• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif

4.3.4. Uji Hipotesis 1. Uji Parsial (Uji t)

Secara parsial model regresi dapat diuji kebermaknaannya menggunakan uji t, dapat dilihat hasil uji t pada tabel berikut:

76 Tabel 4.14 Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 31.724 2.347 13.517 .000 X1 .439 .150 .307 2.936 .005 x2 .101 .126 .086 2.803 .025 X3 .563 .314 .189 1.796 .047 x4 .152 .042 .375 3.632 .001 a. Dependent Variable: y

Sumber: Data diolah tahun 2019

Hasil uji statistik Hasil uji statistik variabel skala usaha (X1) diperoleh nilai t hitung = 2,936 dengan signifikansi = 0,005 < 0,05, dan nilai B pada kolom

Unstandardized Coefficient sebesar 0,439, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat

pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap Kelengkapan SAK EMKM. Oleh karena itu, H1 yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap Kelengkapan SAK EMKM diterima.

Hasil uji statistik variabel tingkat pendidikan (X2) diperoleh nilai t hitung = 2,803 dengan signifikansi = 0,025 < 0,05, dan nilai B pada kolom

Unstandardized Coefficient sebesar 0,101, maka dapat disimpulkan bahwa umur

perusahaan berpengaruh positif terhadap Kelengkapan SAK EMKM. Oleh karena itu, H2 yang menyatakan umur perusahaan berpengaruh terhadap Kelengkapan SAK EMKM diterima.

Hasil uji statistik pada variabel Ukuran Perusahaan (X3) diperoleh nilai t hitung = 1.796 dengan signifikansi = 0,047 < 0,05, dan nilai B pada kolom

Unstandardized Coefficients sebebsar 0,563, maka dapat disimpulkan bahwa

itu, H3 yang menyatakan sosialisasi ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Kelengkapan SAK EMKM diterima.

Hasil uji statistik variabel Pelatihan Akuntansi (X4) diperoleh nilai t hitung = 3,632 dengan signifikansi = 0,001 < 0,05, dan nilai B pada kolom

Unstandardized Coefficient sebesar 0,152. Karena nilai signifikansinya jauh diatas

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Pelatihan Akuntansi (X4) berpengaruh terhadap Kelengkapan SAK EMKM. Oleh karena itu, H4 yang menyatakan bahwa Pelatihan Akuntansi (X4) berpengaruh positif terhadap Kelengkapan SAK EMKM diterima.

2. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi R2 pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Hasil perhitungan R2 secara keseluruhan digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi linear berganda. Jika R2 mendekati satu berarti semakin kuat kemampuan variasi dari variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikatnya dan sebaliknya. Untuk mengukur besarnya kontribusi simultan dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi pada tabel Model Summery pada kolom Adjusted R Square. Berikut adalah hasil koefisien determinasi model regresi berganda.

Tabel 4.15

Hasil Koefisien Determinasi Simultan Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .615a .378 .339 1.416 a. Predictors: (Constant), x4, x1, x3, x2

78 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .615a .378 .339 1.416 b. Dependent Variable: y

Sumber: Data diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.15 terlihat bahwa nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,339 atau 34%. Hal ini berarti 34% variabel Kelengkapan SAK EMKM mampu dijelaskan oleh variabel Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Tingkat Pendidikan Pemilik, dan Pelatihan Akuntansi. Sedangkan sisanya 66% dapat dijelaskan oleh faktor lain diluar model.

4.2 Pembahasan

4.2.1. Tingkat Pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap kelengkapan SAK EMKM pada UKM.

Hasil uji statistik variabel tingkat pendidikan (X1) diperoleh nilai t hitung = 2,936 dengan signifikansi = 0,005 < 0,05, dan nilai B pada kolom

Unstandardized Coefficient sebesar 0,439, maka dapat disimpulkan bahwa skala

tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap Kelengkapan SAK EMKM. Oleh karena itu, H1 yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap Kelengkapan SAK EMKM diterima.

Pendidikan formal pemilik dapat berpengaruh terhadap pengetahuan tentang akuntansi, karena materi akuntansi didapatkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pengetahuan akuntansi yang lebih tinggi terutama didapatkan apabila seseorang menempuh pendidikan dengan jurusan akuntansi. Menurut Gray (2006), pendidikan juga dapat berpengaruh terhadap peningkatkan kemampuan

menyerap (termasuk kemampuan akuisisi, asimilasi, transformasi, dan eksploitasi) dari pengetahuan baru.

Hasil penelitian Yanto dkk. (2016) menyatakan bahwa pendidikan pemilik berpengaruh terhadap niat menggunakan SAK EMKM, pendidikan pemilik dapat berpengaruh terhadap persepsi kemudahan penggunaan SAK EMKM pada UKM, persepsi kemudahan menggunakan SAK EMKM dapat berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan SAK EMKM. Hasil penelitian tersebut mendukung bahwa tingkat pendidikan pemilik dapat berpengaruh terhadap kelengkapan SAK EMKM pada UKM, apabila pemilik UKM memiliki niat untuk menggunakan SAK EMKM maka dapat berpengaruh terhadap kelengkapan SAK EMKM.

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Rudiantoro dan Siregar (2012) menyatakan jenjang pendidikan terakhir berpengaruh positif terhadap pemahaman pengusaha terkait SAK EMKM. Hasil penelitian Aufar (2014) juga menyatakan bahwa pendidikan terakhir pemilik UKM berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi.

4.2.2. Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan SAK EMKM pada UKM.

Hasil uji statistik variabel umur perusahaan (X2) diperoleh nilai t hitung = 2,803 dengan signifikansi = 0,047 < 0,05, dan nilai B pada kolom Unstandardized

Coefficient sebesar 0,101, maka dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan

80

menyatakan umur perusahaan berpengaruh terhadap Kelengkapan SAK EMKM diterima.

Holmes dan Nicholls (1989) memperlihatkan bahwa penyediaan informasi akuntansi dipengaruhi oleh usia usaha. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa perusahaan yang berdiri selama 10 tahun atau kurang, menyediakan lebih banyak informasi akuntansi statutori, informasi akuntansi anggaran, informasi akuntansi tembahan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan, berbeda dengan perusahaan yang berdiri selama 11-20 tahun. studi ini juga menyatakan informasi akuntansi yang ekstensif untuk tujuan membuat keputusan dibandingkan dengan perusahaan yang lebih tua usianya.

Hasil penelitian Rudiantoro dan Siregar (2012) menyatakan lama usaha berdiri berpengaruh negatif pada pemahaman pengusaha terkait SAK EMKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman akan SAK EMKM akan lebih mudah didapat oleh pengusaha yang baru mendirikan usahanya. Pada saat usaha baru berdiri akan mendorong seorang pengusaha untuk lebih giat mencari informasi dan cara untuk dapat mengembangkan usahanya di masa akan datang.

Marzani dan Fatoki (2012 dalam Rudiantoro dan Siregar, 2012) menyatakan perusahaan yang baru berdiri mempunyai potensi pendanaan internal yang terbatas sehingga lebih memerlukan sumber pendanaan eksternal. Untuk mendapatkan kredit dari perbankan, mereka perlu menyiapkan laporan keuangan sehingga perlu mempunyai pemahaman yang memadai atas standar akuntansi, sehingga semakin muda umur perusahaan maka semakin tinggi kelengkapan SAK EMKM.

Dari penjelasan tersebut sehingga disimpulkan bahwa umur usaha yang lebih muda justru lebih mementingkan laporan keuangan dibandingkan dengan usaha yang lebih tua usahanya, usaha yang lebih tua justru mengebaikan laporan keuangan usahanya. Usaha yang berjalan lama tidak berarti skala usaha tersebut besar, memang perusahaan tersebut dapat bertahan dalam menjalankan usahanya karena diperkirakan semakin lama perusahaan berdiri berarti perusahaan tersebut semakin besar, namun tidak demikian usaha yang baru berdiri juga bisa mempunyai skala usaha yang besar. Sehingga umur usaha lebih mengarah berpengaruh negatif terhadap kelengkapan SAK EMKM, yang berarti semakin muda umur usaha maka semakin tinggi kelengkapan SAK EMKM, hal tersebut disebabkan usaha yang masih baru berdiri lebih memperhatikan laporan keuangan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan, dibandingkan dengan usaha yang lama berdiri justru mengabaikan laporan keuangan usahanya.

4.2.3. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan SAK EMKM pada UKM

Hasil uji statistik pada variabel Ukuran Perusahaan (X3) diperoleh nilai t hitung = 1.796 dengan signifikansi = 0,047 < 0,05, dan nilai B pada kolom

Unstandardized Coefficients sebebsar 0,563, maka dapat disimpulkan bahwa

Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kelengkapan SAK EMKM. Oleh karena itu, H3 yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Kelengkapan SAK EMKM diterima.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Rudiantoro dan Siregar, (2012) yang menyatakan pengaruh ukuran perusahaan terhadap Kelengkapan SAK EMKM

82

apabila pemilik UKM Tingkat Pendidikan Skala Usaha Umur Usaha Budaya Organisasi Kelengkapan SAK EMKM mendapatkan sosialisasi SAK EMKM dengan baik, maka pemahaman mereka terkait SAK EMKM menjadi lebih baik dan mendukung proses kelengkapan SAK EMKM.

Pinasti (2001 dalam Rudiantoro dan Siregar, 2012) menemukan bahwa ukuran usaha dapat mempengaruhi pemikiran pengusaha terkait dengan kompleksitas dan semakin tingginya tingkat transaksi perusahaan sehingga diharapkan dengan makin besarnya ukuran usaha dapat mendorong seseorang untuk berpikir dan belajar terkait solusi untuk menghadapinya.

Hasil penelitian Aufar (2014) menyatakan bahwa ukuran usaha berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi. Murniati (2002) menemukan adanya pengaruh yang positif signifikan antara skala usaha dengan penyediaan dan penggunaan informasi akuntansi. Demikian juga dengan penelitian Holmes dan Nicholls (1988) menyatakan bahwa skala usaha berpengaruh positif terhadap tingkat penyediaan informasi akuntansi

4.2.4. Pelatihan akuntansi berpengaruh positif terhadap kelengkapan SAK EMKM pada UKM.

Hasil uji statistik variabel pelatihan akuntansi (X4) diperoleh nilai t hitung = 3,632 dengan signifikansi = 0,001 < 0,05, dan nilai B pada kolom

Unstandardized Coefficient sebesar 0,152. Karena nilai signifikansinya jauh diatas

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan akuntansi tidak berpengaruh terhadap Kelengkapan SAK EMKM. Oleh karena itu, H4 yang menyatakan bahwa

pelatihan akuntansi berpengaruh positif terhadap Kelengkapan SAK EMKM diterima.

Pelatihan dianggap menjadi sarana yang dapat meningkatkan kualitas, penambahan wawasan, kemampuan baru terhadap suatu bidang pekerjaan, dan untuk menunjang karir seorang karyawan di masa mendatang. Kedepannya diharapkan karyawan dapat mengerti apa yang seharusnya dikerjakan, mengapa harus dikerjakan, dan memberikan kesempatan untuk menambah pengetahuan. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) membutuhkan keterampilan pembukuan dan akuntansi yang mudah aplikasinya (Setaiawan dan Hidayat, 2015).

Simamora (2004: 273) berpendapat bahwa pelatihan merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja karyawan. Pelatihan akuntansi merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan oleh setiap pemilik usaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan akuntansi secara memadai dalam mengelola usaha. Pratiwi (2008) mengungkapkan bahwa pelatihan akuntansi juga dapat memberikan pemahaman bagaimana mengolah informasi akuntansi secara baik dan benar agar informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Ikut pelatihan akuntansi dalam penelitian ini adalah perhatian, semangat dan kontinyuitas dalam mengikuti pelatihan.

84 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulkan sebagai berikut:

1. Pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap Kelengkapan laporan keuangan usaha kecil dan menengah berdasarkan SAK EMKM. Oleh karena itu, H1 yang menyatakan bahwa pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap Kelengkapan laporan keuangan usaha kecil dan menengah berdasarkan SAK EMKM diterima.

2. Umur usaha berpengaruh positif terhadap Kelengkapan laporan keuangan usaha kecil dan menengah berdasarkan SAK EMKM. Oleh karena itu, H2 yang menyatakan tingkat pendidikan pemilik berpengaruh terhadap Kelengkapan laporan keuangan usaha kecil dan menengah berdasarkan SAK EMKM diterima 3. Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kelengkapan laporan keuangan usaha

kecil dan menengah berdasarkan SAK EMKM. Oleh karena itu, H3 yang menyatakan ukuran usaha berpengaruh positif terhadap Kelengkapan laporan keuangan usaha kecil dan menengah berdasarkan SAK EMKM diterima.

4. Pelatihan akuntansi berpengaruh terhadap Kelengkapan laporan keuangan usaha kecil dan menengah berdasarkan SAK EMKM. Oleh karena itu, H4 yang menyatakan bahwa pelatihan akuntansi berpengaruh positif terhadap

Kelengkapan laporan keuangan usaha kecil dan menengah berdasarkan SAK EMKM diterima

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, umur

perusahaan, ukuran perusahaan dan pelatihan akuntansi berpengaruh positif terhadap Kelengkapan laporan keuangan usaha kecil dan menengah berdasarkan SAK EMKM. Oleh karena itu perlu adanya peran aktif dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, dan Ikatan Akuntan Indonesia dengan memberikan pelatihan SAK EMKM baik berupa workshop dan seminar kepada UKM.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Kelengkapan laporan keuangan usaha kecil dan menengah berdasarkan SAK EMKM mampu dijelaskan oleh variabel tingkat pendidikan pemilik, ukuran usaha, umur usaha, dan pelatihan akuntasi sehingga pada penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menambah variabel independen lain seperti persepsi pengusaha, kepemimpinan, dan budaya organisasi yang diperkirakan dapat mempengaruhi kelengkapan SAK EMKM.

86

Dokumen terkait