya facebook-mu apa nomermu berapa Mungkin inilah rasanya cinta pada pandang pertama

Senyuman manismu itu buat aku dag dig dug melulu (Lirik Lagu Kamu – Coboy Junior)

Hei kenapa kamu kalau nonton dangdut Sukanya bilang ( Buka Dikit Joss ) Apa karena pakai rok mini jadi alesan Sukanya…abang ini Lihat-lihat bodiku yang seksi.. Senangnya…abang ini intip-intip ku pakai rok mini

Perilaku meniru ketika anak terpapar lirik lagu dewasa terdiri dari fase perhatian, fase penyimpanan, fase produksi, dan fase motivasi (King, 2010). Pada fase perhatian terjadi saat anak menaruh perhatian terhadap suatu peristiwa, dalam penelitian ini anak memberikan perhatian terhadap lagu-lagu yang pernah didengar. Pada saat melakukan perhatian, anak akan melibatkan panca indera, kognitif dan emosianya. Setelah itu terjadilah fase penyimpan, yaitu stimulasi akan disimpan di dalam memori anak. Fase selanjutnya anak akan melakukan peniruan terhadap apa yang telah diamati atau sering disebut sebagai fase produksi. Pada fase ini anak-anak akan memproduksi situasi yang telah dilihat maupun didengarkan berdasarkan ingatan terhadap suatu peristiwa. Anak akan sangat mudah untuk mengingat informasi yang didapatkan. Hal ini dikarenakan, ingatan anak terutama pada usia 8-12 mencapai intensitas paling besar dan paling kuat. Daya menghafal dan daya memorisasi (dengan sengaja memasukkan dan melekatkan pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Setelah memalui fase produksi maka akan masuk pada fase yang terakhir, yaitu fase motivasi. Anak memiliki dorongan untuk mengulangi tingkah laku serupa dalam beberapa situasi karena adanya penguatan dari mendengarkan lagu lirik dewasa secara berulang kali. Jika perilaku ini didukung dengan adanya penguatan positif baik dari keluarga maupun teman sebayanya, maka anak akan memodeling makna dari lirik tersebut ke dalam kehidupannya

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hampir seluruh subjek telah terpapar lirik lagu dewasa. Hal ini tampak dari mean empiris

yang lebih tinggi dari mean teoritik. Diperoleh juga hasil data yang menjelaskan bahwa sebagaian besar subjek berada pada paparan sedang 31,1%, tinggi 24,4%, sangat tinggi 6,7%, sedangkan yang memiliki tingkat keterpaparan lirik lagu dewasa rendah hanya 37,8% dan sangat rendah 0%. Temuan ini cukup memperihatinkan karena lirik lagu dewasa merupakan lagu yang seharusnya dikonsumsi oleh tingkat dewasa yaitu diatas usia dua puluh tahun ke atas (Ibu & balita, 2013).

Fenomena ini juga menjadi salah satu sorotan keprihatinan Dr. Seto Mulyadi yang merupakan ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak. Beliau sempat menyampaikan pendapatnya bahwa anak-anak zaman sekarang disuguhi dengan lagu-lagu dewasa yang bukan untuk mereka (Lampost, 2013). Kenyataannya lagu dewasa yang sering dinyanyikan anak-anak dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak. Hal ini dikarenakan isi lagu dewasa penuh dengan tema percintaan, kisah asmara, jatuh cinta antara kedua insan, dan cenderung berbau porno (lagu2anak.blogspot, 2011). Secara disadari atau tidak lagu dewasa akan memaksa anak untuk menjadi lebih dewasa dari umur yang seharusnya, sehingga anak yang terbiasa terpapar lagu dengan lirik tersebut dikhawatirkan akan ditiru ke dalam kehidupan kesehariannya khususnya dalam perilaku seksualnya, seperti perilaku berkencan, berpacaran terlalu dini, berpakaian seronok, menggoda atau membuat kata-kata gombal untuk lawan jenisnya.

Bila melihat data lebih cermat lagi terdapat beberapa judul lagu yang sering didengarkan oleh subjek dengan presentase 2,9% diantaranya lagu

ABG Tua, Iwak Peyek, Kamu - Coboy Junior. Judul lagu dalam frekuensi jarang didengar oleh anak memiliki presentase 14,1% diantaranya seperti lagu

Baby-Baby JKT 48, Butiran Debu, Buka Hatimu, Berondong Tua, Bukan

Bang Toyip, Cinta Satu Malam, Diam-Diam Suka, Dilema, Lumpuhkan Ingatanku, Love is You, Pacar Lima Langkah, Separuh Aku, dll. Judul lagu dalam frekuensi pernah didengar memiliki presentase 82,8%, seperti lagu Alamat Palsu, Direject, Hidup Tanpa Cinta, Jodoh Pasti Bertemu, Memilih Setia, Oplosan, Pelan-Pelan Saja, Wedi karo bojommu, dll.

Penelitian ini juga menunjukkan sebagai besar anak memiliki kecenderungan perilaku seksual yang tinggi. Hal ini diperkuat oleh temuan bahwa sebagian besar subjek berada pada kriteria kategorisasi perilaku seksual sedang 44,4%, tinggi 11,1% sangat tinggi 8,9%, sedangkan yang memiliki tingkat perilaku seksual yang rendah sebesar 35,6% dan sangat rendah 0%.

Berdasarkan hasil data diperoleh bentuk perilaku seksual yang selalu ditunjukkan oleh anak sebesar 10,6%. Perilaku seksual tersebut, diantaranya memakai parfum, memakai perhiasan atau aksesoris, menggoda ketika

melihat orang lain berpacaran, seperti “Cieee kamu pacaran”, melihat foto- foto lawan jenisnya, dan memegang tangan lawan jenis. Perilaku seksual dengan frekuensi sering diperoleh sebesar 4,3%, seperti menyatakan kecantikan atau ketampanan lawan jenis, dan menonton film percintaan seperti sinetron romantis. Sedangkan perilaku seksual dengan frekuensi jarang diperoleh sebesar 8,5%, diantaranya seperti memakai kosmetik,

menyatakan bahwa ia menyukai lawan jenisnya, menyimpan atau mengkoleksi foto lawan jenisnya, dan bergandengan tangan dengan teman lawan jenisnya.

Perilaku seksual dengan frekuensi kadang-kadang diperoleh angka sebesar 27,7%, seperti meminta atau ingin berpakaian minim atau ketat,

menggoda ketika melihat orang lain berduaan, seperti “Ayooooo ciuman”,

menyatakan bahwa ia sedang merindukan teman lawan jenisnya, membuat puisi bertemakan percintaan, dan merayu atau membuat kata-kata gombal kepada lawan jenisnya. Selain itu perilaku seksual lainnya seperti menyatakan keseksian orang lain, melihat gambar perempuan/laki-laki berpakaian minim melalui media cetak/online, berpergian berdua dengan teman lawan jenis, duduk berdempetan dengan lawan jenis, bersandar kepala di pundak teman lawan jenisnya, mencium tangan lawan jenisnya, dan mencium pipi lawan jenisnya juga termasuk dalam frekuensi kadang-kadang.

Bentuk perilaku seksual yang tidak pernah dilakukan anak, diperoleh 48,9%. Perilaku seksual ini, seperti mengungkapkan rasa sayang/cinta melalui sms/bbm/chating, berpacaran, mengumpat dengan mengeluarkan kata

“susumu”, “pantatmu”, mengumpat dengan mengeluarkan kata “pecun”, “perek”, meminta untuk melihat anggota keluarga lain ketika ingin melepaskan pakaian atau berganti baju, melihat gambar-gambar perempuan/laki-laki telanjang melalui media cetak/online, dan menonton film pornografi. Selain itu, perilaku merangkul, berpelukan, memegang paha,

memegang pantat dan meraba tubuh maupun bagian vital lawan jenis juga termasuk dalam frekuensi tidak pernah.

Analisis tambahan menemukan bahwa koefisien determinasi (R2) mempunya nilai 0,480. Hal ini menunjukkan bahwa keterpaparan lirik lagu dewasa memberikan sumbangan efekif sebesar 48% terhadap perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Disisi lain, sumbangan sebesar 51% pada perilaku seksual diperoleh dari faktor lain yang tidak diungkapkan pada penelitian ini.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan dari penelitian antara keterpaparan lirik lagu dewasa dengan perilaku sekual pada masa akhir anak-anak sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif antara keterpaparan lirik lagu dewasa dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan ada hubungan antara keterpaparan lirik lagu dewasa dengan perilaku seksual, dapat diterima.

2. Ada hubungan positif antara keterpaparan lirik lagu dewasa dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Semakin tinggi terpapar lirik lagu dewasa, maka semakin tinggi perilaku seksual pada anak yang berada pada tahap usia akhir masa anak-anak.

3. Keterpaparan lirik lagu dewasa memberikan pengaruh 48% terhadap perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Hal ini mengindikasikan bahwa keterpaparan lirik lagu dewasa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada masa akhir anak-anak, sedangkan faktor-faktor lain yang tidak diungkapkan dalam penelitian ini memberikan sumbangan sebesar 51%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakakn saran sebagai berikut:

Dokumen terkait