• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

METODOLOGI PENELITIAN

5. Uji Penyerapan Air Agregat Halus

3.7 Perawatan Benda Uji

3.8.1 Uji Kuat Tekan

Sifat kuat tekan penting untuk diketahui, sebab dari sifat kuat tekan dapat diketahui atau diperkirakan kepadatan sehingga dapat digunakan sesuai dengan kegunaannya. Untuk mengetahui mutu dan klasifikasinya dilakukan pengujian kuat tekan terhadap mortar yang akan diambil datanya.

Adapun langkah kerja dalam pengujian kuat tekan menurut SNI – 03-6825-2002 adalah sebagai berikut :

a) Ambil benda uji dari bak perendaman, lalu lap dengan kain lembap dan simpan di tempat ruang yang bersuhu normal sehari sebelum pengujian dimulai agar benda uji kering.

b) Ukur dimensi benda uji dan tentukan bidang tekan pada permukaan yang paling halus, tandai dan timbang beratnya.

Gambar 3.9 Penimbangan Benda Uji

c) Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris, lalu jalankan mesin penekan dengan kecepatan pembebanan antara 2 kg/cm2 sampai 4 kg/cm2 per detik.

62

REZA FAHRUROZI, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TUMBUHAN SISAL (AGAVE SISALANA) TERHADAP SIFAT MEKANIS MORTAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.10 Pengujian Tekan Mortar

d) Catat beban maksimum, kemudian hitung kekuatan tekannya.

Gambar 3.11 Bacaan Beban Maksimum

Kuat tekan dihitung berdasarkan besarnya tekanan dibagi dengan luas permukaan tekan, yang dirumuskan dengan :

f’c = 𝑷 𝒙

𝑨 dimana :

f1c = kuat tekan mortar (kg/cm2)

Pmax = beban maksimum yang diterima mortar (kg) A = luas bidang tekan (cm2)

63

REZA FAHRUROZI, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TUMBUHAN SISAL (AGAVE SISALANA) TERHADAP SIFAT MEKANIS MORTAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.8.2 Uji Kuat Belah (Splitting)

Metode pengujian ini mencakup cara penentuan kuat tarik belah benda uji yang dicetak berbentuk silinder. Pengujian kuat tarik belah digunakan untuk mengevaluasi ketahanan geser dari komponen struktur yang terbuat dari beton yang menggunakan agrerat ringan.

Adapun langkah kerja dalam pengujian kuat belah (splitting) menurut SNI 03-2491-2002 adalah sebagai berikut :

a) Pemberian tanda pada benda uji

Tarik garis tengah pada setiap sisi ujung silinder benda uji dengan mempergunakan peralatan bantu yang sesuai hingga dapat memastikan bahwa kedua garis tengah tadi berada dalam bidang aksial yang sama.

Gambar 3.12 Pemberian Tanda b) Pengukuran

Tentukan diameter benda uji dengan ketelitian sampai 0.25 mm yang merupakan harga rata – rata dari tiga kali pengukuran diameter pada kedua ujung dan bagian tengah benda uji; pengukuran dilakukan pada garis tanda yang dibuat pada benda uji (lihat sub pasal 5.1). tentukan panjang benda uji dengan ketelitian hingga 2.5 mm yang merupakan

64

REZA FAHRUROZI, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TUMBUHAN SISAL (AGAVE SISALANA) TERHADAP SIFAT MEKANIS MORTAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harga rata – rata dari paling sedikit dua buah pengukuran pada bidang yang diberi tanda garis pada kedua ujung benda uji.

c) Perletakan benda uji pada posisi uji dengan berpedoman pada tanda garis tengah pada kedua ujung

Gambar 3.13 Proses Meletakkan Benda Uji Pada Mesin Tekan

d) Pemberian beban dilakukan secara menerus tanpa sentakkan dengan kecepatan pembebanan konstan yang berkisar antara 0,7 hingga 1,4 MPa per menit sampai benda uji hancur. Kecepatan pembebanan untuk benda uji berbentuk silinder dengan ukuran panjang 200 mm dan diameter 100 mm berkisar antara 50 sampai 100 kN per menit.

Gambar 3.14 Pengujian Splitting Mortar

65

REZA FAHRUROZI, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TUMBUHAN SISAL (AGAVE SISALANA) TERHADAP SIFAT MEKANIS MORTAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Fct = πŸπ‘·

𝝅𝑳𝑫

Dengan pengertian :

Fct = kuat tarik – belah dalam MPa

P = beban uji maksimum (beban belah / hancur) dalam newton (N) yang ditunjukkan mesin uji tekan

L = panjang benda uji dalam milimeter (mm) D = diameter benda uji dalam millimeter (mm) 3.8.3 Uji Kuat Lentur

Metode pengujian kuat lentur mortar dengan balok uji sederhana yang dibebani terpusat langsung ini dimaksudkan sebagai acuan pegangan dalam melaksanakan uji kuat lentur di laboratorium.

Adapun langkah kerja dalam pengujian kuat lentur menurut ASTM C.78 dan ASTM C.293 adalah sebagai berikut:

a) Balok uji diletakkan simetris di atas kedua blok tumpuan dengan kedua sisi samping bidang bekas cetakkan sebagai bidang atas dan bidang bawah.

66

REZA FAHRUROZI, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TUMBUHAN SISAL (AGAVE SISALANA) TERHADAP SIFAT MEKANIS MORTAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Blok beban diletakkan tepat di tengah-tengah antara kedua blok tumpuan pada posisi sejajar.

Gambar 3.16 Peletakan Blok Beban

c) Blok beban diturunkan perlahan-lahan sampai menempel pada bidang atas balok, dan memberikan beban sampai beban maksimum yang diperkirakan dapat dicapai.

d) Celah-celah antara pcrmukaan balok uji dengan perrnukaan blok beban dan blok-blok tumpuan diamati dan diukur dengan alat peraba, bila terdapat celah yang lebih besar dari 0,38 mm maka pada bagian tersebut balok uji harus digerinda atau diratakan dengan cara diberi kaping.

Gambar 3.17 Celah Retak Awal/Perlemahan

e) Pada pembebanan sampai mencapai Β± 50 % dari beban maksimum yang diperkirakan, kecepatan pembebanan boleh lebih cepat dari 6 kN.

67

REZA FAHRUROZI, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TUMBUHAN SISAL (AGAVE SISALANA) TERHADAP SIFAT MEKANIS MORTAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesudah itu, sampai terjadi keruntuhan balok uji, kecepatan pembebanan harus diatur antara 4,3 kN sarnpai 6 kN per menit.

Gambar 3.18 Portable Logger

f) Hitung kuat lentur dari benda uji dengan rumus sebagai berikut : flt = 𝑷

π’‰πŸ

Keterangan :

Flt = kuat lentur dalam MPa

P = beban maksimum yang mengakibatkan keruntuhan balok uji, dalam newton.

l = panjang bentang diantara kedua balok tumpuan, dalam mm b = lebar balok rata-rata pada penampang runtuh, dalam mm h = tinggi balok rata-rata pada penampang runtuh, dalam mm. 3.9 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah pengujian selesai dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan serat sisal (Agave Sisalana) pada sifat mekanis mortar. Nilai dari parameter-parameter sifat mekanis diambil dari rata-rata jumlah

68

REZA FAHRUROZI, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TUMBUHAN SISAL (AGAVE SISALANA) TERHADAP SIFAT MEKANIS MORTAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

benda uji, kemudian hasilnya dibuat dalam bentuk tabel dan suatu grafik hubungan untuk memudahkan dalam melakukan analisis maupun pembahasan serta pengambilan kesimpulan.

Berdasarkan data-data yang diperoleh, setelah dibuat tabel, maka dapat dibuat kurva atau grafik hubungan antara :

1. Nilai tekan rata-rata dengan variasi sisal dan variasi umur; 2. Nilai splitting (kuat belah) rata-rata dengan variasi sisal; 3. Nilai kuat lentur rata-rata dengan variasi sisal;

REZA FAHRUROZI, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TUMBUHAN SISAL (AGAVE SISALANA) TERHADAP SIFAT MEKANIS MORTAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Mengacu pada hasil yang diperoleh dari penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penambahan serat sisal pada mortar berpengaruh pada menurunnya kuat tekan, tetapi meningkatkan kuat belah (splitting) serta kuat lenturnya. Kuat belah (splitting) yang paling tinggi didapat pada penambahan serat sebanyak 5% dengan nilai splitting rata-rata 1.032 MPa, naik 24.94% dari nilai splitting rata-rata mortar tanpa serat yaitu sebesar 0.826 MPa. Sedangkan untuk kuat lentur paling optimal (dalam batasan 1-5%) didapatkan pada penambahan 5% sisal dengan nilai kuat lentur sebesar 2.664 MPa, naik 232.584% dari mortar normal tanpa serat.

5.2 Saran

Dari proses dalam penyusunan Tugas Akhir ini, ada beberapa saran yang ingin dikemukakan, yang diharapkan dapat berguna bagi perkembangan penelitian selanjutya, diantaranya :

1. Dalam penelitian ini hanya menggunakan persentase penambahan serat sisal sebesar 1%, 3%, 5% dari berat mortar, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan persentase penambahan serat sisal yang lebih bervariasi.

2. Pada penelitian ini nilai kuat tarik sisal hanya mengacu pada hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, oleh karena itu perlu dilakukan

94

REZA FAHRUROZI, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TUMBUHAN SISAL (AGAVE SISALANA) TERHADAP SIFAT MEKANIS MORTAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengujian kuat tarik sisal sendiri supaya didapat data yang bisa dijadikan pembanding dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut. 3. Mengingat sifat dari serat alami/organik yang dapat membusuk apabila

bereaksi dengan air, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai zat atau senyawa yang dapat melindungi serat alami dari pembusukan.

4. Pada saat pencampuran dan pencetakan, distribusi serat sisal harap diperhatikan dengan seksama agar merata pada setiap benda uji yang dibuat. 5. Perlu diperhatikan pada saat pencampuran, adukan mortar harus homogen

dan pemadatan yang harus merata pada saat pemasukkan adukan kedalam cetakan.

6. Walaupun pada penelitian ini terbukti bahwa penambahan serat sisal dapat mengurangi kelemahan mortar, namun mortar dengan penambahan serat ini tidak cocok untuk diaplikasikan di daerah-daerah yang memiliki kelembaban tinggi seperti di domisili penulis berada yaitu di Kota Bandung.

REZA FAHRUROZI, 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TUMBUHAN SISAL (AGAVE SISALANA) TERHADAP SIFAT MEKANIS MORTAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abe, K., Iwamoto, S., Yano, H. 2007. β€œObtaining Cellulose Nanofibers with a Uniform Width of 15 nm from Wood”. Biomacromolecules 8:3276-3278.

Biro Pusat Statistik. 2011. β€œStatistik Indonesia”. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Bisanda E.T.N., Ansell M.P. 1991. β€œThe Effect of Silane Treatment on the

Mechanical and Physical Properties of Sisal-Epoxy Composites”. Composites Science and Technology. No. 41. pp.165-178.

Cement and Concrete Institute. 2010. β€œFibre Reinforced Concrete”. Leaflet.

Published by the Cement & Concrete Institute, Midrand.

Chatveera Burachat, Nimityongskul Pichai. 1994. β€œSisal Fiber-Mortar Composites”. Journal. Department of Civil Engineering. Thammasat

University, Thailand.

Chand N., Hashmi S.A.R. 1993. β€œMechanical Properties of Sisal Fibre at Elevated Temperatures”. Journal of Materials Science. No. 28. pp.6724 -6728.

Chand N., Satyanarayana K.G., Rohatgi P.K.1986. β€œMechanical Characteristics of Sunhemp Fibres”. Indian Journal of Textile Research. No. 11. pp.86-89.

96

Dransfield, S., Widjaja, E.A. 1995. β€œPlant Resources of South-East Asia No.7. Bamboos”. Backhuys Publishers, Leiden. 189pp.

Kementerian Pertanian. 2011. β€œStatistik Perkebunan 2009-2011”. Kementerian Pertanian, Jakarta.

Kusumastuti Adhi. 2009. β€œAplikasi Serat Sisal Sebagai Komposit Polimer”. Jurnal

Kompetensi Teknik. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Mohanty, A.K., Misra, M., Drzal, L.T. 2002. β€œSustainable Bio-composites from Renewable Resources: Opportunities and Challenges in the Green Materials World”. Journal Polymers and the Environment, 10 (1/2): 19-26.

Mukhopadhyay S., Srikanta R. 2008. β€œEffect of ageing of sisal fibres on properties of sisal – Polypropylene composites”. Polymer Degradation and Stability. No. 93. pp. 2048–2051.

Mulyati Sri, Dahlan Dahyunir, Adril Elvis. β€œPengaruh Persen Massa Hasil Pembakaran Serbuk Kayu dan Ampas Tebu Pada Mortar Terhadap Sifat Mekanik dan Sifat Fisisnya”. Jurnal. Laboratorium Material dan Struktur, FMIPA UNAND.

Murherjee P.S., Satyanarayana K.G.1984. β€œStructure and properties of some vegetable fibres, part 1”. Sisal fibre. Journal of Materials Science. No. 19.

97

Nishino, T. 2004. β€œNatural Fiber Sources. In: Baillie (Ed.): Green Composites: Polymer Composites and the Environment”. Woodhead Publishing Ltd. pp.

49-80.

Palamba Amy Dwi. 2006. β€œPerancangan dan Pembuatan Mesin Dekortikator Daun Sisal Berkapasitas 7,5 Kg/Jam”. Tugas Akhir. Universitas Kristen

Petra, Surabaya.

Sastrosupadi, A., Sudjindro, Hariyono, B., Nurheru, Santoso, B., Tirtosuprobo, S.,

Bahagio, S. 2004. β€œKonservasi Sumber Daya Lahan dengan Tanaman Sisal (Agave sisalana Perrine) di Bendungan Karangkates Malang”. Laporan

Proyek. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Badan Litbang Pertanian. 36 pp.

Sudjindro. 2007. β€œPeluang dan Tantangan Pemanfaatan Tanaman Serat Alam sebagai Bahan Baku Tekstil di Indonesia”. Prosiding Lokakarya Nasional

Kapas dan Rami. Pusat Litbang Perkebunan. pp. 157-166.

Wirajaya Ahmad. 2007. β€œKarakteristik Komposit Sandwich Serat Alami Sebagai Absorber Suara”. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/15/tentang-sisal-jute-dan-damar/

http://id.wikipedia.org/wiki/Beton

98

Dokumen terkait