• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3. Analisis Estimasi

4.3.1. Uji Kesesuaian

199 5 199 6 199 7 199 8 199 9 200 0 200 1 200 2 200 3 200 4 200 5 200 6 200 7 Tahun P a jak ( M il yar R p .)

Gambar 4.4. Perkembangan Penerimaan Pajak, Tahun 1988 – 2007

4.3. Analisis Estimasi

4.3.1. Uji Kesesuaian (Goodness of Fit)

Untuk pengujian hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka dilakukan estimasi dengan model Ordinary Least Square (OLS) untuk data

time series 20 tahun dengan menggunakan Program EViews 4.1. Analisis

52

dengan menggunakan data yang disajikan pada Lampiran 2, sedangkan hasil analisis regresi (print out) disajikan pada Lampiran 3.

Tabel 4.5. Hasil Estimasi Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

LogPE = 10,331 + 0,006 LogGR + 0,021 LogGP + 0,260 LogM + 0,050 LogT(t-1) - 0,138 DM

Std.Er. : (0,029) (0,027) (0,032) (0,024) (0,014) t-stat : (0,829)ns (0,810)ns (8,128)*** (2,052)* (-9,554)***

R2 : 0,9954 F-stat : 562,652***

Prob : 0,000

Sumber : Lampiran 3.

Ket. : ns = non signifikan

* = signifikan pada α 10 %. *** = signifikan pada α 1 %.

Dari masing-masing variabel dependent (variabel terikat) dan variabel

independent (variabel bebas) yang disertakan dalam model estimasi pada

Tabel 4.5 di atas, diperoleh koefisien determinasi (R²) sebesar 0,9954 berarti secara keseluruhan variabel pengeluaran pemerintah untuk dana rutin, pengeluaran pemerintah untuk pembangunan, jumlah uang beredar, penerimaan pajak tahun sebelumnya serta kondisi perekonomian Indonesia sebelum dan sesudah krisis ekonomi mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 99,54 persen selama kurun waktu yang diteliti. Sedangkan sisanya sebesar 0,46 persen, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

Bila dilihat secara bersama-sama (serentak) dari masing-masing variabel bebasnya berarti pengeluaran pemerintah untuk dana rutin, pengeluaran pemerintah untuk pembangunan, jumlah uang beredar, penerimaan pajak mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat keyakinan 99 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai F-statistik sebesar 562,652 > F-tabel (5:14) sebesar 4,69 pada α 1 %.

Berdasarkan uji t-statistik (uji secara parsial), dapat diketahui bahwa variabel jumlah uang beredar, penerimaan pajak tahun sebelumnya dan dummy variabel kondisi perekonomian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan pengeluaran pemerintah untuk dan rutin dan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan tidak berpengaruh signifikan. Berikut ini hasil uji t dari masing-masing variabel bebas.

a. Pengeluaran Pemerintah untuk Dana Rutin

Hasil estimasi menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk dana rutin berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat pengeluaran pemerintah untuk dana rutin, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Koefisien regresi pengeluaran pemerintah untuk dana rutin sebesar 0,006 berarti bahwa setiap peningkatan pengeluaran pemerintah untuk dana rutin sebesar 1 persen, maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,006 persen, ceteris paribus. Dilihat dari nilai koefisien

54

regresi yang lebih kecil dari satu, pengeluaran pemerintah untuk dana rutin bersifat inelastis terhadap perkembangan ekonomi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 0,22 yang lebih kecil dibandingkan

t-tabel (α 10 % = 1,761). Hal ini berarti bahwa variabel pengeluaran

pemerintah untuk dana rutin tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Alokasi penggunaan pengeluaran rutin oleh pemerintah pada umumnya adalah untuk membayar gaji/honor pegawai dan biaya-biaya rutin lainnya yang tidak berhubungan secara dengan kegiatan perekonomian. Oleh karena itu pengaruh tidak signifikan dari pengeluaran pemerintah untuk dana rutin diduga berhubungan dengan penggunaan dana rutin tersebut yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perekonomian.

b. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan

Hasil estimasi menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk pembangunan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat pengeluaran pemerintah untuk pembangunan, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Koefisien regresi pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sebesar 0,021 berarti bahwa setiap peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sebesar 1 persen, maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,021 persen, ceteris paribus.

Dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih kecil dari satu, pengeluaran pemerintah untuk pembangunan bersifat inelastis terhadap perkembangan ekonomi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 0,810 yang lebih kecil dibandingkan t-tabel (α 10 % = 1,761). Hal ini berarti bahwa variabel pengeluaran pemerintah untuk pembangunan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Hal ini diduga berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan yang dimulai pada sekitar bulan April dan Agustus hingga bulan Oktober dan Desember setiap tahun, sehingga pelaksanaan pembangunan pada tahun berjalan belum secara langsung memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah sebahagian merupakan pembangunan yang bersifat stimulus, yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan tersebut akan merangsang aktivitas perekonomian yang disuatu wilayah, oleh karena itu pelaksanaan pembangunan tersebut membutuhkan waktu untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

c. Jumlah Uang Beredar

Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah uang beredar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Koefisien regresi jumlah uang beredar

56

sebesar 0,26 berarti bahwa setiap peningkatan jumlah uang beredar sebesar 1 persen, akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,26 persen, ceteris paribus. Dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih kecil dari satu, jumlah uang beredar bersifat inelastis terhadap perkembangan ekonomi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 8,128 yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 1 % = 2,977). Hal ini berarti bahwa variabel jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

d. Penerimaan Pajak Tahun Sebelumnya

Hasil estimasi menunjukkan bahwa penerimaan pajak tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat penerimaan pajak tahun sebelumnya, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi penerimaan pajak tahun sebelumnya sebesar 0,05 berarti bahwa setiap peningkatan penerimaan pajak tahun sebelumnya sebesar 1 persen, maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,05 persen, ceteris paribus. Penerimaan pajak tahun sebelumnya bersifat inelastis terhadap perkembangan ekonomi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 2,052 yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 10 % = 1,761). Hal ini berarti bahwa variabel penerimaan pajak tahun

sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

e. Dummy Variabel Kondisi Perekonomian

Hasil estimasi menunjukkan bahwa kondisi perekonomian berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nilai koefisien regresi dummy variabel kondisi perekonomian sebesar -0,138 berarti bahwa setelah terjadinya krisis ekonomi menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,138 persen, ceteris paribus. Dari hasil pengujian terhadap nilai

t-statistik diperoleh nilai -9,554 yang lebih kecil dibandingkan -t-tabel (α 1 % = 2,977). Hal ini berarti bahwa dummy variabel kondisi perekonomian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat kepercayaan 99% atau α 1%.

Dokumen terkait