• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Linearitas

Dalam dokumen T1 802012121 Full text (Halaman 28-36)

UJI ASUMSI

2. Uji Linearitas

Dari hasil uji linearitas menunjukkan tidak adanya hubungan linear antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah dengan deviation from linearity sebesar 0,000 (p< 0,05).

Uji Korelasi

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang dieroleh tidak berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian tidak linear maka, uji korelasi dilakukan dengan menggunakan statistik non-parametrik. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman Rho. Lihat tabel 4

Tabel 4.Hasil Uji Korelasi antara Perbandingan Sosial dengan Kepuasan Hidup

Hasil dari uji korelasi menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang, r = - 0,558 dengan

p< 0,05. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan adanya korelasi negatif antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang. Korelasi antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup yaitu r = - 0,558 yang berada pada kisaran 0,3-0,69 dimana korelasi yang berada di kisaran 0,3-0,69 berada pada kategori sedang (Jackson, 2006). Sehingga dapat dikatakan perbandingan sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah di SMA Negeri 1 Tuntang memiliki korelasi yang sedang.

PERBANDINGAN

_SOSIAL KEPUASAN_HIDUP Spearman's rho PERBANDINGAN_SOSIAL Correlation Coefficient 1.000 -.558**

Sig. (1-tailed) . .000

N 100 100

KEPUASAN_HIDUP Correlation Coefficient -.558** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 100 100

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah, ditemukan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup pada remaja tengah. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi memiliki r = -0,558 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti kedua variabel yaitu perbandingan sosial dengan kepuasan hidup memiliki hubungan negatif yang signifikan. Artinya semakin tinggi perbandingan sosial yang dilakukan oleh remaja maka, semakin rendah kepuasan hidupnya begitu pula sebaliknya, semakin rendah perbandingan sosial yang dilakukan oleh remaja maka semakin tinggi kepuasan hidupnya

Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Buunk dkk (2004) bahwa ada korelasi negatif antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup, jika seseorang melakukan perbandingan sosial dengan melihat orang yang lebih dari dirinya (upward comparison) hasil penelitian menemukan korelasi negatif yang signifikan sebesar -0,22 dengan p<0,01. Sama halnya ketika seseorang melakukan perbandingan sosial dengan melihat orang yang tidak lebih darinya (downward comparison) juga memiliki korelasi yang negatif yang signifikan sebesar -0,14 dengan p< 0,01. Artinya entah seseorang itu melakukan perbandingan upward maupun

downward, perbandingan sosial yang dilakukanoleh seseorang memiliki korelasi yang negatif terhadap kepuasan hidupnya yaitu, jika seseorang memiliki perbandingan sosial yang tinggi maka kepuasan hidupnya juga akan rendah begitu pula sebaliknya jika perbandingan sosial seseorang rendah maka kepuasan hidupnya akan tinggi.

Perbandingan sosial merupakan salah satu sumber untuk mengetahui informasi tentang diri kita sendiri. Informasi ini dibutuhkan oleh seseorang untuk mengevaluasi pendapat dan

kemampuan mereka dengan orang lain. Gibbon dan Buunk (1999) mengatakan bahwa seseorang biasanya cenderung dipengaruhi oleh standar ideal yang berlaku dalam lingkungannya.Rogers (Feist & Feist, 2010) mengatakan bahwa seseorang memiliki ideal self dan real self, jika real self atau dengan kata lain semua aspek yang ada pada dirinya berbeda dengan standar atau apa yang diharapkan dalam lingkungan sosial, hal ini akan menimbulkan konflik antara real self dan ideal self yang menciptakan gap antar keduanya. Jika, gap antara real self dan ideal selfsangat jauh maka, hal ini akan mempengaruhi kepuasan hidup seseorang. Untuk mengetahui seseorang apakah dirinya sudah sesuai dengan standar atau harapan dalam lingkungan sosial seseorang biasanya melakukan perbandingan sosial, untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa perbandingan sosial yang dilakukan oleh seseorang entah itu dia melihat orang lain yang lebih dari dirinya maupun tidak lebih dari dirinya, keduanya akan mempengaruhi kepuasan hidupnya.

Ketika seseorang melakukan perbandingan sosial dengan orang lain yang lebih dari dirinya (upward comparison) mengenai kemampuannya, akan mempengaruhi kepuasan hidupnya, karena perbandingan yang dilakukannya tersebut memberikan informasi yang dapat menimbulkan rasa kompetisi atau persaingan dalam dirinya sendiri hingga menjadi sebuah tekanan bagi orang tersebut dan menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang dapat mengurangi kenikmatan serta rasa puas dalam hidupnya. Dan jika seseorang melakukan perbandingan sosial dengan seseorang yang tidak lebih dari dirinya (downward comparison) juga akan mempengaruhi kepuasan hidupnya karena hal ini akan membangkitkan rasa cemas dan takut jika dirinya akan memiliki nasib yang sama dengan orang yang dia lihat yang berada di bawah dirinya.

Namun, hal ini berbeda dengan yang dikatakan oleh Wills (1980) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kesejahteraan dalam hidupnya yang menurun, dengan membandingkan dirinya melihat orang yang tidak lebih dari dirinya (downward comparison) dapat menjadi salah satu cara untuk menaikkan atau meningkatkan citra dirinya. Buunk dan Ybema (1997) mengatakan bahwa upward dan downward comparison akan menghasilkan perbandingan yang positif ataupun negatif jika seseorang juga menafsirkannya dengan cara yang positif atau dengan cara yang negatif, tergantung bagaimana seseorang tersebut mengidentifikasi diri mereka dengan objek pembanding. Namun, kebanyakan orang melakukan perbandingan dengan melihat orang yang tidak lebih dari dirinya dengan fokus melihat perbedaan yang ada pada dirinya dengan orang lain (Van der Zee, Buunk, Sanderman, Botke, & Van den Bergh, 2000).

Jika seseorang melakukan perbandingan dengan melihat orang yang tidak lebih dari dirinya, seseorang tersebut akan merasa superioritas, sedangkan jika seseorang melakukan perbandingan ke atas maka ia akan merasa rendah diri. Oleh karena itu orang-orang lebih memilih untuk melakukan perbandingan dengan melihat orang yang berada di bawahnya daripada melakukan perbandingan dengan melihat orang yang berada jauh di atasnya. Namun, ketika seseorang melakukan perbandingan dengan fokus pada kesamaan antara dirinya dan orang lain mereka akan lebih termotivasi untuk melakukan perbandingan dengan melihat orang yang berada di atasnya daripada melakukan perbandingan dengan orang yang berada di bawahnya. Karena hal ini dapat membuat harapan seseorang menjadi naik di masa depannya, sedangkan ketika seseorang melakukan perbandingan dengan melihat seseorang yang berada di bawahnya individu tersebut akan takut memiliki nasib dan berakhir dengan buruk seperti orang tersebut.

Demikian halnya penelitian yang dilakukan oleh Rahmaningsih dan Martani (2014) bahwa perbandingan sosial yang dilakukan oleh remaja pembaca majalah teenlit dengan tokoh

teenlit yang lebih unggul dapat menimbulkan konsep diri negatif yang pada remaja itu sendiri.Berdasarkan efek negatif yang dapat timbul karena akibat perbandingan sosial yang dilakukan oleh remaja di atas, perbandingan sosial juga mempengaruhi tingkat kepuasan hidup pada seseorang.

Perbandingan sosial memiliki sumbangan efektif sebesar 0,476 atau sebesar 47,6% mempengaruhi variabel kepuasan hidup sedangkan 52,4% variabel lain di luar variabel penelitian. Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup pada remaja diantaranya kesehatan, daya tarik fisik, tingkat otonomi, kesempatan-kesempatan interaksi di luar keluarga, jenis pekejaan, status kerja, kondisi kehidupan, pemilikan harta benda, keseimbangan antara harapan dan pencapaian, penyesuaian emosional, sikap terhadap periode usia tertentu, relialisme dari konsep diri, relialisme dari konsep peran.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa, dari 100 remaja sebagai partisipan, 26% diantaranya memiliki perbandingan sosial yang tergolong tinggi dengan rata-rata 30,76. Hal ini dapat dijelaskan bahwa seorang remaja khususnya dalam hal ini remaja tengah sering melakukan perbandingan sosial karena di usia remaja tengah telah mengalami perubahan-perubahan yang dia alami ketika dia berada pada usia remaja awal, dan ketika seorang remaja tersebut menginjak usia remaja tengah, remaja tersebut akan lebih cenderung melakukan perbandingan-perbandingan dengan orang lain berdasarkan perubahan-perubahan yang dia alami ketika dia masih menginjak usia remaja awal (Levine & Smolak, 2002). Dimana objek pembanding yang sering dijadikan oleh remaja untuk perbandingan sosial yaitu teman sebayanya karena remaja mudah terpengaruh untuk mengikuti lingkungan sosialnya.

Selain itu Gibbons and Buunk (1999:133) juga mengatakan bahwa mereka yang menunjukkan perbandingan sosial atau sering melakukan perbandingan dirinya dengan orang

laintidak lebih atau kurangpuas dengansituasi kehidupan mereka. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa, dari 100 remaja sebagai partisipan dalam penelitian 52% diantaranya memiliki kategori kepuasan hidup yang tinggi. Pengambilan populasi dalam penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Tuntang dimana sekolah ini terletak di kawasan pedesaan yang terletak di Desa Delik, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Schwarz et all(2012) yang menemukan bahwa remaja yang tinggal di daerah pedesaan memiliki kepuasan hidup yang tinggi dibanding dengan remaja yang tinggal di perkotaan yang memiliki kepuasan hidup yang rendah.

Dalam dokumen T1 802012121 Full text (Halaman 28-36)

Dokumen terkait