• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Uji Persyaratan Analisis

Sebelum melakukan uji hipotesis analisis varian (ANAVA) terhadap hasil tes kemampuan akhir peserta didik, perlu dilakukan uji persyaratan data meliputi: Pertama, bahwa data bersumber dari sampel yang dipilih secara acak. Kedua, sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ketiga, kelompok data mempunyai variansi yang homogen. Data telah diambil secara acak sesuai teknik sampling. Maka, akan dilakukan uji persyaratan analisis normalitas dan homogenitas dari distribusi data yang diperoleh.

1. Uji Normalitas

Salah satu teknik dalam uji normalitas adalah teknik analisis Lilliefors, yaitu suatu teknik analisis uji persyaratan sebellum dilakukannya uji hipotesis. Berdasarkan sampel acak maka diuji hipotesis nol bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal. Dengan ketentuan, jika Lhitung< Ltabel maka sebaran data berdistribusi normal. Tetapi jika Lhitung> Ltabel maka sebaran data tidak berdistribusi normal. Hasil analisis normalitas untuk masing-masing sub kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tingkat Kemampuan Pemecahan masalah Matematika siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (X1Y1)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas untuk sampel pada hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah (X1Y1) diperoleh nilai Lhitung = 0,114 dengan nilai Ltabel = 0,206. Karena Lhitung< Ltabel yakni 0,114 < 0,206 maka dapat disimpulkan hipotesis nol diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa: sampel pada

hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (X2Y1)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas untuk sampel pada hasil kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah (X2Y1) diperoleh nilai Lhitung = 0,130 dengan nilai Ltabel = 0,206. Karena Lhitung< Ltabel yakni 0,130 < 0,206 maka dapat disimpulkan hipotesis nol diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa: sampel pada hasil kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

c. Tingkat Kemampuan Pemecahan masalah Matematika siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional (X1Y2)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas untuk sampel pada hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional (X1Y2) diperoleh nilai Lhitung = 0,157 dengan nilai Ltabel = 0,206. Karena Lhitung< Ltabel yakni 0,157 < 0,206 maka dapat disimpulkan hipotesis nol diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa: sampel pada hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

d. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional (X2Y2)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas untuk sampel pada hasil kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional (X2Y2) diperoleh nilai Lhitung = 0,135 dengan nilai Ltabel = 0,206. Karena Lhitung< Ltabel yakni 0,130 < 0,205 maka dapat disimpulkan hipotesis nol diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa: sampel pada hasil kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

e. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa dan Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (X1)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas untuk sampel pada hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah (X1) diperoleh nilai Lhitung = 0,117 dengan nilai Ltabel = 0,151. Karena Lhitung< Ltabel yakni 0,117 < 0,151 maka dapat disimpulkan hipotesis nol diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa: sampel pada hasil kemampuan pemecahan matematis siswa dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

f. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa dan Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional (X2)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas untuk sampel pada hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan kemampuan komunikasi

matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional (X2) diperoleh nilai Lhitung = 0,122 dengan nilai Ltabel = 0,151. Karena Lhitung< Ltabel yakni 0,122 < 0,151 maka dapat disimpulkan hipotesis nol diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa: sampel pada hasil kemampuan pemecahan matematis siswa dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. g. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa yang

Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Konvensional (Y1)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas untuk sampel pada hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional (Y1) diperoleh nilai Lhitung = 0,094dengan nilai Ltabel = 0,151. Karena Lhitung< Ltabel yakni 0,094 < 0,151 maka dapat disimpulkan hipotesis nol diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa: sampel pada hasil kemampuan pemecahan matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. h. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Konvensional (Y2)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas untuk sampel pada kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional (Y2) diperoleh nilai Lhitung = 0,135 dengan nilai Ltabel = 0,151. Karena Lhitung< Ltabel yakni 0,135

< 0,151 maka dapat disimpulkan hipotesis nol diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa: sampel pada hasil kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Kesimpulan dari seluruh pengujian normalitas sub kelompok data, bahwa semua sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Rangkuman hasil analisis normalitas dari masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.18

Rangkuman Hasil Uji Normalitas dari Masing-masing Sub Kelompok Kelompok Lhitung Ltabel

Kelompok L hitung L tabel Kesimpulan X1Y1 0,114 X2Y1 0,130 0,206 H0 : Diterima, Normal X1Y2 0,157 X2Y2 0,135 X1 0,117 X2 0,122 0,151 H0 : Diterima, Normal Y1 0,094 Y2 0,135 Keterangan :

X1Y1 = Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

X2Y1 = Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

X1Y2 = Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional

X2Y2 = Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional

X1 = Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa dan Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

X2 = Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa dan Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional

Y1 = Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa yang diajar dengan ModelPembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Konvensional

Y2 = Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Konvensional 2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians dengan melakukan perbandingan varians terbesar dan terkecil dilakukan dengan cara membandingkan dua buah varians dari variabel penelitian. Rumus homogenitas perbandingan homogenitas perbandingan varians adalah sebagai berikut :

Nilai tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai yang diambil dari tabel distribusi F dengan dk penyebut = n-1 dan dk pembilang = n-1. Dimana n pada dk penyebut berasal dari jumlah sampel varians terbesar, sedangkan n pada dk pembilang berasal dari jumlah sampel varian terkecil.

Aturan pengambilan keputusannya adalah dengan membandingkan nilai dengan . kriterianya adalah jika < maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti varians homogen. Jika maka Ho ditolak dan Ha diterima atau varians tidak homogen.

Tabel 4.19

Rangkuman Hasil Uji Homogenitas untuk Kelompok Sampel (X1Y1), (X2Y1),

(X1Y2), (X2Y2), (X1), (X2), (Y1), (Y2) S2 db.si2 db.log X2hit X2tab Kelompok dk si2 Keputusan X1Y1 16 67,2353 1075,76 29,242 X2Y1 16 59,9706 959,529 28,447 0,185769 7,815 Homogen X1Y2 16 55,1176 881,881 27,861 X2Y2 16 64,8824 1038,1184 28,994 X1 34 74,852 2544,968 63,723 0,382161 Homogen X2 34 60,538 2058,302 60,589 3,841 Y1 34 81,729 2778,786 65,021 1,379468 Homogen Y2 34 54,409 1849,9366 59,013 Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas dapat disimpulkan bahwa kelompok sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians homogen.

C. Hasil Analisis Data/Pengujian Hipotesis

Dokumen terkait