• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.9 Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji kesukaan atau hedonik test dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan yang dihasilkan. Panelis merupakan anggota yang terlibat dalam penilaian organoleptik dari berbagai kesan subjektif dan analisa sifat-sifat sensorik suatu produk yang disajikan (Ayustaningwarno, 2014).

Kriteria panelis menurut Soekarto (1981) adalah memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi, berbadan sehat, tidak dalam keadaan tertekan dan mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang penilaian organoleptik.

Panelis pada penelitian ini berjumlah 30 orang. Pengujian dilakukan secara visual, setiap panelis diminta untuk menggosokkan sediaan pada kulit punggung tangan dan memberikan penilaian terhadap parameter aroma, tekstur, warna, kesan lengket dan kesan lembab di kulit, Penilaian panelis terhadap sediaan krim lulur dikategorikan ke dalam 5 tingkatan yaitu: sangat suka (5), suka (4), cukup suka (3), kurang suka (2) dan tidak suka (1), selanjutnya dihitung persentase tingkat kesukaan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Karakterisasi Minyak Sawit Merah 4.1.1 Komposisi asam lemak

Hasil uji komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Hasil uji komposisi asam lemak

Dari data di atas menunjukkan bahwa minyak sawit merah mempunyai komposisi lemak jenuh sebanyak 47,2284% dengan asam lemak tak jenuhnya sebanyak 52,7717%. Minyak sawit merah merupakan minyak nabati dengan komposisi yang seimbang dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuhnya baik dalam bentuk olahan maupun tidak (Dauqan, et al., 2011).

Parameter Jenis Asam Lemak Satuan Hasil Uji Asam kaprilat (C8 : 0) Asam lemak jenuh % 0,0102

Asam kaprat (C10 : 0) Asam lemak jenuh % 0,0141

Asam laurat (C12 : 0) Asam lemak jenuh % 0,1796

Asam miristat (C14 : 0) Asam lemak jenuh % 0,8552 Asam stearat (C18 : 0) Asam lemak jenuh % 3,6548 Asam arakidat (C20 : 0) Asam lemak jenuh % 0,2795 Asam palmitat (C16 : 0) Asam lemak jenuh % 42,2350 Asam palmitoleat (C16 : 1) Asam lemak tak jenuh % 0,1475 Asam oleat (C18 : 1) Asam lemak tak jenuh % 41,5893 Asam linoleat (C18 : 2) Asam lemak tak jenuh % 10,7181 Asam linolenat (C18 : 3) Asam lemak tak jenuh % 0,2055 Asam gadoleat (C20 : 1) Asam lemak tak jenuh % 0,1113

Menurut Desnelli dan Fanani, (2009) asam lemak terbagi dua yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Dalam bahan pangan, asam lemak jenuh yang paling banyak ditemukan adalah asam lemak palmitat, sedangkan asam stearat paling banyak terdapat pada lemak atau minyak dari biji-bijian. Asam lemak tak jenuh biasanya dikenal dengan asam lemak asensial, misalnya asam oleat, linoleat, dan arakidonat. Asam lemak ini berfungsi untuk membantu proses pertumbuhan, selain itu dapat mempertahankan kesehatan kulit terutama mencegah terjadinya peradangan kulit (dermatitis).

4.1.2 Kadar total karoten

Hasil analisis karoten dengan menggunakan alat Spektrofotometer diperoleh kadar total karoten dengan rata-rata sebesar 422 ppm. Karotenoid yang terkandung dalam minyak sawit merah 91,18% diantaranya merupakan β- karoten dan α-karoten yang mempunyai aktivitas provitamin A yang tinggi sebagai antioksidan yang sangat bermanfaat dalam mencegah penuaan dini karena dapat menangkal radikal bebas. Minyak sawit merah berwarna merah-kekuningan menandakan kandungan karotenoid yang tinggi. Minyak sawit memiliki kandungan gizi yang lebih unggul dibandingkan dengan minyak zaitun, kedelai dan jagung (Sumarna, 2014).

4.1.3 Kadar vitamin E

Hasil analisis vitamin E dengan menggunakan alat Ultra Performance Liquid Chromatography (UPLC) diperoleh kadar vitamin E dengan rata-rata sebesar 902,137 ppm. Minyak sawit merah memilki kadar vitamin E yang lebih besar dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Vitamin E secara langsung berfungsi sebagai antioksidan alami dalam melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif (Ayustaningwarno, 2012).

Minyak sawit merah kaya akan vitamin E yang sangat penting bagi kesehatan kulit. Vitamin E merupakan zat antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari partikel-partikel yang dapat merugikan kesehatan kulit (Sari dan Setyowati, 2014).

4.2 Hasil Karakterisasi Arang Aktif

Hasil analisa kadar air dan kadar abu dari arang aktif yang telah diaktivasi dengan aktivator KOH dan H3PO4 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil analisa kadar air dan kadar abu

Uraian

Penentuan kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis dari arang aktif yang dihasilkan (Sahara, dkk., 2017). Jika kadar air tinggi akan dapat menimbulkan ketidak stabilan pada sediaan berupa bentuk, bau dan timbulnya jamur. Sedangkan kadar abu menunjukkan kandungan oksida logam yang terdapat pada arang aktif. Kadar abu yang besar dapat mengurangi kemampuan arang aktif untuk mengadsorpsi gas, larutan, pengotor, serta logam. Kandungan mineral yang terdapat dalam abu akan menyebar ke dalam bagian arang aktif sehingga menutupi pori porinya (Akbar, 2011).

Arang aktif dapat dibuat dengan perendaman aktivator kimia berupa hidroksida logam alkali, garam-garam karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam

alkali tanah dan khususnya ZnCl2. Perendaman dengan bahan aktivasi ini dimaksudkan untuk menghilangkan atau membatasi pembentukan lignin, karena adanya lignin dapat membentuk senyawa tar yang dapat menutupi pori-pori dari arang aktif. Waktu perendaman untuk bermacam-macam zat tidak sama. Misalnya sekam padi dengan aktivator NaCl direndam selama 24 jam dan tempurung kelapa dengan aktivator ZnCl2 direndam selama 20 jam. H3PO4 lamanya perendaman sekitar 12-24 jam, Semakin tinggi konsentrasi larutan kimia aktivasi maka semakin kuat pengaruh larutan tersebut mengikat senyawa-senyawa tar sisa karbonisasi untuk ke luar melewati mikro pori-pori dari karbon sehingga permukaan karbon semakin porous yang mengakibatkan semakin besar daya adsorpsi karbon aktif tersebut (Kurniati, 2008). Pada penelitian ini dilakukan aktivasi menggunakan KOH dan H3PO4 dengan waktu perendaman selam 24 jam.

H3PO4 dan KOH merupakan aktivator asam dan basa yang melarutkan zat-zat pengotor pada arang aktif, sehingga membentuk pori-pori, semakin banyaknya pori-pori yang terbentuk, maka luas permukaan yang dihasilkan juga semakin tinggi dan daya serap arang aktif akan semakin baik (Subibandrio dan Lydia, 2011). Perhitungan dapat dilihat di Lampiran 6 halaman 56-61

4.3 Mutu Fisik Sediaan

4.3.1 Hasil organoleptis sediaan

Hasil pengamatan organoleptis dari semua sediaan krim lulur minyak sawit merah yang dikombinasikan dengan arang aktif dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Data hasil pengamatan organoleptis sediaan No Formula

Penampakan

Warna Bau Konsistensi Pemisahan fase

Keterangan : F1 = arang aktif 1%, F2 =arang aktif 3%, F3 =arang aktif 5%

Hasil organoleptis sediaan krim lulur yang dibuat dengan kombinasi arang aktif memiliki bau yang sama dan tidak ada pemisahan fase dari masing-masing sediaan. Hal tersebut dikarenakan semua formula mengandung miyak sawit merah yang memiliki bau yang khas. Namun terdapat perbedaan warna dari masing masing sediaan, dimana kandungan arang aktif 5% memberikan warna yang lebih gelap dibandingkan dengan sediaan yang mengandung 1% dan 3%.

Hal terebut dikarenakan arang aktif tersebut memiliki warna hitam yang pekat.

Terdapat sedikit perbedaan konsistensi kepadatan sediaan dari masing-masing sediaan, dimana krim lulur yang mengandung arang aktif 5% memiliki konsistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan yang mengandung 1% dan 3%.

Hal tersebut dikarenakan arang aktif yang digunakan berbentuk serbuk padat, sehingga dapat meningkatkan kekentalan serta kepadatan dari sediaan krim lulur.

4.3.2 Hasil homogenitas sediaan

Hasil pengamatan homogenitas dari semua sediaan krim lulur minyak sawit merah yang dikombinasikan dengan arang aktif dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Data hasil pengamatan homogenitas sediaan

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui bahan-bahan sediaan yang dibuat dapat terdistribusi secara merata. Berdasarkan hasil pengamatan homogenitas sediaan krim lulur pada Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen (Ditjen POM, 1979).

4.3.3 Tipe emulsi

Hasil Penentuan tipe emulsi dari semua sediaan krim lulur minyak sawit merah yang dikombinasikan dengan arang aktif pada penelitian ini menggunakan metode pewarnaan dengan metil biru dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Data hasil penentuan tipe emulsi dengan menggunakan metode dibuktikan bahwa sediaan krim lulur yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak

No Formula

-dalam air (m/a) (Ditjen POM, 1985). Tipe emulsi m/a memiliki keuntungan yaitu lebih mudah menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan adanya pencucian serta lebih acceptable karena mudah diaplikasikan ke kulit serta meninggalkan rasa nyaman dibanding krim tipe air dalam minyak (a/m) (Bernatoniene, et al., 2011).

4.3.4 pH sediaan

Hasil pengukuran pH sediaan krim lulur minyak sawit merah dan arang aktif dilakukan dengan menggunakan pH meter. Dari pengukuran yang telah dilakukan diperoleh data pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Data pengukuran pH sediaan selama penyimpanan 12 minggu No Formula

Uji pH bertujuan untuk melihat derajat keasaman suatu sediaan sehigga dapat menjamin sediaan krim lulur memberikan rasa nyaman di kulit pada saat digunakan. Derajat Keasaman (pH) merupakan salah satu indikator penentu kestabilan suatu sediaan. Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan jika pH terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik. Oleh karena itu hendaknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologi kulit yaitu 4,5-8. Hal ini menunjukkan bahwa pH tersebut aman untuk sediaan dan tidak mengiritasi kulit (Iskandar, dkk., 2016).

4.3.5 Viskositas sediaan

Hasil pengukuran viskositas sediaan krim lulur minyak sawit merah dan arang aktif dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Brookfield. Dari pengukuran yang telah dilakukan diperoleh data pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Data pengukuran viskositas sediaan

No Formula Viskositas(cP)

Berdasarkan analisa di atas menunjukkan bahwa semakin besarnya kandungan arang aktif yang ditambahkan ke dalam sediaan, maka nilai viskositas sediaan semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan nilai viskositas dipengaruhi oleh bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sediaan, arang aktif yang merupakan bahan baku dari pembuatan sediaan tersebut yang memiliki sifat fisik yang berupa serbuk padat yang dapat meningkatkan nilai viskositas.

4.3.6 Stabilitas sediaan

Hasil pengamatan stabilitas terhadap sediaan dengan melihat pemisahan fase, warna dan bau secara visual pada suhu kamar selama 12 minggu. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu

No Formula

Keterangan : F1 = arang aktif 1%, F2 = arang aktif 3%, F3 = arang aktif 5%, x = perubahan warna, y = perubahan bau, z = pemisahan fase, - = tidak terjadi perubahan, + : terjadi perubahan

Berdasarkan data pada Tabel 3.7 di atas dapat dilihat bahwa semua sediaan krim lulur tidak mengalami perubahan warna, bau, dan pemisahan pada fase emulsinya. Hal ini menunjukkan bahwa semua sediaan krim lulur stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu.

Sediaan emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami creaming dan inversi. Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana lapisan yang satu mengandung butir-butir tetesan (fase terdispersi) lebih banyak dari pada lapisan yang lain (Martin, dkk., 2009). Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Pada penilitian ini tidak diberikan antioksidan tambahan, dikarenakan minyak sawit merah itu sendiri sudah mengandung karotenoid dan vitamin E sebagai antioksidan alami. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh mikroba, untuk mengatasi kerusakan tersebut dapat dilakukan dengan penambahan pengawet. Pada penilitian ini pengawet yang digunakan adalah metil paraben.

4.4 Uji iritasi pada sukarelawan

Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil uji iritasi kulit terhadap sukarelawan Sukarelawan

Reaksi Iritasi

Kemerahan Gatal Pengkasaran kulit

I - - -

Keterangan: (+) kemerahan, (++) gatal, (+++) pengkasaran kulit, (-) tidak terjadi reaksi

Dari data pada tabel 4.9 menunjukkan tidak ada efek samping berupa kemerahan, gatal dan pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan krim lulur yang dioleskan ke kulit.

Iritasi kulit merupakan cedera kulit secara reversibel, akibat adanya pemaparan secara dermal suatu zat iritan, yang dapat menimbulkan gangguan pada kulit. Iritasi kulit dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti suhu yang ekstrim, paparan deterjen/sabun, produk pembersih dan juga dapat disebabkan oleh basis maupun bahan/zat kimia yang terkandung dalam produk sediaan topikal (Elvarette, 2015).

4.5 Hasil uji kesukaan (Hedonic Test)

Hasil uji kesukaan atau hedonic test yang dilakukan terhadap 30 panelis dilihat pada Tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Hasil rerata uji kesukaan terhadap sediaan

No Formula Rentang nilai Nilai akhir Keterangan

1 F1 1,875-2,525 1,875 (2) kurang suka

2 F2 3,468-4,132 3,468 (3) cukup suka

3 F3 4,579-4,821 4,579 (5) sangat suka

Keterangan : F1 = arang aktif 1%, F2 = arang aktif 3%, F3 = arang aktif 5%.

Uji kesukaan atau hedonic test dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan krim lulur. Pengujian berperan penting dalam pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan formulasi (Ayustaningwarno, 2014).

Berdasarkan data pada tabel 4.10 menunujukkan bahwa krim lulur pada formula ketiga lebih disukai, hal ini disebabkan sediaan krim lulur pada formula ketiga memiliki tekstur yang setengah padat, tidak terlalu lengket dan terasa lembab setelah dipakai, serta arang aktif yang terdapat dalam sediaan memberikan rasa nyaman di kulit pada saat digunakan. Perhitungan diberikan di Lampiran 7 halaman 62.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

a. Minyak sawit merah dapat diformulasi sebagai bahan aktif dalam pembuatan sediaan krim lulur dengan konsentrasi 5%.

b. Arang aktif dari cangkang sawit dapat digunakan sebagai eksfolian pada sediaan krim lulur.

c. Sediaan krim lulur berbasis minyak sawit merah dengan menggunakan arang aktif dari cangkang sawit sebagai eksfolian memiliki stabilitas fisik yang baik setelah dievaluasi mutu fisiknya yang meliputi organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, stabilitas, dan uji iritasi.

5.2 Saran

Diharapkan kepada penelitian selanjutnya untuk melakukan uji klinis terhadap sediaan krim lulur untuk mengetahui efek yang diberikan oleh minyak sawit merah dan arang aktif yang diberikan terhadap sediaan krim lulur, mengingat dalam formula yang digunakan, arang aktif mempunyai kemampuan menyerap minyak sawit merah sebagai bahan aktif.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M.I. (2011). Pemanfaatan Arang Aktif Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Adsorben Zat Warna Pada Biodiesel. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Anonim. (2015). What Can Activated Bamboo Charcoal Soap do for your skin?.

http://www.linkedin.com. Pdf. Diakses Tanggal 29 September 2017.

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat.

Penerjemah: Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press. Halaman 158-164, 357-389.

AOCS. (1993). Official Methods and Recommended Practices of the American Oil Chemists’ Society. AOCS, Champaign, Method Ca 5a-40, Cc 1–25, Cd 12b - 92, Cd 16–81, Ce 16-89.

AOCS (2009). Official Methods and Recommended Practice of the American Oil Chemists’ Society. Method Cd 18-90. Champaign, IL: AOCS.

Ayustaningwarno, F. (2012). Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit Merah pada Industri Pangan. Vitasphere. (2). Halaman. 1-11.

Ayustaningwarno, F. (2014). Teknologi Pangan; Teori Praktis dan Aplikasi.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 1-2.

Bernatoniene, J., Masteikova, R., Davalgiene, J., Peciura, R., Gauryliene, R., Bernatoniene, R.,Majiene, D., Lazauskas, R., Civinskiene, G., Velziene, S., Muselik, J., dan Chalupova, Z. (2011). Topical Apllication Of Calendula officinalis (L.) Formulation and Evaluation of Hydrophilic With Antioxidant Activity. Journal of Medicinal Plants Research. 5(6):

Halaman 868-877.

Budiyanto, S. D., Efendi, Z., dan Janika R. (2010). Perubahan Kandungan β- Karoten, Asam Lemak Bebas dan Bilangan Piroksida Minyak Sawit Merah Selama Pemanasan. Agritech. Vol. 30(2): Halaman 75-79.

Dauqan, E., Halimah, A.S., Aminah, A., Zalifah, M.K. (2011). Effect of Different Vegetable Oils (Red Palm Olein, Palm Olein, Corn Oil and coconut Oil) on Lipid Profile in Rat. Food and Nutrition Sciences. (2): Halaman 253-258.

Desnelli dan Fanani, Z. (2009). Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Stearat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa Sawit, serta Tanpa Medium.

Jurnal Penelitian Sains. Vol 2(1) (C): Halaman 1-5.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 32-36, 399.

Elvarette L.A. (2015). Uji Iritasi Akut Dermal Losio Minyak Rosmarini (Rosmarinus officinalis L.) pada Kelinci Albino (Oryctolgus cuniculus).

Skripsi. Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Fathurrahman. (2013). Perbandingan Komposisi Asam Lemak Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacg) Hasil Transformasi Genentik. Jurnal Agroteknologi. Vol 3(2): Halaman 11-13.

Freitas, J.V., Praca, F.S.G., Bentley, M.V.L.B., Gaspar, L.R. (2015) Transresveratol and Beta-carotene from Sunscreen Penetrate Viable Skin Layers and Reduce Cutaneous Penetration of UV-filters. International Journal of Pharmaceutics. 484 (20). Halaman 131-137.

Goh, S.H., Choo., Y.M. dan Ong, S.H. (1985). Minor Constituent of Palm Oil.

JAOCS. 62 : 237-240.

Hartanto, Singgih dan Ratnawati. (2010). Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa Sawit dengan Metode Aktivasi Kimia. Jurnal Sains Materi Indonesia. Vol 12(1): Halaman 12-16.

Iskandar, B., Karsono., dan Silalahi, J., (2016). Preparation of Spray Nanoemulsi and Cream Containing Vitamin E as Anti-Aging Product Tasted in Vitro and in Vivo Method. International Journal of PharmTech Research. Vol.

9(6), pp 307-315.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi I.

Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 250.

Khuluk, R.H. (2016). Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa (Cocous nucifera L.) Sebagai Adsorben Zat Warna Metilen Biru.

Skripsi. Universitas Lampung.

Kurniati, E. (2008). Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Arang Aktif.

Jurnal Penelitian Ilmu Teknik. Vol.8(2): Halaman 96-103.

Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A. (2009). Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 1095 - 1096.

Mistry, N (2017). Guidelines for Formulating Anti-Pollution Product.

www.mdpi.com/journal/cosmetics. Diakses pada tanggal 22 Mei 2018.

Mora, E., Emrizal., dan Selpas, N. (2013). Isolasi dan Karakterisasi Asam Oleat dari Kulit Buah Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.). Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 1(2): Halaman 47 - 51.

National Health Surveillance Agency. (2005). Cosmetic Products Stability.

Guide Brazil: ANVISA. Halaman 19.

Ooi, C.K, Choo, Y.M, Yap, S.C; Basiron, Y. dan Ong, A.S. H. (1994). Recovery of Carotenoids from Palm Oil. Journal of American Oil Chemical Society.

71: 423-42.

Packianathan, N., dan Kandasamy, R. (2010). Skin Care with Herbal Exfoliants.

Functional Plant Science and Biotecnology 5, 94-97. Global Science Books.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18th edition. London:

Bailierre Tindall: Halaman 22, 35.

Rita. I. (2011). Proses Emulsifikasi dan Analisis Biaya Produksi Minuman Emulsi Minyak Sawit Merah. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Rowe, R., Paul, S., dan Marian, Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Keenam. Great Britain: Pharmaceutical Press. Halaman 155-156, 283-284, 441-442, 592-593, 679-680 dan 697-698.

Sahara, E., Dahliani, N.K., dan Mauaba, I.B.P. (2017). Pembuatan dan Karakterisasi Arang Aktif dari Batang Tanaman Gumitir (Tagetes ereca) dengan Aktivator NaOH. Jurnal Kimia 11 (2): Halaman 174-178.

Sari, N.R., dan Setyowati, E. (2014). Pengaruh Masker Jagung dan Minyak Zaitun Terhadap Perawatan Kulit Wajah. Journal of Beauty and Beauty Health Education 3 (1): Halaman 6.

Siahaan, D., dan Sinaga, A.G.S. (2018). Proses Pengolahan Buah Kelapa Sawit untuk Menghasilkan Ekstrak Minyak Kelapa Sawit Alami Murni dengan Kandungan Nutrisi Tinggi. Indonesia Patent S00201800304.

Sinaga, A.G.S., dan Siahaan, D. (2015). Pengaruh Kandungan Minor dari Minyak Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Aktivitas Antioksidan pada Proses Pemurnian Karotenoid. Parm Sci Res ISSN 2407-2354.

Vol.2(3).

SNI, (1995). Arang Aktif Teknis. SNI 06-3730-1995. Jakarta : Dewan Standarisasi Nasional.

,

Soekarto, S.T. (1981). Penilaian Organoleptik Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Bogor: IPB Press. Halaman 355.

Subadra, I, Setiaji, B dan Tahir, I (2005). Activated Carbon Production from Coconut Shell With (NH4)HCO3 Activator As An Adsorbent in Virgin Coconut Oil Purification. Prosiding Seminar Nasional DIES ke 50 FMIPA UGM: Halaman 1-9.

Sudibandrio, M., dan Lydia. (2011). Karakteristik Luas Permukaan Karbon Aktif dari Ampas Tebu dengan Aktivasi Kimia. Jurnal Teknik Kimia Indonesia.

Vol.10(3): Halaman 149-156.

Suhendra, D. dan E. R. Gunawan. 2010. Pembuatan Arang Aktif dari Batang Jagung Menggunakan Aktivator Asam Sulfat dan Penggunaannya pada Penyerapan Ion Tembaga (II). Makara, Sains. Vol.14(1). Universitas Mataram.

Sumarna, D. (2014). Studi Metode Pengolahan Minyak Sawit Merah (Red Palm Oil) dari Crude Palm Oil (CPO). Prosiding Seminar Nasional Kimia HKI-Kaltim.

Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Halaman 23, 32.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 7, 21.

Ulfa, M, Khairi, N., dan Maryam, F. (2016). Formulasi dan Evaluasi Fisik Krim Body scrub dari Ekstrak Teh Hitam (Camellia sinensis), Variasi Konsentrasi Emulgator Span-Tween 60. JF FIK UINAM. Vol.4(4).:

Halaman 179-185.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 110 - 125.

Wirakusumah, E. (2007). Cantik Awet Muda dengan Buah Sayur dan Herbal.

Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 59.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills & Boon Limited.

Halaman 51.

Yuliasari, S., dan Hamdan. (2012). Karakterisasi Nanoemulsi Minyak Sawit Merah yang Disiapkan dengan High Pressure Homogenizer. Prosiding InsInas: Halaman 25-26.

Yuliasari, S., Fardiaz. D., Andarwulan. N., dan Yuliani. S. (2014). Karakteristik Nanoemulsi Minyak Sawit Merah yang Diperkaya Beta Karoten. Jurnal Littri. Vol.20(3): Halaman 111-121.

Yuliusman. (2016). Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa Melalui Aktifasi Kimia dengan KOH dan Fisika dengan CO2. Seminar Nasional Teknik Kimia Soebardjo Brotohardjono XII: Halaman 1-2.

Lampiran 1. Gambar alat dan bahan

a. Gambar Gas Chromathography Mass Spectrometry (GCMS)

b. Gambar spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1700)

c. Gambar pH meter (Eco Testr)

Lampiran 1 (Lanjutan)

d. Gambar furnace (Nabertherm)

e. Gambar viskometer (Brookfield)

f. Gambar minyak sawit merah

Lampiran 2. Gambar sediaan dan pengujian sediaan

a. Gambar sediaan lulur

b. Gambar pengujian homogenitas sediaan

]

c. Gambar pengujian tipe emulsi sediaan dengan metilen biru

Blanko

F1

F2 F3

Blanko

Blanko F1

F1

F2 F2

F3 F3

Lampiran 2. (Lanjutan)

d. Gambar pengujian pH sediaan

e. Gambar pengujian iritasi pada bagian belakang telinga

Lampiran 3. Gambar arang aktif dan pengujian karakteristik arang aktif

a. Gambar arang aktif

a. Gambar pengujian kadar air

b. Gambar pengujian kadar abu

c. Gambar pengujian pH arang aktif

Lampiran 4. Bagan alir pembuatan arang aktif dari cangkang sawit

Pembuatan Arang

Ditimbang

Dibakar di furnace pada suhu 5500C (1 jam)

Digiling dicawan porselen Diayak dengan ayakan 60 mesh

Pengaktifan Arang

Direndam dalam larutan aktivator kimia (24 Jam)

Disaring dengan kertas saring Dicuci dengan akuades pH 7 Disaring dengan kertas saring

Dikeringkan dalam oven pada suhu 1100C selama 1 jam

Cangkang sawit

Arang cangkang sawit

Sampel arang

Sampel arang

Arang

Arang aktif

Lampiran 5. Pembuatan sediaan krim lulur berbasis minyak sawit merah dengan

dipanaskan yang telah berisi

terlebih dahulu massa 1

Digerus homogen

Bahan (Asam stearat, setil alkohol, sorbitol, propilen glikol, TEA, metil paraben, minyak sawit merah, arang aktif, akuades)

Fase air yang sudah

Campuran massa 1 dan massa 2 (dasar lulur)

Sediaan lulur berbasis minyak sawit merah dan arang aktif

Campuran dasar lulur berbasis minyak sawit merah

Lampiran 6. Hasil karakterisasi arang aktif

Lampiran 6. Hasil karakterisasi arang aktif

Dokumen terkait