• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

4. Penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (D2)

3.7. Uji Kualitas Data

Uji kualitas data diperlukan agar kita mengetahui bahwa instrumen yang kita buat untuk mengukur konsep dalam penelitian terbukti akurat untuk mengukur variabel. Uji kualitas data pada penelitian ini menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

Uji validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen untuk mengukur apa yang ingin diukur.42 Uji validitas dilakukan kepada 30 orang responden lalu diuji validitasnya dengan Bivariate Pearson dalam program SPSS. Dari output SPSS dapat diketahui nilai korelasi antara skor item dengan skor total yang nilainya akan dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel dicari pada signifikansi 0,05 atau 5% dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 30 adalah 0,361. Dikatakan valid apabila diperoleh r hitung > dari r tabel (0,361).

Setelah dilakukan uji validitas maka pengukuran lain yang juga digunakan untuk menguji kualitas data adalah reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini adalah cronbach’s alpha. Menurut Uma Sekaran43 hasil uji reliabilitas dianggap baik jika :

• Cronbach’s alpha < 0,6 : reliabilitas buruk • Cronbach’s alpha 0,6 – 0,79 : reliabilitas diterima • Cronbach;s alpha 0,8 – 1 : reliabilitas baik

Cronbach’s alpha adalah koefisien keandalan yang menunjukan seberapa baik item dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Semakin dekat nilai cronbach’s alpha dengan nilai 1 maka semakin tinggi keandalan konsistensi internal.44

Jika pada uji kualitas data diperoleh taraf signifikansi 0,05 artinya instrumen yang digunakan valid dan apabila diperoleh nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6 atau bahkan makin mendekati 1 maka dapat dikatakan instrumen yang digunakan reliabel.

42 Priyatno, D.2009. Mandiri Belajar SPSS.Mediakom. Jakarta.h. 16

43 Sekaran,U. 2003. Research Method for Business : A Skill Building Approach. Willey,J & Sons, Inc. USA.

3.7.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

3.7.1.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kompetensi Perawat Melalui tabel 9 dapat terlihat bahwa dari 25 pernyataan untuk kompetensi perawat didapatkan hanya 22 butir pernyataan yang valid.

Tabel 9 . Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Perawat

VARIABEL X1 KOEFISIEN KORELASI Sig VALIDITAS X1.1 0,509 0,004 Valid X1.2 0,464 0,010 Valid X1.3 0,574 0,001 Valid X1.4 0,650 0,000 Valid X1.5 0,388 0,034 Valid X1.6 0,633 0,000 Valid X1.7 0,584 0,001 Valid X1.8 0,342 0,064 Tidak valid X1.9 0,529 0,003 Valid X1.10 0,485 0,007 Valid X1.11 0,662 0,000 Valid X1.12 0,658 0,000 Valid X1.13 0,650 0,000 Valid X1.14 0,647 0,000 Valid X1.15 0,521 0,003 Valid X1.16 0,276 0,319 Tidak valid X1.17 0,609 0,000 Valid X1.18 0,603 0,000 Valid X1.19 0,649 0,000 Valid X1.20 0,703 0,000 Valid X1.21 0,506 0,004 Valid X1.22 0,543 0,002 Valid X1.23 0,510 0,004 Valid X1.24 0,554 0,001 Valid X1.25 0,190 0,314 Tidak valid

Berdasarkan tabel pada lampiran 3 diperoleh bahwa output uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar 0,845. Karena nilai alpha cronbach’s

yang diperoleh lebih besar daripada 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian tersebut reliabel.

3.7.1.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja Perawat Tabel 10 memperlihatkan hasil uji validitas dari variabel kinerja perawat. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa terdapat 21 butir pernyataan yang valid dari 30 pernyataan yang ada.

Tabel 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja Perawat

VARIABEL Y KOEFISIEN KORELASI Sig VALIDITAS Y.1 0,668 0,000 Valid Y.2 0,658 0,000 Valid Y.3 0,684 0,000 Valid Y.4 0,636 0,000 Valid

Y.5 0,336 0,070 Tidak valid

Y.6 0,409 0,025 Valid Y.7 0,500 0,005 Valid Y.8 0,612 0,000 Valid Y.9 0,491 0,006 Valid Y.10 0,734 0,000 Valid Y.11 0,724 0,000 Valid Y.12 0,698 0,000 Valid Y.13 0,754 0,000 Valid

Y.14 -0,052 0,785 Tidak valid

Y.15 0,157 0,406 Tidak valid

Y.16 0,310 0,096 Tidak valid

Y.17 0,629 0,000 Valid

Y.18 0,767 0,000 Valid

Y.19 0,658 0,000 Valid

Y.20 0,040 0,832 Tidak valid

Y.21 0,086 0,652 Tidak valid

Y.22 0,171 0,366 Tidak valid

Y.23 0,666 0,000 Valid

Y.25 0,538 0,002 Valid

Y.26 0,616 0,000 Valid

Y.27 0,604 0,000 Valid

Y.28 0,283 0,130 Tidak valid

Y.29 0,255 0,173 Tidak valid

Y.30 0,416 0,022 Valid

Berdasarkan tabel pada lampiran 4, diperoleh bahwa output uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar 0,951. Karena nilai alpha cronbach’s yang diperoleh lebih besar daripada 0,6 dan nilai alpha cronbach’s untuk tiap-tiap pernyataan kinerja lebih besar dari 0,6 maka dapat diambil kesimpulan bahwa alat ukur yaitu pernyataan-pernyataan untuk kinerja adalah reliabel.

3.7.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel kompetensi perawat, jenis kelamin perawat, kondisi pasien dan penerapan MPKP. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Inflation Factor (VIF) pada model regresi. Jika nilai VIF lebih besar dari 5, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut memiliki multikolinearitas.

Dalam penelitian ini variabel yang diteliti tidak ditemukan multikolinearitas, hal ini berdasarkan tabel 11 dimana nilai VIF untuk variabel-variabel tersebut tidak lebih dari 5.

Tabel 11. Nilai VIF Untuk Variabel Independen

Variabel VIF

Kompetensi perawat (X1) 1.146

Jenis kelamin perawat (X2) 1.134

Kondisi Pasien (X3) 1.073

Penerapan MPKP (X4) 1.193

Sumber : lampiran 8

3.7.3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari satu residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual tetap maka dapat dikatakan terjadi heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas.

Jika hasil analisis adalah suatu pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ditemukan pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka dikatakan terjadi homokedastisitas.

Gambar 5 memperlihatkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas.

Gambar 5 . Uji Heterokedastisitas 3.7.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun menurut waktu. Untuk mendeteksi ada nya autokorelasi maka dilakukan pengujian Watson. Adapun nilai uji Durbin-Watson berkisar antara 1<DW<3. Bila nilai Durbin-Durbin-Watson lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 maka terjadi autokorelasi.45 Berdasarkan hasil analisis, nilai Durbin-Watson diperoleh sebesar 2,299 yang berarti tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian Durbin-Watson juga bisa ditentukan dengan cara sebagai berikut :

• Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka H0 ditolak yang artinya terdapat autokorelasi.

• Jika d terletak antara dU dan (4-dU) maka H0 diterima artinya tidak terdapat autokorelasi

• Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (40dL) maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Dalam kasus seperti ini hasil masih dianggap tidak terjadi autokorelasi dan analisis regresi masih dapat dipergunakan.

Berdasarkan tabel Durbin Watson dengan taraf signifikansi 0,05 untuk n = 60 dan k = 4 diperoleh nilai dL = 1,444 dan dU = 1,727. Hasil analisis regresi diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 2,299 yang berada dalam rentang (4-dU) dan (4-dL) yang artinya tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (daerah keragu-raguan).

Kesimpulannya adalah dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi maka analisis regresinya dapat dipergunakan.

Dokumen terkait