• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

E. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji-t)

Syarat untuk melakukan uji-t adalah ketika uji normalitas, dan uji homogenitas telah terpenuhi. Formula untuk menguji perbedaan dua rata-rata (Maulana, 2009: 93) sebagai berikut.

66 = 1 2 1− 1 12+ ( 2 – 1) 22 1 + 2 − 2 1 1+ 1 2 Keterangan:

t = Uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) 1 = Rata-rata kelompok eksperimen 2 = Rata-rata kelompok kontrol

1 = Jumlah siswa uji coba pada kelompok eksperimen 2 = Jumlah siswa uji coba pada kelompok kontrol 12 = Variansi kelas eksperimen

22 = Variansi kelas kontol 1 = Bilangan tetap

Menurut Maulana (2009),”Untuk menguji dan 1, dilakukan uji dua arah dengan kriteria uji: diterima untuk – 11

2� < ℎ� < 1−12”.

Untuk menghitung uji-t formula di atas dapat digunakan dan bisa juga dibantu dengan menggunakan program komputer yang khusus menghitung data kuantitatif, yaitu program SPSS yang merupakan software pengolah data statistik. SPSS yang akan digunakan adalah SPSS 16,0 for Windows. Setelah menguji normalitas dan homogenitas, sama seperti halnya homogenitas, uji perbedaan rata-rata juga dapat dilakukan setelah melihat normalitas dari data tersebut. ketika data tersebut semuanya berdistribusi normal maka uji perbedaan rata-rata menggunakan uji t, namun ketika datanya tidak normal maka menggunakan uji U. Cara untuk menguji t sama seperti pada uji homogenitas dengan memilih Independen Sample T-Test pada bagian kolom t-test Equality of Means kemudian lihat pada equal Variance Assumed untuk nilai Sig(2.Tailled). Jika P-value ≥ �, maka H0 diterima artinya tidak adanya perbedaan, dan jika P-value < �, maka H0

ditolak artinya terdapat perbedaan.

Ketika datanya tidak normal, maka menggunakan uji U. Caranya sama dengan memilih menu bar Analyze kemudian pilih Nonparametric Tests selanjutnya pilih Two Independent-Samples Test dengan Test Type yang dipilh

adalah Mann-Whitney U. Selanjutnya lihat dalam Output dan nilai perbedaan rata-rata akan muncul di tabel Mann-Whitney U, lihat nilai Sig, Jika P-value ≥ �, maka H0 diterima artinya tidak adanya perbedaan, dan jika P-value < �, maka H0

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Wahyu. (2009). Panduan SPSS17.0 untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. Jogyakarta: Garailmu.

Arifin, Zaenal. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fathoni, Abdurrahmat. (2005). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skipsi. Jakatra: Rineka cipta.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live „n Live2Learn.

Setiadi, Yadi. (2005). Desain dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika Interaktif Berbasis Teknologi Komputer Tipe Tutorial untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Proposal pada Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Bandung: Tidak dipublikasikan.

Suherman, Ayi. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: Bintang WarliArtika.

Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sugiono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D). Bandung: Alfabeta.

Zuriah, Nurul. (2005). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dokumen

Unit Pelaksana Tingkat Daerah Pendidikan Kecamatan Waled. (2012). Laporan Nilai UN Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2011/2012. UPT Pendidikan Kecamatan Waled.

A.Kesimpulan

Penelitian ini menganalisi pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dan juga pembelajaran konvensional untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam materi pecahan kelas IV di SDN 2 Waled Kota dan SDN 2 Waled Desa. Berdasarkan pengolahan data hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, dapat disimpulkan sebagai berikut ini.

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara signifikan terhadap materi pecahan di kelas IV. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas eksperimen, dengan menggunakan uji t dan � sebesar 0,05 Two Tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) sebesar 0,00. Karena diuji satu arah maka hasil P-P-value (Sig.2-tailed) dibagi dua maka hasil P-value (Sig.1-tailed) sebesar 0,00. Karena P-value (Sig.1-tailed) <�, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap materi pacahan di kelas IV SDN 2 Waled Kota secara signifikan.

2. Pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara signifikan terhadap materi pecahan di kelas IV. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes di kelas kontrol, dengan menggunakan uji t dan � sebesar 0,05 Two Tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) sebesar 0,00. Karena diuji satu arah maka hasil P-P-value (Sig.2-tailed) dibagi dua maka hasil P-value (Sig.1-tailed) sebesar 0,00. Karena P-value (Sig.1-tailed) <�, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Setelah mengetahui pembelajaran konvensional juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam materi pecahan, maka tenyata pembelajaran konvensional juga memiliki potensi yang bagus dan baik untuk

135

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Selain itu, banyak yang menganggap bahwa pembelajaran konvensional itu tidak baik ternyata anggapan itu tidak benar. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian ini, yang hasilnya bahwa pembelajaran konvesional juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan dapat membuka pikiran atau mengubah paradigma seorang guru bahwa pembelajaran konvensional juga dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengukur kemampuan matematika tingkat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional di kelas kontol dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap materi pacahan di kelas IV secara signifikan.

3. Kemampuan komunikasi matematis siswa dalam materi pecahan di kelas IV dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education lebih baik secara signifikan daripada siswa yang belajar secara konvensional. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata data N-gain di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan menggunakan uji t dan � sebesar 0,05 Two Tailed didapatkan nilai value (Sig.2-tailed) sebesar 0,00. Karena diuji satu arah maka nilai P-value (Sig.2-tailed) dibagi dua dan hasil P-P-value (Sig.1-tailed) sebesar 0,00. Jadi P-value (Sig.1-tailed) <�, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Selain itu, dilihat dari nilai rata-rata N-gain bahwa hasil rata-rata nilai N-gain di kelas eksperimen adalah 0,63, sedangkan nilai rata-rata N-gain di kelas kontrol hanya 0,44. Meskipun kedua kelas hasilnya meningkat secara signifikan, namun tetap saja pembelajaran yang menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education lebih baik, karena pendekatan ini memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh pendekatan lain, dalam hal ini yaitu pembelajaran konvensional. Karakteristik terbut antara lain: siswa menemukan konsep sendiri guru hanya membantu untuk membimbingnya, menggunakan media sebagai perantara siswa dalam menemukan konsep pecahan, interaksi yang baik memcunculkan minat dan motivasi siswa yang baik juga sehingga pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education dapat lebih bermakna bagi diri siswa, adanya keterkaitan dengan topik lain atau materi lain, dan yang tidak kalah penting adalah pembelajaran pecahan tersebut

diangkat dari kehidupan yang dekat siswa. Jadi pendekatan Realistic Mathematics Education dapat dijadikan sebagai alternatif/pilihan untuk diterapkan di sekolah, karena siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkat kemampuan komunikasi matematis siswa dalam materi pecahan di kelas IV secara lebih signifikan dibandingkan siswa yang belajar secara konvensional.

4. Adapun faktor-faktor yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education adalah kinerja guru yang optimal, termasuk ke dalam penguasaan materi pecahan maupun materi lainnya yang ada keterkaitannya dengan materi pecahan, guru harus bisa memberikan motivasi kepada siswa . Selain itu, aktivitas siswa yang baik dengan partisipasi, motivasi dan kerjasama yang tampak pada saat pembelajaran. Adapun fakor penghambat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education adalah siswa yang mengganggu dan kurang memberikan kontribusi pada saat pembelajaran dan juga siswa yang belum bisa menguasai materi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan siswa yang belum bisa mencari faktor kelipatan persekutuan terkecil.

5. Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education. setelah siswa diberikan angket, rata-rata skor yang diperoleh adalah 4,3 atau 86% siswa merespon positif, sehingga hampir seluruh siswa dikelas eksperimen merespon positif pembelajaran yang telah dilakukan. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education menumbuhkan motivasi siswa untuk dapat berinteraksi dengan temannya dalam diskusi kelompok, melatih keberanian siswa dalam mengajukan pendapat dan bertanya, dan juga maju untuk mempresentasikan jawabnya di depan kelas.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat beberapa saran yang diajukan ke beberapa pihak, yaitu sebagai berikut ini.

137

1. Bagi Guru

Untuk lebih berinovasi dalam menciptakan suatu gaya pembelajaran dan juga lebih variatif ketika memilih indikator dalam pembelajaran seperti kemampuan komunikasi matematis, kemampuan penalaran matematis, kemampuan koneksi matematis, kemampuan pemahaman matematis, dan kemampuan pemecahan masalah matematis, agar kemampuan siswa lebih berkembang. Sebagai bahan rujukan bagi guru untuk dapat menerapkan atau menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education.

Bagi guru yang mengajar dengan menggunakan pembelajaran secara konvensioal dapat lebih mengoptimalkan kinerjanya, karena dengan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru dengan baik maka akan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam materi pecahan.

2. Bagi Siswa

Melalui pembelajaran matematika, siswa dapat mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari, karena materi pecahan dekat dengan kehidupan siswa misalnya dalam membagi makanan atau kue, diharapkan siswa dapat membagi secara adil. Selain itu, siswa mampu memecahkan masalah yang berkaitan materi pecahan.

3. Bagi Sekolah

Karena dari hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education, adanya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dan respon positif yang diberikan kepada siswa, maka pihak sekolah dapat memberikan seminar atau mensosialisasikan pendekatan tersebut kepada sekolah lain atau guru-guru sekolah dasar.

Selain pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, pembelajaran konvensional juga dapat meningkatkan kemampuan tersebut. sebaiknya pihak sekolah khususnya kepala sekolah melakukan evaluasi kinerja guru yang menggunakan pendekatan konvensional secara tegas. Karena dengan begitu guru yang mengajar konvensional akan mengajar dengan optimal dan berbagai kemampuan matematis

siswa yang ada di sekolah tersebut akan sangat bervariasi. Selain kepala sekolah, pihak sekolah juga mewajibkan kepada guru untuk evaluasi diri dengan saling mengobservasi sesama guru baik ketika merencanakan suatu pembelajaran maupun pada saat pelaksanaan pembelajaran

4. Bagi Peneliti Lain

Dari hasil penelitian kali ini bisa dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya dan dapat mengkaji aspek lain yang belum terjangkau dalam penelitian ini. Misal dari instrumen yang dipakai pada penelitian ini hanya menggunakan angket, observasi dan catatan lapangan. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan instrumen tersebut atau bahkan dapat menggunakan instrumen yang tidak digunakan pada penelitian kali ini, seperti wawancara, daftar cek diri, jurnal, dan lain sebagainya. Selain instrumen bagian yang belum terjangkau lainnya adalah dalam indikator kemampuan komunikasi matematis siswa, peneliti hanya mentargetkan dalam tujuan pembelajaran tiga indikator komunikasi yang harus muncul. Sebaiknya menambahkan atau melengkapi indikator tersebut, yang meliputi: mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; mambaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis; membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi; menjelaskan dan membuat pernyataan tentang matematika yang telah dipelajari.

139

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N dan Maulana. (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI Press.

Agung, Wahyu. (2009). Panduan SPSS17.0 untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. Jogyakarta: Garailmu

Arifin, Zaenal. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Asmida. (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematis Siswa Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Realistik. Tesis pada Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Effendy, Onong Uchjana. (1984). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fathoni, Abdurrahmat. (2005). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skipsi. Jakatra: Rineka cipta.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahamam Siswa Sekolah Dasar terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi pada Progam Studi PGSD UPI Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Hamalik, Oemar. (2001). Proses belajar mengajar. Bandung: PT Bumi Aksara. Hayati, Sri. (2009). Penggunaan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep Pecahan. Skripsi pada Progam Studi PGSD UPI Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Herdi. (2010). Kemampuan Komunikasi Matematis. [Online]. Tersedia:

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/. [11 September 2012].

Hidayat, Edi. (2009). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik. Tesis pada Progam Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Karim, dkk. (1996). Pendidikan matematika 1. Jakatra: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian proyek

Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Primary School Teacher Development Project).

Kusmaydi. (2010). Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Tesis pada Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Maulana. (2008). Pendidikan Matematika 1: Bahan Belajar untuk Guru, Calon Guru, dan Mahasiswa PGSD. Bandung: Tidak dipublikasikan.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live ‘n Live2Learn.

Maulana. (2010a). Dasar-dasar Keilmuan dan Pembelajaran Matematika Sequel 2. Bandung.

Maulana. (2010b). Pembelajaran Matematika yang Konstruktif di Sekolah Dasar. Dalam Maulana, dkk. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.

Ruseffendi, dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.

Setiadi, Yadi. (2005). Desain dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika Interaktif Berbasis Teknologi Komputer Tipe Tutorial untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Proposal pada Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Bandung: Tidak dipublikasikan.

Suaryanto. (2011). Pendekatan Matematika Realistik. [Online]. Tersedia: http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2010/08/pembelajaran-matematika-realistik-rme.html. [24 Februari 2012].

Sugiono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D). Bandung: Alfabeta.

Suherman, Ayi. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: Bintang WarliArtika. Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

141

Sukirman, Dadang, dan Jumhana, Nana. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI Press.

Sulastri, Yayu Laila. (2009). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Bandung. Tesis pada Progam Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Suryanto, dkk. (2010). Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Jakarta: Direktorat Djendral Pendidikan Tinggi.

Suwangsih, dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.

Tarigan, Daitin. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Departeman pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan tinggi.

Uyanto. (2006). Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Jakatra: Graha Ilmu. Widjajanti, Jamilah Bondan, dan Wahyudin. (2010). Mengembangkan

Komunikasi Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah.[Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131569335/makalah%20knm%20djam ilah%20uny.pdf. [11 September 2012].

Zahra. (2010). Mengajar Matematika dengan Pendekatan Realistik. [Online]. Tersedia: http://zahra-abcde.blogspot.com/2010/04/mengajar-matematika-dengan-pendekatan.html [24 Februari 2012].

Zuriah, Nurul. (2005). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dokumen

BSNP. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Dharma Bhakti.

Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Bandung: Fokus Media.

Unit Pelaksana Tingkat Daerah Pendidikan Kecamatan Waled. (2012). Laporan Nilai UN Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2011/2012. UPT Pendidikan Kecamatan Waled.

Dokumen terkait