• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Normalitas

Dalam dokumen T1 802012097 Full text (Halaman 25-35)

HASIL PENELITIAN Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

dilakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih dahulu untuk menentukan jenis statistik parametrik atau non-parametrik yang akan digunakan untuk uji korelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data dalam suatu penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam pengujian ini menggunakan One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan SPSS.v 16.0, dengan hasil seperti pada

tabel berikut:

Tabel 1.1 Uji Normalitas

Dalam hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa variabel gratitude memiliki

koefisien Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.559 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0.914, sedangkan variabel psychological well being memiliki

koefisien Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.702 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0.707. Dengan demikian, variabel gratitude dengan PWB memiliki

data yang berdistribusi normal (p > 0,05). 2. Uji Linearitas

Dalam uji linieritas ini menggunakan uji ANOVA. Pengujian linearitas diperlukan untuk mengetahui dua variabel yang sudah ditetapkan, memiliki hubungan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Gratitude PWB

N 31 31

Normal Parametersa Mean 59.42 114.81

Std. Deviation 6.308 16.325 Most Extreme Differences Absolute .100 .126 Positive .083 .085 Negative -.100 -.126 Kolmogorov-Smirnov Z .559 .702

Asymp. Sig. (2-tailed) .914 .707

yang linear atau tidak secara signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Squares Df Mean Square F Sig. TotalPWB_y * TotalGrat_x Between Groups (Combined) 5733.589 17 337.270 1.939 .115 Linearity 2056.031 1 2056.031 11.820 .004 Deviation from Linearity 3677.557 16 229.847 1.321 .310 Within Groups 2261.250 13 173.942 Total 7994.839 30

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara gratitude dengan PWB pada mahasiswa yang

kuliah sambil bekerja full time dengan deviation from linearity sebesar Fhitung = 1.321

dengan nilai signifikansi sebesar 0.310 (p > 0,05). Analisis Deskriptif

Tabel 3.1 Statistik deskriptif skala gratitude dan psychological well-being pada mahasiswa UKSW yang kuliah sambil bekerja full time

Variabel N Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

GRATITUDE 31 43 70 59.42 6.308 15 25 45 10

PWB 31 79 142 114.81 16.325 75 150 87.5 20.8

Skor empirik merupakan skor yang didapatkan di lapangan. Mean empirik pada variabel gratitude sebesar 59.42 dengan standar deviasi empirik sebesar 6.308. Mean

empirik variabel PWB didapatkan sebesar 114.81 dengan standar deviasi empirik sebesar 16.325. Sedangkan skor hipotetik merupakan skor yang diharapkan dapat dicapai oleh sampel penelitian. Hasil mean hipotetik untuk variabel gratitude

18

skor empirik dan hipotetik, hasil tersebut dimasukkan ke dalam interval kategorisasi tiap variabel yang dibuat dalam 3 kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berikut kriteria skor hipotetik pada variabel gratitude dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Skor Hipotetik Pada Variabel Gratitude

Jenjang Kategorisasi Gratitude

Interval Kategori F Presentase

X ≥ (µ+1σ) X ≥ 55 Tinggi 26 84% (µ-1σ) ≤ X < (µ+1σ) 35 ≤ X < 55 Sedang 5 16% X < (µ-1σ) X < 35 Rendah 0 0% TOTAL 31 100% Keterangan: X = skor subjek µ = Rerata σ = standar deviasi

Berdasarkan tabel 3.2, hasil dari data hipotetik diketahui bahwa subjek penelitian pada variabel gratitude yang tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 26

orang (84%), kategori sedang sebanyak 5 orang (16%), dan tidak ada mahasiswa yang termasuk dalam kategori rendah (0%). Kategorisasi subjek penelitian dari data hipotetik menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian termasuk kategori yang memiliki gratitude tinggi, yaitu sebesar 84%. Artinya, gratitude yang dimiliki mahasiswa UKSW

yang kuliah sambil bekerja full time tinggi.

Berikut kriteria skor hipotetik pada variabel PWB dalam tabel 3.3

Tabel 3.3 Kriteria Skor Hipotetik Pada Variabel Psychological Well Being Jenjang

Kategorisasi

Psychological Well Being (PWB)

Interval Kategori F Presentase

X ≥ (µ+1σ) X ≥ 108.3 Tinggi 23 74%

(µ-1σ) ≤ X < (µ+1σ) 66.7 ≤ X < 108.3 Sedang 8 26%

X < (µ-1σ) X < 66.7 Rendah 0 0%

TOTAL 31 100%

Berdasarkan tabel 3.3, hasil dari hipotetik diketahui subjek penelitian pada variabel PWB yang tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 23 orang (74%), kategori sedang sebanyak 8 orang (26%), dan tidak ada mahasiswa yang termasuk

dalam kategori rendah (0%). Kategorisasi subjek penelitian dari data hipotetik menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian termasuk dalam kategori yang memiliki PWB tinggi, yaitu sebesar 74%. Artinya, PWB mahasiswa UKSW yang kuliah sambil bekerja full time tinggi.

Uji Korelasi

Berdasarkan hasil uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan variabel - variabel penelitiannya yang linear. Lalu, untuk uji korelasi menggunakan Pearson Product Moment, yang mana untuk

mengetahui arah korelasi kedua variabel dan juga arah korelasi antara gratitude dengan

dimensi-dimensi dalam PWB.

Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi antara Gratitude dengan PWB Correlations

Gratitude

Psychological Well Being Pearson Correlation .507**

Sig. (1-tailed) .002

Autonomy Pearson Correlation .099

Sig. (1-tailed) .298

Purpose in life Pearson Correlation .487**

Sig. (1-tailed) .003

Self Acceptance Pearson Correlation .522**

Sig. (1-tailed) .001

Personal Growth Pearson Correlation .521**

Sig. (1-tailed) .001

Environmental Mastery Pearson Correlation .457**

Sig. (1-tailed) .005

Positive Relationship With Others Pearson Correlation .413*

Sig. (1-tailed) .010

a. Gratitude dan Psychological Well Being

Hasil uji korelasi yang dilakukan menemukan bahwa korelasi antara gratitude

20

signifikansi sebesar 0.002 (p < 0.05) (lihat tabel 4.1). Dari hasil tersebut menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara gratitude dengan PWB pada mahasiswa

UKSW yang kuliah sambil bekerja full time. Makin tinggi gratitude, maka makin tinggi

PWB mahasiswa UKSW yang kuliah sambil bekerja full time, begitu juga sebaliknya.

b. Gratitude dan Dimensi Autonomy

Untuk melihat hubungan gratitude dengan masing-masing dimensi PWB, maka

dilakukan perhitungan uji korelasi pada tiap dimensi PWB dan gratitude. Dari hasil uji

korelasi yang dilakukan menemukan bahwa korelasi antara gratitude dengan autonomy

memiliki nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.099 dan signifikansi sebesar 0.298 (p > 0.05) (lihat tabel 4.1). Dari hasil tersebut, maka tidak terdapat hubungan antara gratitude dengan dimensi autonomy.

c. Gratitude dan Dimensi Purpose in Life

Hasil uji korelasi yang dilakukan antara gratitude dengan dimensi purpose in life

memiliki nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.487 dan signifikansi sebesar 0.003 (p < 0.05) (lihat tabel 4.1). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara gratitude dengan

dimensi purpose in life dapat dikatakan positif signifikan.

d. Gratitude dan Dimensi Self Acceptance

Hasil uji korelasi yang dilakukan antara gratitude dengan dimensi self

acceptance memiliki nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.522 dan signifikansi sebesar

0.001 (p < 0.05) (lihat tabel 4.1). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara gratitude

dengan dimensi self acceptance dapat dikatakan positif signifikan.

e. Gratitude dan Dimensi Personal Growth

Hasil uji korelasi yang dilakukan antara gratitude dengan dimensi personal

(p < 0.05) (lihat tabel 4.1). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara gratitude dengan

dimensi personal growth dapat dikatakan positif signifikan.

f. Gratitude dan Dimensi Environmental Mastery

Hasil uji korelasi yang dilakukan antara gratitude dengan dimensi environmental

memiliki nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.457 dan signifikansi sebesar 0.005 (p < 0.05) (lihat tabel 4.1). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara gratitude dengan

dimensi environmental mastery dapat dikatakan positif signifikan.

g. Gratitude dan Dimensi Positive Relationship With Others

Hasil uji korelasi yang dilakukan antara gratitude dengan dimensi positive

relationship with others memiliki nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.413 dan

signifikansi sebesar 0.010 (p < 0.05) (lihat tabel 4.1). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara gratitude dengan dimensi positive relationship with others dapat

dikatakan positif dan signifikan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara gratitude

denganpsychological well being pada mahasiswa UKSW yang kuliah sambil bekerja full

time, didapatkan hasil uji perhitungan korelasi bahwa kedua variabel memiliki (r)

sebesar 0.507 dengan signifikansi sebesar 0.002 (p < 0,05) yang berarti kedua variabel yaitu gratitude dengan psychological well beingmemiliki hubungan yang positif dan

signifikan.Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi gratitude, maka semakin tinggi

psychological well-being pada mahasiswa UKSW yang kuliah sambil bekerja full time,

begitu juga sebaliknya.Lalu, ditemukan juga tingkatan skor hasil uji korelasi antara gratitude dengan dimensi dalam PWB, dari dimensi yang memiliki skor rendah sampai

22

purpose in life, personal growth, dan sampai pada skor tinggi yaitu dimensi self

acceptance) yang dimiliki oleh mahasiswa UKSW yang kuliah dan bekerja full time.

Kemudian, dari hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien determinan (D) sebesar 0.257 yang menunjukkan bahwa sumbangan efektif dari gratitude terhadap PWB

sebesar 25.7% dan sisanya adalah 74.3% dari faktor lain selain gratitude yaitu faktor

makna hidup, faktor evaluasi terhadap pengalaman hidup, dan faktor demografis seperti perbedaan usia, jenis kelamin, dan budaya yang memiliki kontribusi yang bervariasi terhadap PWB (Ryff, 1989).

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa variabel bebas (gratitude) dengan

variabel terikat (psychological well being) memiliki hubungan positif dan signifikan.

Tiap individu yang memiliki PWB sebagai kehidupan yang positif dan berkelanjutan akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kemudian, sejahtera secara psikologis tidak terlepas dari bagaimana cara individu memenuhi kebutuhan psikologisnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis adalah dengan bersyukur (gratitude). Menurut Ryan dan Deci (dalam Setiawan & Budiningsih, 2014) jika

kebutuhan psikologis terpenuhi, maka PWB akan semakin meningkat. Dalam hal ini, gratitude cukup memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan PWB.

Selanjutnya, adanya hubungan antara gratitude dengan dimensi self acceptance.

Ketika individu mensyukuri kehidupannya, maka individu mengalami penerimaan. Ryff (1989) menyatakan bahwa dimensi penerimaan diri (self acceptance) mengandung arti

sebagai sikap positif terhadap diri, baik yang positif maupun negatif serta memiliki perasaan positif terhadap kehidupan masa lalunya. Dari hasil penelitian juga membuktikan bahwa gratitude dengan dimensi self acceptance juga memiliki korelasi

Lalu, dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa gratitude dengan dimensi

otonomi tidak memiliki hubungan serta memiliki skor rendah di antara dimensi lainnya. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) tentang hubungan antara gratitude dengan PWB yang menunjukkan hasil bahwa dimensi otonomi tidak

memiliki hubungan dengan gratitude serta memiliki skor rendah diantara dimensi

lainnya. Hasil penelitian lain yang mendukung adalah hasil penelitian dari Wood, Joseph, dan Maltby (2009) yang juga membuktikan bahwa tidak adanya hubungan antara gratitude dengan dimensi otonomi. Hal tersebut menyatakan bahwa seseorang

yang memiliki gratitude yang tinggi juga akan memengaruhi PWB-nya, namun belum

tentu individu mampu bertahan dalam tekanan sosial, kemandirian, kepastian diri, kemampuan meregulasi tingkah laku, serta kemampuan untuk mengevaluasi dengan standar pribadi.

Kemudian, pada hubungan antara gratitude dengan purpose in life menunjukkan

korelasi positif yang signifikan. Gratitudejuga berperan dalam dimensi tujuan hidup.

Ryff (1989) menyimpulkan bahwa orang yang memiliki tujuan hidup adalah orang yang memiliki keterarahan dalam hidupnya, menganggap hidup itu bermakna dan berarti, baik di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Dalam hal ini, Watkins dkk. (2003) mengatakan bahwa gratitude menjadi kekuatan yang paling penting untuk

mencapai kehidupan yang lebih baik. Setiap individu akan mengalami banyak situasi dalam hidupnya dan dari hal tersebut juga akan ada evaluasi mengenai pengalaman hidup masing-masing individu. Jadi, memiliki tujuan hidup tidak terlepas dari adanya rasa bersyukur (gratitude) dalam menjalani kehidupan.

Hubungan antara gratitude dengan dimensi personal growth juga menunjukkan

24

merupakan suatu pertumbuhan yang optimal yang membutuhkan suatu perkembangan dari potensi-potensi tiap individu secara berkesinambungan. Kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan hidup membutuhkan adanya perubahan yang terus berlangsung dalam diri. Dengan adanya gratitude juga mampu membantu

mengoptimalkan pertumbuhan diri pribadi yang membutuhkan perkembangan dari potensi diri. Menurut Park, Peterson, dan Seligman (2004), salah satu kekuatan diri yang positif yang memberikan keuntungan bagi diri individu adalah gratitude. Semakin tinggi

individu merasakan dan mengungkapkan kebersyukuran dalam hidup, maka akan tercapai pula kualitas dari perkembangan potensi-potensi individu itu sendiri secara berkesinambungan.

Selanjutnya, hubungan antara gratitude dengan dimensi environmental mastery

juga berkorelasi positif yang signifikan. Ryff (1989) mengatakan bahwa individu yang memiliki penguasaan lingkungan adalah individu yang memiliki kompetensi, mampu mengendalikan kegiatan-kegiatannya yang kompleks sekalipun, serta mampu menciptakan lingkungan yang selaras dengan kondisi jiwanya dalam mengatur lingkungannya. Dalam keadaan tersebut, tiap individu akan memiliki cara tersendiri untuk menguasai lingkungannya. Menurut Kashdan dkk. (2006), rasa syukur (gratitude)

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, kegiatan-kegiatan sosial, dan juga berkaitan dengan aktivitas yang memotivasi (dalam Wood, Joseph, dan Maltby, 2009). Dengan adanya gratitude akan mampu memperkuat diri tiap individu dalam menjalani

kehidupannya termasuk dalam penguasaan akan lingkungan (environmental mastery).

Kemudian, hubungan antara gratitude dengan dimensi positive relationship with

others juga memiliki korelasi positif yang signifikan. Ryff (1989) mendefinisikan

kemampuan dalam menjalin relasi yang positif seperti adanya empati, afeksi, keakraban, serta adanya pemahaman untuk saling memberi dan menerima satu sama lain. Untuk menciptakan relasi positif tersebut, dibutuhkan adanya gratitude. Watkins dkk. (2003)

mengatakan bahwa individu yang bersyukur akan menghargai atau mengapresiasikan setiap kontribusi yang diberikan dari orang lain. Dengan adanya hal tersebut dapat menjadi kesejahteraan tiap individu yang menjalani relasi dengan orang lain.

Lalu, banyaknya tuntutan dalam menjalani status sebagai mahasiswa yang kuliah sambil bekerja full time memang memberikan dampak positif dan negatif. Namun,

dengan adanya gratitude yang dirasakan dan dialami, mahasiswa akan lebih mampu

meningkatkan psychological well being-nya. Ryff (1989) mengatakan bahwa evaluasi

terhadap pengalaman dapat menyebabkan seseorang menjadi berusaha memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat psychological well-being-nya meningkat. Dalam

keadaan mahasiswa yang kuliah sambil bekerja full time tersebut, pengevaluasian diri

yang dilakukan bisa dipengaruhi oleh gratitude-nya.

Kemudian, alasan mahasiswa UKSW yang kuliah sambil bekerja full time juga

didasari oleh alasan finansial (faktor ekonomi), yang mana hal ini merujuk pada pemuasan kehidupannya dan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. Setiap mahasiswa memang memiliki cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya, sehingga hal tersebut yang juga dapat memengaruhi psychological well being-nya.

Cara-cara tersebut seperti dengan rasa syukur (gratitude). Dengan adanya hubungan

positif antara gratitude dengan psychological well being ini pada mahasiswa yang

kuliah sambil bekerja full time, hal tersebut yang mampu meningkatkan dan memenuhi

kebutuhan psikologisnya secara positif serta mahasiswa akan tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam kehidupannya.

26

Dalam dokumen T1 802012097 Full text (Halaman 25-35)

Dokumen terkait