METODE PENELITIAN
A. Analisis Item dan Reliabilitas
2. Uji linieritas
Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh nilai F linierity sebesar 64,159 dengan
signifikansi sebesar 0,000 (p < 0.05). Hal ini menunjukan bahwa Kontrol diri
memiliki korelasi linier dengan intensi.
Analisis Deskriptif
1. Variabel Kontrol Diri
No. Interval Kategori F (%) Mean Standar
Deviasi 1 31≤x<54,5 Sangat Rendah 0 0 98.61 14.49 2 54,5≤x<77,5 Rendah 6 13,63% 3 77,5≤x<100,75 Tinggi 12 27,27% 4 100,75≤x≤124 Sangat Tinggi 26 59,1%
Data di atas menunjukkan tingkat kontrol diri 44 subjek yang berbeda-beda,
mulai dari tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada kategori yang sangat rendah
didapati prosentase sebesar 0%, kategori rendah sebesar 13,63%, kategori tinggi sebesar
adalah 98,61 dengan standar deviasi sebesar 14,49. Maka secara umum dapat dikatakan
bahwa tingkat kontrol diri anggota organisasi menembak di Salatiga berada pada tingkat
yang tinggi.
2. Variabel Intensi Penyimpangan Perilaku Organisasi
No. Interval Kategori F (%) Mean Standar
Deviasi 1 42≤x<73,5 Sangat Tinggi 0 0 123.30 16.44 2 73,5≤x<105 Tinggi 4 9,1% 3 105≤x<136,5 Rendah 29 65,9% 4 136,5≤x≤168 Sangat Rendah 11 25%
Data di atas menunjukkan tingkat intensi penyimpangan perilaku organisasi 44
subjek yang berbeda-beda, mulai dari tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada
kategori yang sangat rendah didapati prosentase sebesar 25%, kategori rendah sebesar
65,9%, kategori tinggi sebesar 9,1%, dan kategori sangat tinggi sebesar 0%. Mean atau
rata-rata yang diperoleh adalah 123,30 dengan standar deviasi sebesar 16,44. Maka
secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat intensi penyimpangan perilaku organisasi
anggota organisasi menembak di Salatiga berada pada tingkat yang rendah.
Uji Korelasi
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi product moment-Pearson dengan
bantuan SPSS 16.0 didapatkan hubungan sebesar -0,693 dengan sig. = 0,000 (p <
0,05). Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan korelasi negatif yang
signifikan antara kontrol diri dengan intensi penyimpangan perilaku organisasi.
Hasil perhitungan uji korelasi ini selain dapat menunjukkan seberapa besar korelasi
dan signifikansi yang ada antara kedua variabel, juga dapat untuk mengetahui
Berdasarkan hasil tersebut, ditunjukkan oleh koefisien determinan (r2) sebesar (-0,693)2 yaitu 0,480 (48%), artinya sumbangan efektif kontrol diri dengan intensi penyimpangan perilaku organisasi 48% dan berarti masih terdapat 52%
variabel-variabel lain yang mempengaruhi intensi penyimpangan perilaku organisasi selain
kontrol diri.
Tabel Uji Korelasi
Correlations
Kontrol diri Intensi penyimpangan perilaku
Kontrol diri Pearson Correlation 1 -.693**
Sig. (2-tailed) .000 N 44 44 Intensi penyimpangan perilaku Pearson Correlation -.693** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 44 44
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara kontrol diri dengan intensi penyimpangan perilaku
organisasi pada anggota organisasi menembak di Kota Salatiga, sebagaimana
ditunjukkan nilai r = -0,693 dan p < 0,05 . Hal tersebut berarti semakin tinggi
kemampuan kontrol diri anggota organisasi menembak, maka intensi PPO akan
semakin rendah.
Ada beberapa kemungkinan X dan Y mempunyai hubungan negatif yang
signifikan. Pertama, sebagian besar anggota organisasi menembak menyadari bahwa
untuk dapat mengurangi intensi penyimpangan perilaku. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian dari Shamsudin (2012). Kedua, Pada umumnya anggota organisasi
menembak memiliki keterampilan dalam mengontrol diri , oleh sebab itu mereka
dapat membatasi diri untuk melakukan intensi penyimpangan perilaku.
Pernyataan di atas selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tittle
& Botchkovar (2004), tentang kontrol diri dan motivasi perilaku kriminal yang
mengatakan bahwa kontrol diri merupakan indikator yang dapat memprediksi
terjadinya perilaku kriminal. Individu dengan kemampuan kontrol diri yang lemah
mempunyai indikasi untuk cenderung melakukan perilaku kriminal atau
menghasilkan perilaku menyimpang.
Anggota organisasi menembak merupakan objek studi yang menarik karena
individu yang menjadi anggota dapat memiliki, menyimpan dan menggunakan alat
menembak. Berbagai macam latar belakang dan pekerjaan dapat terlibat dalam
keanggotaan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya aparat penegak hukum yang
dapat memiliki alat menembak. Senapan olahraga meskipun penggunaanya untuk
olahraga dan berburu, kontrol terhadap penggunaanya perlu diperhatikan. Munculnya
bentuk perilaku penyimpangan organisasi menembak dimulai dari intensi perilaku
penyimpangan tersebut. Intensi merupakan kemungkinan subyektif individu untuk
berperilaku, yang meliputi hubungan antara dirinya dan beberapa tindakan.
Munculnya intensi PPO pada anggota organisasi menembak dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal anggota. Faktor internal anggota merupakan faktor
kepribadian yang ada pada diri anggota, meliputi unsur kepribadian (kontrol diri),
kemampuan koping stres, pengendalian emosi, nilai etika dan nilai moral yang
all pada tahun 2006 mengatakan bahwa banyak sifat kepribadian yang berhubungan
dengan perilaku-perilaku negatif dalam bekerja, yaitu meliputi sifat pemarah,
perasaan negatif, kontrol diri stabilitas emosi, narcissism, self-esteem, agreeableness
dan sifat kecemasan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa intensi anggota
organisasi menembak untuk melakukan bentuk-bentuk PPO berhubungan dengan
kemampuan anggota untuk melakukan pengendalian atau kontrol diri atas
perilakunya. Intensi PPO yang rendah pada anggota organisasi menembak di kota
Salatiga merupakan hasil dari kemampuan kontrol diri yang tinggi yang dimiliki
anggota. Penelitian ini tidak luput dari adanya kendala dan keterbatasan. Penelitian
tentang objek studi terkait dapat dikembangkan dan menjadi perhatian peneliti
selanjutnya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kontrol diri dan intensi
penyimpangan perilaku organisasi pada organisasi menembak di Kota
Salatiga. Hal ini berarti semakin tinggi kontrol diri, maka semakin rendah
intensi penyimpangan perilaku organisasi pada organisasi menembak.
2. Dalam penelitian ini kontrol diri berkorelasi dengan intensi penyimpangan
perilaku organisasi. Kontrol diri memberikan sumbangan efektif terhadap
intensi penyimpangan perilaku organisasi sebesar 48%, berarti masih terdapat
Saran
Beberapa saran yang dapat diajukan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian ini
untuk dijadikan pertimbangan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. Bagi Organisasi Menembak
Organisasi menembak diharapkan untuk semakin memberikan perhatian
terhadap anggotanya dalam pengenalan dan penanaman sikap kontrol diri dalam
pelaksanaan kegiatan menembak dan berburu. Organisasi menembak selain
memberikan sosialisasi, juga membuat kegiatan-kegiatan seperti: Simulasi tentang
cara mengontrol diri ketika menggunakan senapan, Pertemuan rutin satu bulan sekali
untuk semua anggota untuk sharing tentang pencapaian penanaman sikap kontrol diri
ketika menggunakan senapan olahraga, dan membuat sanksi tegas terhadap pelanggar
peraturan organisasi menembak.
2. Bagi Anggota Organisasi Menembak
Kontrol diri bagi anggota organisasi menembak diharapkan menjadi salah
satu syarat kecakapan yang wajib dimiliki. Setelah anggota memahami tentang
kontrol diri, maka anggota organisasi menembak disarankan menggunakan senapan
olahraga sesuai peraturan organisasi menembak. Senapan jenis Airsoftgun hanya
dapat digunakan oleh anggota di lapangan tembak dan atau tidak digunakan untuk
alat beladiri. Penggunaan senapan angin untuk berburu minimal harus memliki izin
dari lingkungan buru. Pengguna senapan olahraga berburu tidak menembak satwa
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lain yang tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang kontrol diri dengan intensi penyimpangan perilaku organisasi
menembak, maka disarankan untuk menyertakan variabel-variabel lain yang belum
disertakan dalam penelitian ini serta memperluas ruang lingkup penelitian ini.
Penelitian ini tidak luput dari kelemahan, khususnya dalam pemilihan subyek. Maka
peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode pemilihan subyek yang
lebih baik.